---
Sorak sorai para tamu yang hadir menyemangati Sunny yang kini tengah memotong kue ulang tahunnya setelah acara tiup lilin dan memanjatkan doa serta permohonannya pada Tuhan. Potongan pertama dan cukup besar dia berikan pada Suho--sang suami yang memberikan kecupan singkat di bibirnya membuat para tamu yang hadir bersiul menggoda dan putra-putra mereka yang memilih mengalihkan pandangan mereka dari aksi lovey dovey keduanya yang mampu membuat mata suci mereka iritasi. Okay, itu berlebihan.
Potongan kue yang kedua diberikan pada si sulung Yoongi yang menerimanya dengan seulas senyum simpul, yang jaraaang sekali diperlihatkan pada khalayak ramai. Memberi ucapan selamat ulang tahun dan mendoakan wanita yang paling disayangnya itu selalu dilimpahkan kebahagiaan selamanya, setelahnya memberi kecupan sayang dipipi Sunny yang kini membalasnya dengan pelukan hangat. Dekapan itu terlepas kala mendengar rengekan si bungsu--Jimin yang sudah tidak sabar mendapatkan jatah kuenya.
Sunny tersenyum simpul, melangkah mendekat kearah dua pemuda yang memiliki postur tubuh berbeda. Berjalan lurus lalu berhenti tepat didepan keduanya yang menatapnya dengan sorot mata yang berbeda-beda pula. Yang satu memandangnya penuh binar bahagia dan yang satunya lagi menatap Sunny dengan sorot mata yang memancarkan kesedihan dan pengharapan yang dalam. Masih dengan senyuman, Sunny mengarahkan potongan kue terakhirnya pada salah satu dari mereka dan setelahnya mendapat terjangan dekapan erat dari salah satu dari mereka yang menggumamkan kata betapa ia mencintai Sunny sepenuh hati dan jiwanya. Manik Sunny berkaca-kaca sebelum akhirnya membalas dekapan itu sembari melirik pemuda yang lainnya yang kini mundur teratur lalu membalikkan tubuhnya dengan kedua bahunya yang merosot, membelah kerumunan para tamu yang melemparkan padangan aneh kearahnya. Sepeninggalnya pemuda itu seiring pelukan Sunny yang mengurai di tutup dengan kecupan sayang dipelipis sang pemuda yang tadi memeluknya sembari melemparkan senyum samar kearah sosok pemuda bertubuh ringkih yang kini memandangi mereka dengan pandangan terluka dan Sunny merasa puas untuk itu lalu berucap dengan lantang sembari meremat erat kedua tangan pemuda dihadapannya.
"Mommy sayang Chimy selamanya."
Dan setelah itu, Sunny tidak lagi melihat sosok pemuda itu. Mungkin dia sudah mulai berkaca. Kalau selamanya hanya Min Jiminlah yang cocok bersanding dengannya bukan sosok pemuda ringkih penyakitan yang selalu merengek dan memohon ampunannya disetiap kesempatan. Semua itu membuatnya muak.
Dalam hatinya, dia berdoa semoga Tuhan segera membawa sosok itu pergi. Sejauh mungkin kalau perlu tak terlihat lagi. Agar hidupnya kembali tentram seperti semula, selamanya.
"Chimy juga menyayangi mommy, selamanya."
Keduanya saling mendekap lagi, diiringi tepukan riuh keluarga dan para tamu yang hadir malam itu. Melengkapi semua kesakitan yang diterima Hoseok secara cuma-cuma.
Dia memang memilih pergi, namun masih berat meninggalkan tempat yang selalu menjadi sumber nestapa dalam hidupnya. Hadiah spesial yang dia bawa, belum sempat mommynya terima. Dia masih mencari celah agar bisa memberikan kotak persegi berwarna soft pink itu. Warna kesukaan Min Sunny--mommy yang paling dicintainya. Walaupun kenyataan pahit selalu menamparnya dengan telak. Kalau selamanya, tidak pernah ada tempat untuknya disamping nyonya Min.
Bersandar lemas di salah satu pilar dekat halaman depan kediaman keluarga Min, Hoseok termenung. Memikirkan banyak hal hingga kepalanya pening luar biasa. Banyak pertanyaan dalam benaknya yang tak kunjung menemukan jawabannya, misalnya;untuk apa dia tetap bertahan ditengah segala luka yang terus menerus menghiasi relungnya dari orang yang sama yang bahkan memandang kearahnyapun enggan. Atau berapa lagi sisa waktu yang dimilikinya ? Apakah itu cukup untuk bisa mendapatkan sebuah kata maaf yang sukar sekali didapatnya.
Hoseok rasa, semua jawabannya mungkin tidak atau tidak pernah.
.
Sudah berjam-jam dia menunggu disana, sampai acara selesai dia belum mendapatkan kesempatan itu juga. Dia tertunduk lesu.