14 - hancur

304 64 4
                                    

14 – Menghancurkan kapal selam berserta seluruh isinya.

Yoohyeon duduk di atas dan mengayunkan kaki, membiarkan rambutnya terkibar oleh embusan angin malam yang tenang. Bayangan itu mengganggunya, dia terus bertanya-tanya tentang siapa identitas pria itu. Di dalam gambaran itu, mereka tampaknya sangat dekat dan memiliki suatu hubungan.

Jujur, dia ingin tahu tentang pria itu, tapi tak ada cara mengetahui dan mencari tahu. Dia sendiri tak ingat dengan namanya.

“Siapa dia sebenarnya? Kenapa aku ada di sini? Apa yang dia lakukan saat ini? Apa dia mencariku? Atau dia juga hilang ingatan sepertiku?” Banyak sekali pertanyaan yang terbesit dalam benaknya. Malam ini bulan bersinar cerah, ini adalah purnama.

Mendadak, Yoohyeon merasa penasaran dengan masa lalunya, apa yang dia lakukan di masa lalu, apa dia ada di dunia ini atau di dunia lain? Namanya masih tetap sama, sejauh dari visi yang dia dapat, meski itu sangat sedikit dan singkat, itu mengonfirmasi jika namanya memang Yoohyeon, setidaknya dari segala hal yang dia lupakan, segala hal yang tak dia miliki, namanya masih menjadi miliknya, nama yang berharga itu tak direnggut darinya.

“Aku ingin tahu lebih banyak, tapi apa yang bisa kulakukan? Apa aku harus menyelesaikan tantangan  gila tak masuk akal ini? Harus bertarung satu sama lain? Untuk apa itu? Apa tujuannya?” Dia bertanya-tanya tentang apa yang saat ini terjadi. Arah pandangannya tetap tertuju pada bulan dan bintang.

Cahaya yang sama, bentuk dan ukuran yang sama, taburan bintang yang sama, langit yang sama, hanya saja di sini tak ada laut, tak ada pria itu, yang ada hanya Gahyeon yang sedang bersenandung sambil memainkan laptop, tampaknya dia sedang mengerjakan sesuatu.

Gahyeon bosan karena sejak tadi dia diabaikan, Yoohyeon juga tampak tak bereaksi apa-apa, hanya bengong dan terus memandangi langit malam.

“Nanananana ....” Sementara Gahyeon sedang sibuk dengan urusannya sendiri, mengotak-atik bagian kapal tua tersebut. Dengan melakukan pekerjaan aneh itu sambil bersenandung dan bernyanyi anak-anak. Sepenuhnya pekerjaan itu dikerjakan oleh alat-alat miliknya, dia hanya duduk dan memainkan laptop yang menjadi pusat kontrol semua drone yang bekerja.

“Ini ke sini, dan ini ke sini ....”

“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Yoohyeon, dia menoleh ke arah Gahyeon karena gadis itu sangat berisik saat bekerja, mulutnya terus bersenandung dan bernyanyi.

“Memperbaiki sonar dan pelacak, aku mengubahnya sedikit. Aku juga mempersiapkan beberapa jebakan untuk antisipasi, ini akan menjadi sesuatu yang keren.” Gahyeon tersenyum dan antusias menjelaskan apa yang sedang dikerjakannya.

“Malam hari banyak sekali bahaya yang akan mendekat, Malam itu adalah jadwal di mana para monster berburu, aku membuat alat perlindungan agar kita bisa tidur dengan nyaman.” Dia menambahkan dengan antusias, lalu tatapannya kembali pada layar dan melanjutkan pekerjaannya.

“Aku akan tidur, selesaikan semua dan istirahatlah.” Yoohyeon segera meninggalkan Gahyeon.

“Apa kita ....”

“Tidur terpisah, cari tempat yang nyaman untukmu, tempat yang jauh dariku. Jangan coba-coba mendekat jika tak mau terluka.” Yoohyeon menyela dan memberikan ancaman, dia kemudian kembali masuk ke dalam kapal.
Gahyeon cemberut.

“Aku bahkan belum berkata apa-apa.” Dia sebal dan memilih kembali bekerja. Karena dia sudah berhasil meretas kapal selam, maka alat-alat dan segalanya bekerja secara otomatis dengan arahan dari jari-jari Gahyeon. Dia juga melepaskan tiga drone kecil untuk memantau semuanya apakah berjalan sesuai yang dia inginkan atau tidak.

Gahyeon juga meluncurkan sebuah drone yang besar, ini memiliki ukuran jauh lebih besar dari yang tiga. Entah dari mana asalnya, tapi itu terbang mendekat ke arahnya.

