---
Mau lagi? Voment dulu dong, Cancie :p"Nona Kang, apa tuan Park ada?"tanya Taehyung pada sekretaris Jimin sesampainya ia di kantor sang pria Park. Sang sekretaris menghentikan aktivitasnya sejenak lalu beringsut bangkit dari duduknya, membungkukkan badannya ringkas pada Taehyung sebelum menjawab,"ada, nyonya Kim. Namun, beliau saat ini tengah berada di ruang rapat. Nyonya Kim bisa menunggu tuan Park di dalam, mari saya antar."ujarnya seraya menawarkan diri mengantar Taehyung memasuki ruang kerja Jimin. Si manis hanya tersenyum lalu memberi gelengan kecil,"tidak usah. Aku akan menitipkan pesan saja untuknya. Bilang padanya, tolong balas pesanku dan datang ke rumahku malam ini. Karena ada beberapa hal yang harus kami bicarakan."sang sekretaris mengangguk paham,"akan saya sampaikan, nyonya."
Taehyung tersenyum lagi."kalau begitu, saya pamit. Terimakasih sebelumnya, nona Kang."sang sekretaris mengangguk, membungkukkan badannya sampai Taehyung berlalu. Jimin menampakkan dirinya setelahnya, melirik kearah sang sekretaris yang hanya mengacungkan ibu jarinya dengan senyuman kakunya. Jimin menarik nafas lega, lalu meringis. Sedikit banyak merasa bersalah pada si manis kesayangannya.
Mungkin, ia sudah mulai keterlaluan.
"Terimakasih atas bantuannya, nona Kang."ucapnya sebelum kembali masuk ke dalam ruangannya. Menarik nafas banyak berulang-ulang. Meraih ponselnya dan menekan panggilan cepat disana. Menunggu tanggapan dari seseorang di seberang sana. Di panggilan kedua barulah terdengar suara yang begitu di kenalnya. Tanpa sadar senyuman indah melengkung di wajah tampannya.
"Halo, sayang....?"
.
.
Hari ini Jeongguk sudah di perbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik dan sebelum pulang ia harus mengambil hasil rekam medisnya terlebih dulu dan berbincang dengan sang dokter guna membahas pengobatan apa yang nantinya akan dijalani oleh si jangkung. Taehyung menawarkan diri untuk mengambil hasil tes itu dan meminta Jeongguk menunggu di dalam ruang rawatnya. Jeongguk sempat menolak karena rasa segannya, terlalu sering merepotkan Taehyung. Si manis mencebik, tidak suka dengan sikap Jeongguk yang selalu merasa sungkan padanya dan mengatakan kalau si jangkung tidak perlu merasa begitu. Hal itu adalah lumrah di lakukan oleh sepasang suami istri seperti mereka. Jeongguk merona lagi dan Jimin lagi-lagi hanya bisa meringis pedih dalam diamnya. Si manis kesayangannya itu sengaja atau bagaimana? Suka sekali memberi harapan kosong pada orang lain. Ya, begitulah anggapan Jimin sampai sekarang. Entah itu benar atau salah. Namun, Jimin berharap kalau anggapannya memang benar adanya.
Ya, semoga saja.
Taehyung sudah beranjak pergi, menyisakan Jeongguk dan Jimin yang diliputi rasa canggung. Jeongguk memilih mengalihkan pandangannya keluar jendela dan Jimin duduk manis di sofa seraya bermain gim di ponselnya.
Tak lama, Taehyung kembali dengan raut wajahnya yang tampak berubah. Keduanya menyadari hal itu. Jimin beranjak menghampiri dan menanyakannya ini dan itu namun tak mendapatkan tanggapan apapun dari si manis yang memilih menyerahkan rekam medis pada Jeongguk sebelum akhirnya berlalu keluar ruangan. Jimin sempat menoleh kearah Jeongguk dan menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya menyusul Taehyung. Jeongguk tercenung di tempatnya. Menarik nafasnya dalam. Sudah ia duga kalau hal ini akan terjadi. Ia hanya bisa pasrah sekarang.
"Maafkan aku, Tae..."
.
.
Disinilah Taehyung sekarang, duduk sendirian di bangku kayu yang ada di taman rumah sakit seraya menangis tanpa suara. Meremat kuat ujung baju terusan berwarna biru tua yang dikenakanannya, mencoba mengalihkan rasa sesak yang menyiksanya. Ia sungguh tidak mengerti apa yang terjadi dengannya. Yang jelas, ia hanya merasa begitu sedih.
Jimin menghampirinya, menempatkan diri disamping Taehyung yang masih terisak lirih. Jimin menghela nafas pelan sebelum menarik tubuh ramping itu kedalam rangkulan hangatnya. Tangannya mengusap ringan bahu sempit Taehyung yang bergetar. Entah mengapa dadanya terasa begitu sesak melihat keadaan Taehyung yang tampak kacau dan semakin menjadi saat menyadari kalau pemicu utama kesedihan Taehyung adalah seorang Jeon Jeongguk. Banyak spekulasi yang berkeliaran dalam benaknya. Sedikit banyak mengarah pada perasaan Taehyung yang mulai berubah. Si manis kesayangannya mulai menaruh rasa pada si jangkung. Kalau itu memang benar adanya, apakah Jimin bisa menerimanya?
