---
Jimin terusik dari tidurnya dan terkesiap kala menyadari kalau sisi ranjang sebelahnya telah kosong. Taehyung pergi entah kemana dan seketika membuatnya di rundung rasa panik. Beringsut turun dari ranjang guna mencari keberadaan si manis kesayangan dan berniat beranjak keluar namun suara batuk yang berasal dari arah kamar mandi membuatnya urung dan berbalik arah, berjalan setengah berlari menuju kamar mandi yang pintunya tidak tertutup rapat dan mendapati sosok yang di carinya tengah membungkuk di depan wastafel dengan kepayahan, nyaris limbung dan menghantam lantai kamar mandi yang dingin dan keras jika saja Jimin tidak sigap menahan bobot tubuhnya yang melemas. Taehyung berjengit sejenak sebelum akhirnya mengulas senyuman, menyiratkan kalau ia baik-baik saja pada Jimin yang tampak cemas luar biasa.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit dan memeriksakan kondisimu. Aku takut kau mengidap penyakit serius, Tae."katanya dengan nada khawatir yang tersirat dengan jelas. Lagi-lagi si manis menyunggingkan senyuman, mengusap tangan Jimin yang melingkar di sepanjang lingkar pinggang sempitnya."aku baik-baik saja. Kan aku sudah bilang, kalau aku ini hanya masuk angin."
"Tapi kan..."bibir tebal nan mungil itu di cubit pelan. Kepala Taehyung menggeleng kecil,"sst, kau ini lama-lama semakin cerewet saja. Lebih baik kau buatkan aku minuman hangat. Sepertinya air perasan jeruk hangat cukup membuat rasa mualku berkurang."
Jimin mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan, masih menyempatkan untuk mendaratkan kecupan sayang di kening Taehyung. Si manis terkekeh kecil karenanya. Jimin beranjak keluar, dan terlonjak kaget kala mendapati sosok Jeongguk berdiri di ambang pintu dengan raut cemasnya. Raut Jimin berubah masam.
"Apa Taehyungie mual lagi?"katanya dengan nada tak sabar, Jimin berdecak samar sebelum mengangguk kecil. Jeongguk menarik nafas berat, wajah pemuda itu nampak lebih pucat dari terakhir Jimin melihatnya. Apa pemuda itu sakit?
Jimin menggelengkan kepalanya pelan. Tidak seharusnya ia peduli pada pemuda itu bukan? Toh, bukan urusannya. Pada akhirnya, Jimin memilih berlalu. Ada tugas penting yang harus ia urus, membuat pesanan spesial si manis kesayangan dan ternyata si jangkung Jeon mengekor di belakang dan menawarkan diri untuk membantu. Jimin mendengus, menahan diri untuk tidak melampiaskan emosinya yang terkadang sulit ia kontrol tiap berhadapan dengan Jeongguk.
"Biar aku saja. Ini pekerjaan yang mudah. Kau cukup membuat sarapan saja. Sepertinya sup ayam cocok untuk menu sarapan kali ini."usul Jimin, Jeongguk tampak menimbang sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. Beranjak menuju sisi pantry yang lainnya dan mulai mengeluarkan bahan yang ia butuhkan dari lemari pendingin, mengolahnya dengan cepat. Jimin sejenak memperhatikan, melihat dengan jelas betapa semangatnya pemuda itu dalam menjamu Taehyung. Jimin tersenyum kecut setelahnya.
"Pantang menyerah, eoh? Ck, benar-benar tak tahu malu."
Jimin memutuskan kembali ke kamarnya setelah air perasan jeruknya telah siap. Memasuki kamarnya dan mendapati Taehyung tengah duduk bersandar dengan ponsel ditangannya. Wajahnya tampak begitu serius. Sepertinya ada masalah di kantor.
"Nah, minumlah agar lekas membaik."kata Jimin seraya mengangsurkan secangkir air perasan jeruk hangat buatannya pada Taehyung yang menerimanya dengan suka cita, seulas senyuman terhias di wajahnya yang cantik,"terimakasih, Chim."
Jimin mengangguk, duduk di tepi ranjang dan mengusap pucuk kepala Taehyung yang sibuk menikmati minuman hangatnya decak puas. Sepertinya air perasan jeruk buatannya enak.
"Merasa lebih baik?"Taehyung mengangguk kecil, mengulas cengiran lucu."Jiminie pandai sekali membuatnya."dan itu cukup membuat hati Jimin membuncah karena rasa bangga.
"Syukurlah kalau begitu. Jeongguk sedang menyiapkan sarapan untuk kita dan mungkin sebentar lagi akan matang. Kau mau menunggu disini atau di bawah?"tanyanya seraya mengelus lembut surai kamarel Taehyung yang tergerai sepunggung. Si manis mengetukkan jemarinya di dagu, memasang wajah berpikir yang menggemaskan.
"Di bawah saja, tapi gendong ya?"katanya dengan nada manja, Jimin terkekeh lalu dengan senang hati berjongkok di hadapan si manis kesayangannya yang kini setengah melompat kearah punggungnya dan mengalungkan kedua lengannya di leher Jimin dengan erat namun tidak membuat pria itu tercekik. Keduanya telah sampai di lantai bawah, Jimin mengayunkan kakinya ringan menuju ruang makan dan Jeongguk nampak duduk manis di salah satu kursi, menyambut mereka dengan seulas senyuman di bibirnya yang pucat dan hanya di balas senyuman kaku Jimin dan Taehyung yang memalingkan wajahnya. Jimin duduk di samping Taehyung yang berhadapan dengan Jeongguk yang dengan telaten membagikan makanan mereka walaupun di tak mendapatkan tanggapan berarti dari Taehyung dan hanya decakan malas dari si manis yang selalu tampak kesal setiap si jangkung Jeon berada di sekitarnya. Mereka menyantap sarapan dengan tenang walaupun sesekali terdengar rengekan Taehyung yang merasa mual dan hanya mampu memasukkan dua suapan ke dalam perutnya. Jeongguk menawarkan diri untuk membuatkan si manis teh hangat namun di tanggapi decihan dan setelahnya Taehyung memilih beranjak pergi meninggalkan meja makan, Jimin menyusul setelahnya dan meninggalkan si jangkung Jeon yang termangu di tempatnya. Menatap piringnya tanpa minat. Rasa laparnya menguap begitu saja, padahal isi piringnya masih sangat utuh. Ia menghembuskan nafas berat, bersandar lemas di kursinya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu sakit dan pandangannya memburam. Sepertinya, kali ini harus menuruti saran dari Yugyeom untuk berobat.
.
.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/143095240-288-k7609.jpg)