“Hei, di sini. Aku ada di sini.” Gahyeon mengangkat  dua tangan, melambai-lambai ke arah Drone.

“Ke sini.” Maka benda itu berhenti di dekat Gahyeon.

“Wah, sayang. Kau sudah besar, mari kita bekerja, kali ini giliranku untuk melindungi kakak.” Dia memeluk dan mengelus-elus benda putih bulat itu, seolah itu adalah makhluk hidup.
Benda itu melayang seolah tak memiliki gravitasi. Maka Gahyeon melanjutkan pekerjaannya selama hampir satu jam. Di kembali ke bawah dan mencari kamar yang dia tinggalkan, tapi itu ternyata sudah digunakan oleh Yoohyeon.

“Akhirnya usahaku dihargainya.” Ia tersenyum karena memang dirinya dengan merapikan ranjang untuk digunakan oleh Yoohyeon, hanya saja beserta dirinya, itu niatnya, tapi saat ini dan dibiarkan di luar. Mau tak mau Gahyeon mencari dan membersihkan kamar lain. Penerangan di sini masih bagus, semua lampu yang dinyalakan masih berfungsi dengan baik.

Beberapa menit kemudian, dia sudah mendapatkan ranjang yang bersih, menepuk tangannya dan memandang hasil kerjanya dengan bangga.

“Baiklah, ini akan menjadi ranjangku malam ini.” Gahyeon melemparkan laptop itu dan menjatuhkan diri di atas ranjang dengan kaki menendang-nendang.

“Ah, nyamannya.” Maka tak berselang lama, dia langsung tertidur. Tak melepas jaket, tak melepas sepatu, tidur begitu saja. Kegiatan hari ini jelas sangat melelahkan baginya, banyak hal yang terjadi dalam satu hari ini. Dunia ini kejam dan jahat padanya.

Hanya selang beberapa jam, Gahyeon yang tengah terlelap tidur, segera dibangunkan oleh bunyi bip bip yang dikeluarkan oleh laptopnya. Dengan enggan dan berat, Gahyeon meringis dan memaksakan diri tuk membuka matanya.

“Ahhh, kenapa ganggu tidur aku sih?” Dia menguap dan mengucek mata. Segera meraih laptopnya dan membuka layar.

“Astaga, ini gawat.” Laptop yang terhubung dengan drone yang mengawasi lingkungan sekitar mendapati sesuatu yang luar biasa.

Maka saat tengah malam, Gahyeon menggedor pintu ruangan di mana Yoohyeon beristirahat.

“Kakak, buka. Ini darurat, aku mohon. Aaahhhhh mereka datang.”
Yoohyeon sebenarnya ingin mengabaikan gadis itu terus berteriak-teriak, tapi karena itu sangat mengganggunya, dia tak bisa tahan.

“Kakak! Bangun dong, buka pintunya, aduh tanganku sakit!” Maka Yoohyeon mengurungkan niat mengeluarkan katana dan membuka pintu. Baru saja Yoohyeon akan berbicara, Gahyeon sudah masuk melewati bawah tangan Yoohyeon, menelusup melewati ketiaknya.

“Bahkan aku belum bicara apa-apa, aku juga tak mengizinkan dia masuk.” Yoohyeon menutup pintu dan menghilangkan tangan di dada, melihat Gahyeon yang duduk di atas ranjang. Ia memandangi gadis itu.

“Ada apa?”

“Banyak sekali monster di luar sana. Semua jebakan yang Kupasang sepertinya tak akan cukup.” Gahyeon segera memberi rincian apa yang terjadi. Gahyeon memperlihatkan apa yang ada di dalam layar, maka Yoohyeon berjalan mendekat dan memerhatikan layar laptop Gahyeon, di dalam sana radar kapal melacak banyak pergerakan.

“Kenapa radar melacak makhluk hidup?” tanya Yoohyeon, seingatnya –Jika ingatan itu benar, radar hanya mendeteksi gerakan kapal dan senjata musuh.

“Itu sudah kuubah, hasilnya ini.”

“Banyak sekali, sepertinya ada sekitar lima ratus, hewan macam apa itu?”

“Ini disebut, Lyvarren. Mereka berburu di malam hari dan mereka karnivora.”

“Cih, aku meninggalkan lubang besar untuk mereka masuki.” Yoohyeon ingat jika dia membuat lubang besar pada kapal selam agar Gahyeon bisa masuk. Maka dia segera mengambil katana hendak keluar, tapi baru saja satu langkah dia pergi. Ledakan-ledakan besar terjadi di luar sana. Dia terlempar, tapi tak sampai jatuh, berbeda dengan Gahyeon yang langsung mencium lantai. Ruangan itu berguncang.

“Apa yang terjadi?” tanya Yoohyeon.

“Yeeey, sepertinya pekerjaanku tak sia-sia!” Gahyeon berdiri dengan girang, tapi dia jatuh lagi ketika ledakan  kembali terjadi dan guncangan itu membuat Gahyeon tak bisa berdiri dengan baik.

“Wuu, mereka meledak dan mati.” Dia senang meski sedang duduk di lantai.

“Ini perbuatanmu?” tukas Yoohyeon.

“Ya, aku menggunakan misil, rudal dan bahan lain sebagai ranjau. Bahan bakar yang tersisa juga kubuat menjadi ranjau, saat ini pasti semuanya sudah meledak.” Itulah yang dari tadi Gahyeon kerjakan, dia membuat ranjau dari segala persenjataan yang ada di dalam kapal selam ini.

“Kau ingin membuat kapal ini hancur?”

“Ya, karena aku tahu akan ada monster yang berkeliaran.”

“Apa kau kelewat idiot atau tak punya otak? Kita masih ada di dalam sini!” Yoohyeon memarahinya, Gahyeon memang cerdas bisa membuat semua yang ada di dalam sini menjadi senjata dan meledakkan semuanya, tapi dia kelewat cerdas karena dia akan membiarkan dirinya di dalam kapal ikut diledakkan bersama kapal selam dan monster.

“Benar juga, aaahhhhh! Apa yang sudah kuperbuat!” Gahyeon berteriak histeris, dia jatuh lagi saat ledakan terjadi.

“Cih.”  Yoohyeon mengeluarkan katana dari sarungnya dan menebas dinding berulang kali, dia menghancurkan dinding itu setelah menendangnya.

Di luar sana banyak sekali binatang yang sedang berlarian dan mencari mangsa, meloncat-loncat di atas mobil rusak, berkeliaran di tengah jalan.

“Banyak sekali.” Gahyeon merinding melihat betapa banyaknya monster yang berkeliaran di jalanan.

“Kita pergi,” kata Yoohyeon. Gahyeon buru-buru mundur dua langkah dan menggeleng keras.

“Aku tak mau loncat, apalagi di bawah sana banyak monster.” Dia menolak dengan keras.

“Kau mau mati di sini?” tanya Yoohyeon dengan kesal, siapa yang membuat kapal ini meledak?

“Tapi ....”

“Tak ada waktu, kapal ini akan hancur.”

“Apa kakak mau memegangiku?” tanya Gahyeon ragu-ragu. Yoohyeon menghela napas, dia tak mau bersentuhan dengan siapa pun dan makhluk apa pun, tapi ini adalah keadaan darurat. Maka dia menyimpan katana di punggungnya, kemudian memangku Gahyeon, memegangi paha dan bahunya tanpa seizin dari pemiliknya, lalu segera melompat keluar. Gerakannya cepat sehingga Gahyeon tak sempat bereaksi, tahu-tahu dia sudah jatuh bersama dengan Yoohyeon. Anehnya, ia memegang Laptop dengan erat seolah itu adalah bagian dari hidupnya.

“Aaahhhhh! Kakak, bilang-bilang dulu kalau mau melakukan ini?!” Gahyeon menjerit keras, tangannya yang memegang laptop merangkul leher Yoohyeon dengan erat dan wajahnya dia tenggelamkan di lehernya.

“Jangan memelukku!” Yoohyeon berteriak sambil merinding jijik karena apa yang Gahyeon lakukan.

“Aku takut!” Yoohyeon mendarat di atas sebuah atap bangunan yang mirip bekas minimarket, gadis cantik itu mendarat dengan ringan. Para binatang itu melihatnya, mereka berlomba-lomba ingin menyerang dan memangsa mereka.

“Aku akan melepaskanmu jika masih memelukku!”

“Jahat,”

“Makanya lepaskan aku, bodoh, tanganku cukup kuat untuk membuatmu tetap bersamaku.”

“Aku percaya padamu, tapi aku takut ketinggian.” Gahyeon segera membenamkan wajah ke dada Yoohyeon sehingga membuat dia makin merinding dan jijik dengan kontak fisik itu.

“Aku akan melemparmu sekarang juga.” Yoohyeon sangat geram dengan ini.

“Kakak, ini bukan waktunya mengintimidasiku, bersikap jahatnya nanti saja. Pergi dari sini dulu.”

“Kau harus membayar untuk ini.” Yoohyeon menahan godaan untuk melemparkan Gahyeon ke arah para binatang monster itu. Apalagi ketika Gahyeon berbicara di dekat lehernya, itu membuatnya merinding jijik.

“Aku akan melakukan apa pun untukmu.”

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang