Only Yours

116 9 0
                                    

Chap.5

"Auramu cerah sekali, Tae. Habis menang lotre, ya?"Jimin berkomentar dengan nada kelewat usil namun Taehyung terlalu bahagia untuk menanggapinya dan hanya membalasnya dengan senyuman manisnya. Manis sekali hingga semua teman laki-laki di kelasnya merasa kadar gula di dalam tubuhnya melonjak tinggi.

"Oh, iya. Omong-omong gimana keadaaan Jeongguk? Dia sudah pulang dari rumah sakit?"tanya Jimin dan dibalas anggukan oleh Taehyung,"hu'um. Kemarin sempat collape tapi sekarang sudah baik-baik saja."

Jimin tampak shock mendengarnya namun langsung mengulas senyum lega setelah mendengar penjelasan dari Taehyung,"syukur deh kalau gitu. Kalau hubungan kamu sama dia gimana? Udah membaik?"

Taehyung diam. Bingung untuk menjelaskan perasaannya. Manik kecil Jimin masih menuntutnya untuk menjelaskannya membuatnya mengerang tak suka,"aku engga tahu pasti tapi aku takut sekali kemarin pas dia colleps. Takut kalau dia menyerah dan pergi. Aku bahkan sampai..."

"Sampai?"

Taehyung tertunduk malu. Ia merona hingga ke telinga."harus banget ya kasih tahu bagian ini..."Jimin mengerut sesaat lalu mengangguk kecil,"iyalah! Ayo, lanjutin lagi!"

Taehyung mencibir, rona merah di pipinya makin terlihat jelas."aku menciumnya dua kali."

"...what?!"

"Ish, Jimin berisik! Jangan keras-keras dong!"sungut Taehyung, mendelik kesal kearah Jimin yang langsung menampilkan cengiran tanpa dosanya,"maaf deh."katanya namun sama sekali tidak menyiratkan penyesalan. Taehyung mencebik.

"Terus gimana lagi? Kamu cium dia di depan mama papa sama kakaknya gitu?"Taehyung mengangguk lagi. Telinganya semakin memerah. Jimin tersenyum gemas melihatnya.

"Ckck, kamu agresif juga ya..."godanya dan mendapatkan cubitan sayang di dadanya membuatnya menjerit layaknya anak perawan. Manik kecilnya mendelik kesal namun Taehyung tampak masa bodo. Bel masuk berbunyi nyaring dan Taehyung memilih memusatkan diri pada guru matematikanya yang baru saja memasuki kelas mereka. Jimin masih bersungut disampingnya seraya mengusap brutal dadanya yang masih terasa nyeri. Taehyung memang ratunya tega.

.

.

Pukul 6 sore, Taehyung sampai di rumahnya karena harus mengikuti kelas tambahan. Berjalan ringan memasuki area rumahnya dan di sambut oleh sang kakak yang juga baru sampai sepulangnya dari kampus. Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam rumah dan merecoki sang bubun yang sibuk menyiapkan masakan untuk menu makanan malam ini.

"Lebih baik kalian pergi mandi. Uh, bau asam."katanya seraya mengibaskan sebelah tangannya di depan hidung. Keduanya mencebik serempak namun tetap menuruti titah sang bubun untuk beranjak pergi mandi.

Setengah jam kemudian, mereka telah berkumpul di meja makan. Menyantap hidangan spesial buatan sang bubun. Setelah itu menyantap kudapan manis sembari menonton tv bersama. Sesekali ayah dan bubunnya bertanya tentang kegiatan mereka hari ini dan mereka menjawabnya dengan santai. Taehyung juga menceritakan soal bagaimana ia mendapatkan kecupan dipipi dari Jeongguk untuk penyemangat hari tanpa menceritakan kalau ia yang lebih dulu memberikan kecupan dan itu bukan dipipi melainkan di bibir. Astaga, jangan sampai kelepasan. Bisa malu tujuh turunan Taehyung kalau sampai itu terjadi. Sudah cukup seharian ini Jimin menggodanya, jangan sampai kakaknya juga ikut-ikutan. Aish...

"Bubun seneng deh dengar kamu akur sama Jeonggukie. Bubun harap semua ini akan berlangsung lama. Dampingi Jeonggukie terus ya, sayang..."kata bubun seraya mendekapnya dari samping. Dan kali ini Taehyung mengiyakannya tanpa protes membuat Namjoon memberikan usakan gemas di poninya. Ia bangga dengan sikap Taehyung yang tampak dewasa. Ia berharap hal itu akan berlangsung lama.

"Bun, panacottanya masih ada kan? Aku minta lagi ya. Mau aku kasih ke Jeongguk."

