---
"Jadi, apa alasanmu mengajakku ke tempat ini ?"
Sang pemuda bersurai hitam kelam bertanya pada gadis bersurai karamel yang duduk di sebrangnya. Si gadis nampak membuang nafas pelan sebelum menjawab,"aku mengajakmu bernegosiasi."
"Negosiasi untuk apa ?"tanya sang pemuda bersurai hitam kelam-Jeongguk-lagi membuat sang gadis bersurai karamel-Taehyung-kembali menghela nafas"tentang ini,"dia mengangsurkan sebuah amplop berwarna cokelat pada Jeongguk yang kini menaikkan sebelah alisnya."di dalam sini, terdapat akta pengesahan pernikahan yang kita buat satu tahun lalu, di salah satu pub di kota."
Jeongguk terhenyak, tertegun sejenak sebelum menjawab,"lantas kenapa ? Bukannya itu bagus ? Pernikahan kita sudah sah secara negara."nada bicaranya begitu santai membuat Taehyung berdecak sebal."tetapi itu tidak bagus untukku."
"Kenapa ?"tanya Jeongguk lagi dan kali ini mendapat pukulan di kepalanya oleh sang gadis dengan amplop map yang kini kembali di pegangnya."aish, kau ini kasar sekali. Aku ini suamimu, tahu."dan Taehyung hanya menanggapinya dengan kerlingan matanya yang malas.
"Seriuslah sedikit, Jeon. Aku ingin membuat negosiasi denganmu. Aku ingin kita membatalkan pernikahan kita."ujar Taehyung dengan nada serius membuat Jeongguk menaruh atensi sepenuhnya pada gadis itu."alasannya hanya satu, karena aku-kita tidak saling mengenal secara pribadi, kita hanya dua orang asing yang tidak sengaja di pertemukan dalam keadaan mabuk dan membuat hal yang gila-aku tidak bisa, Jeongguk. Kita tidak bisa melanjutkannya."
"Kenapa kau tidak bisa-kita tidak bisa ? Aku senang mengetahui kalau kau yang menjadi istri sahku dan aku rasa aku terbiasa untuk itu. Aku tidak pernah menyangka kalau sekarang aku sudah menikah---"
"Ku mohon, Jeon..."pinta Taehyung dengan raut memelas dan membuat Jeongguk kembali menutup rapat bibirnya, gadis itu kembali menghela nafas."aku akan menikah tahun depan dan hal ini akan menjadi masalah di kemudian hari jika aku dan kau tidak segera mengajukan pembatalan pernikahannya. Ini tidak mudah untukku, Jeon. Banyak hati yang harus aku jaga dan aku tidak mungkin menyakiti hatinya. Aku tidak ingin mengecewakan calon suamiku. Kau mengerti, kan ?"
Jeongguk menatap manik karamel itu dalam diam, bathinnya berkecamuk dan dia sangat ingin bersikap egois sekarang. Namun, melihat wajah frustasi Taehyung membuatnya urung. Mungkin, lebih baik dia mengiyakan ajakan gadis itu. Lebih baik pernikahan mereka di batalkan saja. Mungkin, mereka memang tidak berjodoh.
"Haaah, baiklah nona Kim. Aku menyetujuinya. Kita akan mengajukan pembatalan pernikahan ini."ujarnya dengan nada kalah. Taehyung mengerjapkan matanya beberapa kali lalu raut muramnya berubah senang, matanya berbinar menatap Jeongguk yang kini menarik kedua sudut bibirnya, mencoba tersenyum."sungguh ? Kau serius ?"dan Jeongguk hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan. Taehyung bersorak riang dan melakukan selebrasi kecil-kecilan, tidak peduli kalau ia kini menjadi tontonan para pengunjung kedai. Mereka berada di kedai Yakiniku, omong-omong.
"Terimakasih, Jeon."ujar Taehyung setengah berbisik, terdengar begitu tulus membuat Jeongguk benar-benar tersenyum sekarang."terimakasih kembali, istriku-ehm, masih bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan itu sebelum kita benar-benar berpisah ?"tanyanya hati-hati. Taehyung terdiam, raut wajahnya berubah datar membuat Jeongguk meringis. Dia sudah tahu kelanjutannya, gadis itu tidak akan mengijinkannya memanggilnya dengan sebutan itu---."terserah kau saja. Buat dirimu nyaman, Jeon."
Dan Jeongguk tersenyum lebar setelahnya.
"Terimakasih banyak, istriku."
.
.
"Nah, Tae, ini Mark. Dia yang akan menjadi kita percayakan untuk mengurus semua urusan pernikahan kita."Taehyung tersenyum manis kearah sosok pria bermata kecil yang kini tersenyum simpul kearahnya-kenalan sang calon suami, seorang konsultan pernikahan.