---
"Ah, gimana hasilnya? Lo baik-baik aja 'kan dan engga ada yang perlu di khawatirkan?"
Pertanyaan beruntun dari Jeongguk membuat Taehyung bimbang dan memilih untuk menanggapinya dengan senyum kecilnya, membuat pemuda berwajah kelinci itu menyipitkan matanya penuh curiga.
"Lo engga lagi berniat menyembunyikan sesuatu 'kan dari gue?"tudingnya sembari mencolek gemas dagu Taehyung yang kini mendengus dan menepisnya keras.
"Ya, kagak lah! Buat apa juga? Gue baik-baik aja, kok. Semua hasilnya bagus dan kata dokter yang menangani gue, itu hanya gejala biasa dari bertambahnya minus mata gue. So, engga ada lah yang perlu lo khawatirin. Chill aja, sih."ujarnya dengan nada tengil membuat hidung bangirnya yang kini jadi sasaran kegemasan Jeongguk hingga memerah dan membuatnya merengek karena risih. Pemuda itu terkikik kecil lalu mengusap hidung memerahnya dengan lembut.
"Syukur deh kalau gitu. Gue lega sekarang."ujarnya dengan senyuman kelegaan, Taehyung ikut menyunggingkan senyumnya.
"Yaudah, balik sekarang?"tanya Jeongguk yang di tanggapi gelengan Taehyung membuat pemuda itu menyernyit,"lho, kenapa?"
"Gue mau ke apart Jimin dulu, udah janji soalnya. Lo drop gue disana aja, biar baliknya gue pesen taksi atau naik bus. Gampang lah itu."jawab Taehyung yang membuat Jeongguk berdecak."yaudah gue tungguin aja sampe selesai. Lagian, ngapain juga di rumah cowok lain lama-lama coba?"
"Please deh, Guk. Jimin itu kan sohib gue, bukan orang lain."ujar Taehyung jengah dan ditanggapi gedikan bahu pemuda itu dengan acuh.
"Whatever. Pokoknya gue udah memutuskan. Gue bakal nungguin lo sampai selesai. Engga ada penolakan."kekeuh Jeongguk dan membuat Taehyung mendengus keras.
"Serah. Ayo balik, gue cape."
Setelah itu dia berlalu mendahului Jeongguk yang misuh-misuh dibelakangnya.
.
.
"Yakin engga mau masuk aja? Gue kayaknya lama, loh."
"Kagak. Gue disini aja."tolak Jeongguk lagi, tetap teguh pada pendiriannya. Tidak mau ikut masuk kedalam apartemen Park Jimin dengan alasan malas melihat wajah sahabat Taehyung satu itu dan lagi-lagi membuat Taehyung mendengus. Entah kapan kedua makhluk tampan itu akurnya. Taehyung sudah menyerah untuk membuat keduanya akrab satu sama lain layaknya Taehyung dan Lalisa yang notabene sahabat kental Jeongguk sejak duduk di bangku taman kanak-kanak dulu.
"Yaudah, serah lo aja. Gue masuk ya. Si Jimin udah ribut nih soalnya dia bilang mau cepet-cepet samperin gebetan barunya."
"Oh, dia laku toh. Kirain engga ada yang mau sama kloningan kue beras kayak dia."dan mulut non filternya mendapat tabokan mesra dari tangan Kim Taehyung yang kini mendelik tajam kearahnya. Tidak menakutkan sama sekali. Malah, dimata seorang Jeon Jeongguk, Taehyung begitu menggemaskan.hm.
"Di jaga ya tuh bibir lemes. Gue karetin ya lama-lama biar ke kontrol dikit."omelnya membuat Jeongguk mendengus geli. Suka sekali kalau Taehyung sudah mengomel seperti itu, berkali-kali lipat menggemaskannya. Jeongguk tertawa nista dalam hati.
"Udahlah, cape ngeladenin lo mah. Engga bakal beres cepet."dengan kaki menghentak keras, Taehyung beranjak pergi. Memasuki apartemen sohibnya dan meninggalkan Jeongguk menunggu di mobil. Masa bodo kalau sampai pemuda itu mati kebosanan. Dia sudah lelah lahir bathin mengurusi bocah kloningan kelinci itu.
"Chim, gue masuk ya!"
Taehyung berseru keras lalu membuka kenop pintu apartemen sang sohib yang ternyata tidak di kunci. Melangkahkan kakinya masuk sembari mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan, mencari keberadaan seorang Park Jimin.
