***
"Kook."
Jimin menghampiri Jungkook yang tengah sibuk mengayun ayunan yang tengah dinaikinya sembari memandangi beberapa anak kecil berlarian atau sekedar bermain lempar tangkap bola, tertawa penuh suka cita membuat bocah yang kini sudah duduk dibangku sekolah menengah atas ditahun kedua ini tak bisa menahan senyumnya. Melirik Jimin yang sibuk membuat simbol abstrak dengan kakinya ditanah membuatnya teringat akan masa lalu dimana ia, Jimin dan Taehyung yang begitu indah untuk dilupakan. Masa kecil memang paling menyenangkan.
"Sial! Aku jadi rindu Taetae."sungutnya namun tak mengendurkan seulas senyum dibibirnya, Jimin yang mendengarnya mengangguk kecil. Ia juga rindu dengan pemuda berkulit tan yang tengah menjalani pertukaran pelajar diJepang dan akan kembali dua tahun lagi.
"Apa dia sudah bisa dihubungi ?"tanya Jungkook yang sudah cape mengayun ayunan yang biasanya dilakukan Taehyung jika pemuda itu ada, lagi-lagi pemuda bergigi kelinci itu teringat Taehyung. Jimin menggeleng.
"Tidak, nomornya tidak aktif mungkin dia ingin fokus dengan studynya disana. Kak Joon juga bilang kalau Tata jarang sekali membalas e-mailnya mungkin jadwalnya terlalu padat."ujarnya lalu berlalu ke penjual es krim yang berada dekat prosotan meninggalkan Jungkook yang menatap sendu wallpaper ponselnya, foto ketiganya sebulan sebelum keberangkatan Taehyung keJepang.
"Cepatlah pulang, Triple Trouble terasa hampa tanpa kehadiranmu."
**
"Jadi ponselmu hilang ? Aish kau ini ceroboh sekali sih ?"omel Namjoon pada sosok lain yang tengah meringis diseberang sambungan telfon itu.
"Aku tidak sadar kantung blazerku bolong, mungkin terjatuh saat aku menunggu bus atau saat dijalan. Entahlah aku lupa."Namjoon menghela nafas memijat pangkal hidungnya yang kaku, adiknya tidak pernah berubah. Selalu teledor dan ceroboh dalam menjaga barang berharga miliknya. Bulan-bulan pertama bocah itu berada dinegara sakura sebagai peserta pertukaran pelajar disana ia hampir meninggalkan laptopnya dikafetaria dekat sekolahnya lalu melupakan dompetnya diloker dan harus berjalan kaki menuju asrama dan sekarang ponselnya yang hilang. Namjoon tidak habis fikir.
"Yasudah nanti ku kirimkan ponsel baru jadi untuk sementara kau menghubungi kami lewat telfon asrama atau e-mail saja. Oh iya, apa kedua sahabatmu tahu ? Kau sudah menghubungi Jimin atau Jungkook ?"tanyanya lalu si adik kembali meringis membuatnya mendengus keras, si adik pasti lupa. Dasar.
"Eum aku tak ingat nomor mereka, kak Joon punya kan? Aku minta dong."nah kan, tebakan pemuda berdimple itu tidak salah. Namjoon menahan kedutan disudut bibirnya.
"Ck, kau ini. Cepat tulis, akan kusebutkan nomor ponsel keduanya."ujarnya dibalas gumaman, Namjoon menyebutkan nomor kedua sahabat adiknya yang ia simpan dibuku catatan. Lalu tersenyum kala mendengar pekikan senang si adik.
"Terimakasih kak, yasudah ku tutup ya telfonnya. Aku masih ada satu kelas lagi. Sampaikan salamku untuk ibu dan ayah, yang lainnya juga. Aku sayang kak Joon."Namjoon berdehem lalu sambungan terputus, pemuda itu meraih bingkai foto yang selalu terpajang apik dimeja kerjanya lalu mendekapnya erat.
"Aku juga sayang padamu, cepatlah pulang agar aku tak merindukanmu lagi."memeluk erat foto sang adik yang tersenyum lebar sembari memegang balon berbentuk angka 15---saat ulang tahunnya diakhir tahun lalu.
**
"Aku pulang..."
"Ah, Kook kau sudah pulang ? Lekas ganti baju dan segera makan, ibu tadi memasak sup rumput laut dan jjangmyeon yang mungkin sudah dingin kau panaskan saja ya. Ibu pergi dulu, mau arisan."Jungkook hanya mengangguk lalu bersiap menaiki anak tangga menuju kamarnya namun langkahnya berhenti diundakan ketiga kala sang ibu berkata sebelum menghilang dari balik pintu utama rumah mereka.