"Ya, ambil aja semuanya. Bagi ke yang lainnya juga."Taehyung mengangguk, bergegas kearah dapur dan menyalinnya ke kotak makan. Berjalan riang menuju rumah seberang. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Ia mematung dengan kotak makan yang ada di genggamannya terjatuh dan makanan di dalamnya berserakan di tanah. Memaku pandang kearah ambulans yang terparkir disana, disusul sebuah tandu yang keluar dari dalam rumah dengan Jeongguk yang tergolek lemas di atasnya. Ambu bag terpasang apik di antara hidung dan mulutnya bersamaan dengan mama Jeon yang menangis pilu beserta papa Jeon yang memapahnya dengan raut sendu. Seokjin menghampiri, tampak meminta keduanya untuk segera memasuki mobil. Mereka bersiap menyusul mobil ambulans itu.

Taehyung tersentak setelahnya. Mengabaikan tatapan bingung ketiganya dan berkata dengan nada bergetar,"a-aku ikut."

Mereka mengiyakan. Dan duduk berdampingan dengan mama Jeon di jok belakang. Tangannya di remat erat, Taehyung memberikan usapan lembut disana. Mencoba menguatkan wanita yang tampak begitu rapuh malam ini.

"Tae, Jeonggukie..."mama Jeon menangis lagi, tersedu dan terdengar begitu pilu. Menyayat hati Taehyung sedikit demi sedikit. Taehyung memeluknya dari samping, membisikkan kata-kata penenang. Walaupun ia sendiri tidak begitu yakin...

"Jeonggukie pasti baik-baik saja, mama. Jeonggukie kita kuat. Dia yang terhebat."

Keduanya menangis bersama. Membagi rasa sakit yang sama. Berharap kalau Jeonggukie mereka selamat dan sembuh seperti sedia kala.

.

.

Kedua kalinya Taehyung berada disana dan untuk kesekian kalinya Jeongguk terbaring lemah disana. Kondisinya semakin memburuk dan harus mendapatkan donor sesegera mungkin dan sayangnya tidak ada yang cocok dengannya dan fakta menyedihkan yang baru Taehyung dapatkan malam ini adalah, seorang Jeon Jeongguk, si aneh yang dulu begitu di bencinya adalah seorang anak yang hidup sebatang kara. Menghabiskan waktu kecilnya di jalanan sebelum akhirnya di adobsi oleh keluarga Jeon dan memulai hidup baru bersama saat umurnya menginjak tahun ke tujuh. Di umurnya yang ke sepuluh, si bungsu Jeon di vonis menderita Leukimia kronik dan menurut prediksi dokter yang kala itu menanganinya, itu adalah penyakit bawaan dari salah satu orang tuanya. Entah itu ayah atau ibunya. Dan sejak saat itu, hari-hari berat si bungsu Jeon lalui bersama keluarga barunya. Tak jarang Jeongguk mengeluh dan nyaris menyerah. Namun, mereka selalu memberikannya semangat dan menyokongnya sampai saat ini. Sekarang, mereka hanya bisa memasrahkan diri pada sang pemilik hidup. Pasrah akan keputusan akhir hidup si bungsu. Jika memang ia harus pergi, mereka berharap Jeongguk pergi tanpa merasakan sakit. Hanya itu harapan mereka.

Taehyung hanya bisa tertunduk sedih. Hanya itu yang bisa ia lakukan selain merapalkan doa dalam diamnya. Ia tak punya daya untuk menolong si bungsu Jeon. Sel kankernya berkembang dengan pesat hingga merambat ke organ penting lainnya dan mengalami disfungsi.

Taehyung mengusap wajahnya kasar. Ia tidak boleh menyerah. Pasti masih ada cara lain untuk menolong Jeongguk.

Ia membuka tasnya dan mengeluarkan laptop yang ada di dalamnya. Mengaktifkannya dan bersiap untuk membuka akun sosial medianya. Membulatkan tekadnya untuk menolong Jeongguk. Termasuk membuat pengumuman penting disana dan berharap salah seorang pengikutnya bisa membantu dan menyelamatkan nyawa Jeongguk.

Ia membuat acara siaran langsung di akun berbagi foto dan sukses menarik atensi yang langsung menuliskan komentar penuh rasa simpatik mereka pada Jeongguk dan salah satu komentar menarik perhatiannya.

Soobin.Choi05: golongan darahku ab reshus negatif. Organ hati dan ginjalku semuanya baik. Aku berminat menjadi pendonor. Bisa kau kirimkan alamat rumah sakit atau berikan aku nomor kontak yang bisa ku hubungi?

Taehyung menangis seraya mengucap syukur. Mengucap rasa terimakasihnya seraya menyebutkan nama pemilik akun tersebut dengan nada bergetar,"terimakasih. Terimakasih banyak. Aku akan mengirimkanmu DM. Aku akan menuliskan kontakku disana. Sekali terimakasih. Aku, kami semua berhutang banyak padamu..."

.

.

Bersambung

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang