Sayangi aku, mommy (14)

217 12 0
                                    

---

Jimin duduk termenung di kursi taman rumah sakit. Tatapan matanya begitu kosong dengan pikirannya yang mengawang jauh pada beberapa kenangan masa lalunya yang indah.

Disaat dirinya masih seorang Min Jimin yang polos dan menggemaskan. Begitu manja kepada kedua orang tua dan kedua hyungnya yang paling dia sayangi.

Banyak moment manis yang mereka lewati bersama. Begitu indah, begitu menyenangkan kala Jimin mengingatnya. Sesekali lengkungan senyum simpulnya mengembang, teringat moment lucunya dengan kedua hyungnya. Saat itu, dirinya masih berumur 5 tahun.

Kala itu, Jimin merengek ingin ikut bergabung bersama Yoon hyung dan Hosiki hyungnya yang sibuk mengumpulkan guguran daun pohon maple yang tertanam di halaman belakang rumah mereka, membantu sang ayah yang kala itu bersiap membakar tumpukan daun-daun gugur itu dengan pematik api dan sedikit guyuran bensin. Namun, sang mommy melarangnya keras karena kala itu Jimin sedang demam. Sejak semalam suhu tubuhnya naik dan turun diiringi dengan suara bersin Jimin yang menandakan dirinya terserang gejala flu. Jimin merajuk karenanya. Memandang sendu kedua hyungnya yang nampak begitu semangat mengumpulkan daun-daun yang gugur membuatnya iri. Jimin ingin juga melakukannya.

Dengan kedua pipinya yang mengembung, Jimin terus memperhatikan kegiatan menyenangkan itu. Hatinya sedih sekali. Sungguh ini tidak adil baginya.

Tiba-tiba, Hosiki hyungnya datang dengan jalan berjinjit, mengendap-endap. Memberi isyarat pada Jimin untuk diam dengan jemari telunjuk kecilnya yang dia taruh diatas bibirnya. Sepertinya, hyungnya itu takut mengganggu tidur sang mommy yang tampak pulas di sofa empuk di ruang tengah. Jimin mengangguk pelan walaupun wajah imutnya masih betah tertekuk. Perlahan, Hosiki hyung menarik lengan mungilnya, membawanya ke halaman belakang dengan cara yang sama seperti saat dirinya masuk ke dalam rumah. Setelah sampai disana, kedua disambut dengan riang oleh Yoon hyung dan sang daddy yang kini menaruh tubuh mungil nan gempal Jimin di kedua pundaknya, berlarian mengejar kedua hyungnya yang kini memekik kegirangan sembari menjauh dari kejaran sang daddy dan Jimin yang kini tertawa lepas di gendongannya. Keempatnya tertawa bahagia sembari terus berkejar-kejaran di halaman belakang rumah mereka yang luas hingga berbaring di atas rumput karena kelelahan. Namun, hal itu tidak membuat raut bahagia mereka luntur. Jimin kecil beringsut mendekat kearah Hosiki hyungnya dan memeluknya dari samping sembari mencicit,"telimakacih, yung. Chimy cayang Ciki yung."

Hosiki hyungnya membalas dekapannya, lebih erat. Tersenyum lebar sekali membuat Jimin ikut menarik kedua sudut bibirnya tidak kalah lebarnya,"apapun untuk Chimy. Hyung lebih sayang Chimy lebih dari apapun."

Menyeka air mata Jimin yang meluruh deras di kedua pipi gembilnya, menepuk lembut pucuk kepalanya. Memintanya untuk berhenti menangis."jangan menangis, Chimy. Kalau Chimy sedih, hyung juga sedih."

Saat itu, tangisan Jimin seketika mereda. Kembali mengeratkan pelukannya lalu berujar lirih."mianhe. Chimy janji nda akan cedih lagi kalena Chimy nda mau liat yung cedih. Chimy cayang yung."

"Hyung juga sayang Chimy. Sayang kalian semua karena kalian segalanya untuk hyung. Hosiki hyung akan lakukan apapun untuk membuat kalian bahagia, sekalipun nyawa hyung taruhannya. Hyung janji."

.

Perlahan, air mata Jimin meluruh. Mulai terisak karena teringat janji terakhir Hoseok padanya. Hosiki hyungnya rela mempertaruhkan nyawanya demi keluarganya yang selama 5 tahun terakhir mengasingkannya dan membencinya tanpa alasan berarti. Jimin merasa begitu jahat. Rasa sesak itu bercokol di dadanya. Tidak seharusnya kan dia memperlakukan Hoseok begitu kejamnya. Hoseok itu tetap kakaknya. Salah satu hyung kesayangannya. Jimin menyesal.

Jimin meredam isakannya dibalik kedua telapak tangannya yang mungkin sudah penuh dengan lelehan air matanya sendiri. Relungnya sakit sekali sampai rasanya dia ingin menabrakkan dirinya ke truk besar yang sedang melintas di jalan raya. Kematianlah yang pantas untuknya sekarang.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang