Ini adalah dua visual robot yang muncul di dalam bab ini ya. Sengaja mulai saat ini kukirim gambar agar kalian bisa lebih kuat lagi membayangkan musuh-musuh yang dihadapi cewek-cewek cantik ini.***
102 – Berada di Tengah Peperangan Antar Robot.
Part Siyeon and SuA.
Baru saja beberapa detik SuA dan Siyeon menginjakkan kaki di kota ini, mereka sudah disambut dengan tembakan berupa laser, andaikan saja SuA tak melihat itu, maka Siyeon mungkin sudah menjadi korban dari serangan itu. Saat ini kedua gadis cantik itu sedang mempersiapkan diri untuk melawan musuh yang menyerang mereka.
“Bahkan kita baru saja menginjakan kaki di kota ini, bagaimana bisa mereka muncul?” tanyanya dalam benak. Tiba-tiba saja mobil yang menjadi tempat mereka bersembunyi meledak, efek ledakan langsung melontarkan keduanya.
“Sial, bom.” Siyeon menggerutu saat ia hampir terkena ledakan.
“Itu pelontar.” SuA mengoreksi.
“Aku tak peduli apa itu, sembunyi lagi!” Siyeon berteriak lalu bergerak menjauh dari sana secepat mungkin. Mereka segera berlari menuju ke balik truk yang besar lalu duduk bersandar di sana. Suara-suara tembakan dan ledakan segera saja terdengar, suara-suara itu menjadi pelengkap setting yang terjadi di dalam kota mati itu.
“Kenapa kita harus sembunyi? Kita punya banyak senjata, ayo hajar mereka bersama.” SuA merasa heran karena mereka malah bersembunyi, sementara Siyeon tak memberikan balasan, bahkan gadis cantik itu sama sekali tak menyahut. Tampak jika saat ini Siyeon sedang mengintip ke balik kendaraan itu untuk memastikan lokasi penyerang mereka. Bukannya mendapati musuh yang menyambutnya dengan serangan, Siyeon malah melihat jumlah robot yang ada di sana cukup banyak. Ia langsung menjauhkan diri lalu berhenti mengintip, arah tatapannya kemudian tertuju pada SuA.
“Itu bukan pilihan kita, jumlah mereka banyak. Kita akan menghabiskan seluruh persediaan peluru yang ada. Dan mereka adalah robot, siapa tahu peluru kita tak mampu menembus baja mereka.” Siyeon menjawab pertanyaan yang SuA lontarkan sebelumnya, ia memberi jawaban beserta beberapa alasan yang merugikan mereka.
“Kita coba dulu saja. Jumlah bukan masalah, dengan kerjasama kita, musuh sebanyak apa pun bukan apa-apa.”
“Oh jangan sombong.” Siyeon mengintip lagi.
“Itulah faktanya, kita bekerja sama dengan baik bukan?”
“Tunggu dulu, ada yang aneh di sana.” Siyeon tak menjawab perkataan SuA, sebagai gantinya ia mengalihkan perhatian pada sekumpulan robot dari kejauhan sana. Meski suara desingan senjata dan ledakan terjadi, tapi hampir tak ada yang mengarah pada mereka, satu atau dua ledakan memang terjadi di sekitar sana, tapi mereka sama sekali tak diserbu.
“Apa? Apa robotnya memiliki payudara?” tanya SuA yang malah melontarkan candaan ketika berada dalam situasi seperti ini.
“Bukan itu. Lihat baik-baik.” Siyeon menarik SuA untuk ikut menyaksikan apa yang saat ini tengah terjadi di kejauhan sana. Akhirnya SuA ikut melihat apa yang dilihat oleh Siyeon, hanya perlu beberapa detik baginya untuk menyimpulkan mengenai apa yang sebenarnya terjadi saat ini. SuA langsung menoleh ke arah Siyeon.
“Emmmm ... jika penglihatanku tidak salah, sepertinya mereka tidak menargetkan kita, bahkan tidak ada satu pun robot yang menyadari keberadaan kita,” ucapnya dengan menyimpulkan setelah menyaksikan jika para robot yang berjarak lebih dari seratus meter di depan mereka nyatanya bukan sedang menyerang ia dan Siyeon, melainkan mereka sedang bertarung satu sama lain. Siyeon mengangguk pelan.
“Ya, mereka sedang bertarung satu sama lain. Dan kupikir mereka berasal dari dua kubu yang berbeda.” Siyeon berspekulasi seperti itu dikarenakan ada dua jenis kelompok robot yang memiliki bentuk berbeda.
“Jadi yang tadi adalah tembakan nyasar?”
“Begitulah, kita sedang berada di tengah peperangan para robot.”
“Peperangan? Jumlah mereka tidak sampai ribuan.” SuA tak menganggap jika di depan sana sebagai peperangan, meski sebenarnya suara-suara benturan dan ledakan itu terdengar seperti perang yang menakutkan. SuA merasa jika yang namanya perang pasti memiliki jumlah pasukan yang jauh lebih banyak dari itu.
“Tapi jumlah sebanyak ini sudah bisa dikatakan sebagai perang.”
“Oke, abaikan itu, sama sekali tidak penting. Yang paling penting saat ini adalah apa yang akan kita lakukan di tengah perang ini?”
“Menonton, tentu saja. Kita belum tahu mana yang baik dan buruk, kita juga tidak tahu apa yang menyebabkan mereka saling menyerang satu sama lain.” Siyeon menyahut dengan mudahnya. Tapi apa yang dipikirkan SuA berbeda dengan Siyeon, ia tidak setuju bagi mereka untuk menonton.
“Yah, tidak ada gunanya juga kita menonton di sini. Kupikir lebih baik jika kita menyelinap saja pergi dari sini, selagi mereka sedang sibuk.” Ia mengusulkan, itulah yang paling tepat untuk mereka lakukan, pergi dari sana selagi para robot itu sibuk dengan muusuh satu sama lain.
“Kamu yakin tidak mau menonton ini?”
SuA mengangkat bahu atas pertanyaan itu, ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang para robot itu lakukan. Yang terpenting adalah keselamatan mereka saat ini. Mereka harus pergi secepatnya sebelum tanpa sadar mereka malah terjun dan terbawa dalam peperangan antar dua robot yang berbeda jenis itu.
“Tidak ada menariknya sama sekali, ini malah berbahaya bagi keselamatan kita. Ingat, kita tidak punya persediaan energi lagi, jangan sampai terlibat dengan sesuatu yang tidak perlu,” ujar SuA yang mengingatkan Siyeon mengenai kondisi mereka saat ini. Siyeon tak mendebat, ia langsung setuju dengan apa yang temannya itu katakan.
“Ah, benar juga, kalau begitu ayo kita pergi saja dari sini.” Siyeon dan SuA segera saja sepakat untuk menyelinap di antara pertarungan yang terjadi. Siyeon yang memimpin jalan dikarenakan ia mampu bergerak secara refleks jika ada bahaya yang menghampirinya, sementara SuA sendiri berada di belakang dikarenakan ia bisa siap siaga untuk melepaskan tembakan apabila ada musuh yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
Berjalan dengan langkah yang cepat secara mengendap, keduanya melewati jalan kecil di antara toko-toko dan bangunan kecil lainnya. Suara adu tembakan dan logam yang hancur disertai suara-suara ledakan terdengar di sekitar sana. Sebenarnya dengan suara sekeras itu, mereka tak perlu mengendap-endap karena suara bising meredam suara mereka. Namun, antisipasi harus dilakukan dan keduanya harus berjaga-jaga.
Ketika keduanya berjalan, mereka sudah sampai di ujung bangunan dan untuk memuju bangunan lain, mereka harus menyeberang jalanan yang tampak memiliki banyak cahaya putih dan peluru yang berterbangan.
“Berhenti,” ucap Siyeon pelan sambil mengangkat tangannya, SuA berhenti seketika tepat beberapa senti di depan tangan Siyeon.
“Sepertinya kita harus melakukan sedikit gerakan untuk menyeberang jalan.” Siyeon meregangkan badan, ia seperti melakukan persiapan untuk melakukan hal berat. SuA agak terkejut karena melihat beberapa laser, peluru bahkan api melaju melewati jalan, hal itulah yang harus mereka lalui.
“Banyak sekali peluru yang beterbangan.”
“Itu tidak sulit, aku akan mulai.” Siyeon mengambil ancang-ancang.
“Oke, berhati-hatilah.”
Siyeon mengangguk sebagai balasan, gadis cantik itu lalu berlari sekencang mungkin menyeberangi jalan, ia mampu menghindar dengan baik dengan sedikit lompatan dan gerakan akrobatik. Siyeon tiba di seberang dengan selamat. SuA bertepuk tangan pelan sambil tersenyum, Siyeon menggerakkan tangan sebagai isyarat bahwa sekarang adalah giliran SuA yang maju.
“Yah, jika dia yang melakukannya memang terlihat mudah.” SuA menggumam pelan, ia menggantungkan senjata api di samping taslalu melakukan persiapan untuk menyeberang jalanan.
SuA mengambil ancang-ancang, ia kemudian berlari sekencang mungkin. Sayangnya, apa yang terjadi padanya tidak semulus seperti yang terjadi pada Siyeon. Baru saja beberapa langkah ia menyeberang, tiba-tiba ada tubuh robot yang menabraknya.
“Aw, itu pasti sakit.” Siyeon berjengit melihat tabrakan itu, apalagi suara bentukannya memang lebih keras sehingga suara adu tembak dan pertarungan antar robot tak meredam suara benturan itu.
***
Behind the Story.
Adegan romantis kali ini. Suayeon jangan gituan mulu, nanti kalau mereka bosen kan bisa bahaya.
“Oke, abaikan itu, sama sekali tidak penting. Yang paling penting saat ini adalah apa yang akan kita lakukan di tengah perang ini?”
“Menonton, tentu saja. Kita belum tahu mana yang baik dan buruk, kita juga tidak tahu apa yang menyebabkan mereka saling menyerang satu sama lain.” Siyeon menyahut dengan mudahnya.
“Oke deh.” Siyeon kemudian menyiapkan satu kursi kemudian ia duduki, SuA kemudian duduk di atas paha Siyeon, keduanya kemudian menonton perang para robot itu. SuA menyuapi Siyeon dengan popcorn, mereka berbagi satu popcorn setengah-setengah. Kemudian mereka berbagi minuman soda yang sama.
“Sisi bekas kamu minum sebelah mana?” tanya Siyeon.
“Kenapa mau minum di tempat bekas bibir aku?”
“Iyalah, biar rasanya lebih enak.”
“Nggak mau minum lewat bibir aku aja sekalian?” goda sua dengan manja.
“Boleh dong, aku pengen banget malah.”
“Stop! Stop! Udahan adegannya, banyak yang cemburu oey!” Author membubarkan mereka, Siyeon dan Sama akhirya berdiri dengan cemberut.
“Maen udahan aja, ciumannya aja belum.” Kesal Siyeon.
“Iya tuh, kita baru suap-suapan aja.”
“Lanjut ke adegan berikutnya.”
“Oke-oke, kita lanjut ke adegan berikutnya.” Kata SuA.
“Ah, benar juga, kalau begitu ayo kita pergi saja dari sini.” Siyeon dan SuA segera saja sepakat untuk menyelinap di antara pertarungan yang terjadi.
“Ahahaha Siyeon.”
“Sua.” Keduanya berlari sambil berpegangan tangan, mereka berlari dengan gerakan slow motion.
“Siyeon.” Sua memanggilnya lagi.
“Sua.” Siyeon memanggil dengan manja.
“Siyeon.” Sua memanggil dengan mendesah. Mereka masih berlari dengan gerakan lambat itu.
“Sua.” Siyeon memanggil sambil menjulurkan lidahnya menggoda.
“Siyeon.” Sua juga melakukan hal yang sama.
“Sua.” Siyeon mengedipkan sebelah mata.
“Siyeon.” Sua memanyunkan bibirnya memberi ciumam.
“Sua.” Siyeon mencium telapak tangannya yang bebas lalu meniupkannya ke arah Sua. SuA segera menangkapnya lalu menaruh di dada dan tersenyum malu-malu, mereka melakukannya dengan masih berlari slow motion.
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Terus aja gitu sampe tahun baru gorila, gak bosen apa saling manggil nama? Lagian kapan sampenya coba kalau kalian lari slow motion?” Author memprotes sehingga keduanya berhenti.
“Dih, nih author komen mulu, gak bisa liat orang lagi seneng.” Siyeon bicara dengan kesal.
“tau tuh ngeselin aja.” Balas Sua.
“Masalahnya kalian mau bikin adegan romantis, tapi ini keliatannya jadi adegan goblok.”
“Iyon, liat kita dikatain goblok.” Sua segera menghambur ke pelukan Siyeon, tentu siyeon langsung mendekapnya.
“Gapapa, aku masih sayang kamu kok.”
“Ahh.” SuA langsung mendesah manja mendengar itu. Siyeon kemudian menarik wajah SuA dengan halus sehingga tatapan mereka sejajar. Keduanya saling memandang penuh Cinta.
“Sua.”
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Sua.”
“Siyeon.”
“Mereka saling manggil lagi, ya udah ah, gue pergi.” Author pundung lalu pergi dari hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...