"Menangislah, Tae. Jika hal itu bisa membuat perasaanmu lebih ringan."kata Jimin dengan masih setia memberi usapan ringan di bahu sang kesayangan. Isakan itu semakin keras, tangisnya pecah begitu saja membuat Jimin tersenyum getir. Sudah ia duga, kalau perasaan Taehyung memang sudah berubah...
"A-aku sedih, Jim. Jeongguk...ya, Tuhan hatiku sakit...."
Jimin mengeratkan rangkulannya. Taehyung masih tersedu, membasahi kemeja kelabu yang dikenakannya. Mereka seolah membagi rasa sakit yang sama namun dengan alasan berbeda.
"Kau benar-benar memiliki rasa padanya, Tae. Kau menyukainya. Dan sebentar lagi, aku akan benar-benar kehilanganmu. Tuhan, apakah aku sanggup menerima semua itu?"
.
.
Taehyung bangun lebih pagi dari biasanya. Ia berniat menyiapkan sarapan hari ini. Meraih jubah tidur satin merahnya dan mengikat talinya serampangan. Mengikat surai cokelat panjangnya asal dan beranjak dari kamar, menuruni anak tangga sedikit cepat dan terpaku di undakan terbawah, mendapati seorang Jeon Jeongguk berada disana dan sibuk membalik panakuk di atas pan panas. Pemuda itu berjengit sesaat kala menyadari entitasnya dan melempar senyuman kecil. Taehyung melangkah mendekat, berniat menawarkan diri untuk membantu namun gelengan kecil yang di dapatnya,"tunggulah di meja makan. Panakuknya sebentar lagi matang kok."katanya diiringi senyuman manis namun tampak sekali jika tidak ingin di bantah. Taehyung mengalah dan menurut. Duduk manis di salah satu kursi makan, menunggu panakuknya siap di hidangkan. Setumpuk panakuk sudah matang, Jeongguk tengah sibuk menambahkan whipe cream diatasnya setelah menuangkan sirup maple dan sebuah ceri kecil sebagai pemanis. Taehyung berbinar melihatnya, nampak tak sabar untuk segera menyicipinya.
"Basuh wajah dan gosok gigimu dulu, Taehyungie. Barulah kau bisa mencicipi panakukku yang lezat ini."kata Jeongguk memperingati membuat si manis Kim mencebik, beringsut bangkit dari duduknya dan menyeret kakinya menuju kamar untuk membersihkan dirinya. Ia memang belum sempat membasuh wajah dan menggosok giginya karena takut terlambat menyiapkan sarapan walaupun pada kenyataannya memang begitu karena lagi dan lagi Jeongguklah yang menyiapkannya. Taehyung meringis mengingatnya. Ia merasa gagal sebagai seorang istri.
Eh? Kenapa ia jadi berpikiran begitu?
Menggeleng cepat lalu segera membasuh wajah dan menggosok giginya. Setelah selesai, ia kembali turun ke lantai bawah dan ternyata Jimin sudah berada disana. Wajahnya cukup terlihat segar walaupun pria itu tak jarang menguap lebar. Jeongguk mengangsurkan jatah panakuk masing-masing dan langsung di terima dengan suka cita oleh Taehyung yang memang sejak awal sudah begitu mendamba. Menikmati setiap sensasi yang di rasakannya dengan senyuman yang mengembang, menarik atensi Jeongguk serta Jimin yang nyaris mendengus geli melihatnya. Keduanya dengan serempak mengangsurkan tisu untuk menyeka noda whipe cream yang mengotori sudut bibirnya. Taehyung terkesiap lalu terkekeh, memilih menerima pemberian keduanya dengan senyuman riangnya.
"Terimakasih banyak, papa, dada."ucapnya, keduanya tersentak mendengarnya. Melemparkan pandangan bingung kearah Taehyung yang masih memasang wajah santainya,"kenapa?"
Jimin menarik nafas pelan,"siapa yang kau panggil dengan sebutan dada, Park Taehyung?"si manis kesayangannya malah terkikik kecil lalu memilih menyuap suapan terakhir panakuknya sebelum membalas pertanyaan Jimin,"tentu saja Jeongguk, siapa lagi?"
Jeongguk terperangah mendengarnya, merasa tidak percaya akan apa yang barusan di dengarnya sedangkan Jimin berdecih. Tiba-tiba ia merasa kehilangan selera makannya.
Sret
"Aku sudah selesai. Terimakasih makanannya."lalu setelah itu beranjak pergi meninggalkan keduanya yang memandangi punggungnya dengan tatapan berbeda. Jeongguk melirik Taehyung yang tampak menarik nafas beratnya. Jeongguk menghela nafasnya. Sepertinya, setelah ini akan ada masalah baru yang harus mereka hadapi.
Bersambung
