Siluet Senja

155 8 0
                                    

---

Hoseok GS!

"Seok oh Hoseok, main yuk!"

Teriak Namjoon sembari menggoyang pintu pagar bercat hijau lumut itu dengan brutal, sembari meneriaki nama sang empu rumah tak kalah hebohnya.

"Ck, sabar dong. Aku kan tadi habis disuruh siram tanaman dulu sama ibu."decak sang empu rumah sembari mengikat rambut cokelat hitam panjangnya dan menghampiri Namjoom yang kini hanya bisa menampilkan senyum bodohnya.

"Hehe, maaf deh."ujarnya menyesal dan ditanggapi dengusan malas dari sosok manis yang kini berjalan mendahuluinya, padahal dia tak tahu mereka akan kemana. Namjoon biarkan saja, sebentar lagi juga...

"Ish Joon ini kita mau kemana sih ? Kok dari tadi engga nyampe-nyampe ?"mendengar rengekan imut dari bibir tipis berbentuk hati si manis membuat seulas senyum manis Namjoon terhias, mengusak gemas rambut panjang yang terkuncir tanpa poni itu dan mengabaikan delikan tajam si manis yang terlihat imut dimatanya.

"Kita hunting tempat baru, Seok. Bosen ah dibukit belakang terus."ujarnya sembari berjalan mendahului si manis yang kini mengekor dibelakang, nampak mulai tertarik dengan idenya.

"Benarkah ? Kupikir kamu engga bakal bosen liat sunset dari sana."

"Semua orang pasti punya rasa jenuh, kan ?"ujarnya bijak dan si manis manggut-manggut, keduanya berjalan beriringan dengan si manis yang terus saja mengomentari apa yang dilihatnya sepanjang jalan. Seperti tanaman menjalar yang kering karena tak diurus dengan baik, rumah-rumah unik yang membuatnya berharap bisa memiliki salah satunya disuatu hari dan beberapa anak kucing yang nampak mengikuti induknya dengan tertib dan memekik melihat tingkah gemas mereka.

"Mereka gemesin banget ya, Joon."Namjoon hanya tersenyum simpul sembari mengusap puncak kepalanya lembut.

.
.
.

"Nah, kita sudah sampai."seru Namjoon kala mereka telah sampai ditempat tujuan namun si manis hanya menyernyitkan dahinya dalam.

"Serius nih, mau disini ?"Namjoon mengangguk dan sukses membuat si manis memberengut dalam.

"Ini mah terlalu ramai, Joon. Engga ekslusif kayak yang dibukit. Pindah aja yuk."pintanya dengan nada memelas, Namjoon mendesah pelan dan menggeleng.

"Tapi view disini bagus, Seok. Lihat deh, bias jingganya lebih terlihat nyata dari pantulan sungai. Indahkan ?"ujarnya memberi pengertian, menunjukkan pada si manis kalau alasannya bukanlah bualan nan konyol. Awalnya si manis masih terlihat masam namun didetik berikutnya manik kecilnya membulat penuh binar, terpesona.

"Joon, kamu benar. Aku baru tahu kalau pantulan sungai disaat petang begitu indah."ujarnya takjub dan Namjoon merasa senang akan itu, mulai membuka tas selempangan warna gelapnya untuk menyiapkan kamera analognya. Bersiap membidik siluet kesukaannya, senja.

Namjoon mengambil banyak sekali bidikan, sesekali menggumamkan rasa kagumnya pada bias jingga yang membentang dilangit awal musim panas itu. Dia semakin jatuh cinta pada senja, sungguh.

"Kamu suka sekali ya, pada senja ?"tanya si manis yang kini menduduki salah satu kursi beton yang tersedia dipinggir jembatan sungai itu, memandangi tubuh jangkung itu yang begitu terlihat kokoh dimatanya. Namjoon mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya, masih sibuk membidik objek gambar. Tak menyadari seulas senyum terlukis diwajah manis sosok yang selalu setia menemaninya menikmati senja.

"Kamu tahu ?"

"Tidak, Seok."mendengar sahutan dari Namjoon membuat si manis mendengus samar.

"Aku belum selesai."protesnya membuat Namjoon terkekeh, tanpa menoleh.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang