Dami memandang keadaan sekitar, tapi matanya benar-benar gak dapat melihat apa-apa, keadaan ini membuat ia merasa buta, sekelilingnya terlalu gelap untuk dapat dia lihat. Udara panas tak membuaf napasnya sesak. Hanya saja ia merasakan rasa gerah, dia berkeringat.
“Ini sudah malam, aku harus mencari tempat untuk berlindung. Monster-monster malam mungkin akan menburuku.” Dami berusaha bangkit berdiri, ia mengesampingkan hal-hal yang dipikirkannya dan semua yang telah menimpanya.
Rasanya kesal memang, ia tak mendapatkan apa-apa ketika menghadapi pria api ituーjika pakaian barunya dikecualikan, tapi ia tak akan kehilangan pakaiannya jika tak bertarung dengan pria api itu. Ditambah, mungkin ia sudah keluar dari kota ini jika tak ada pria yang terbakar itu.
Ia tak akan kehilangan semua hartanya jika semua ini tak terjadi, perasaan geram, murka, kesal dan segala jenis perasaan negatif ia rasakan. Tapi saat ini ia tak bisa memikirkan itu ketika keadaannya yang lemah dan bahaya bisa kapan saja menyerang dirinya.
Dami mencoba berdiri menggunakan tombak sebagai penopang badannya. Ia kemudian menggunakan tenaga yang ada dari tangan untuk menariknya bangkit berdiri.
“Bahkan ini hanya berdiri, aku harus mengerahkan segala usaha yang kupunya.” Ia menggerutu dalam benaknya, Dami benar-benar bersusah payah untuk dapat berdiri.
Ketika posisinya tegak, ia merasakan ada sesuatu yang menggantung di lehernya, tangannya menelusup ke balik jaketnya, ia memerasakan ada sesuatu di dalam sana. Ia menarik benda ifu keluar dan ternyata itu adalah kalung rantai yang memiliki bandul batu merah bara yang menghasilkan cahaya terang.
Batu itu seukuran dua ibu jari Dami yang disatukan, panjangnya sedikit lebih panjang dari kelingkingnya. Itu adalah batu meteor yang sama pada batu meteor yang tadi siang jatuh menghantam bumi.
Bandul batu itu terasa hangat pada tangannya. Ia agak heran dan terkejut melihat batu itu.
“Ini adalah….” Belum selesai ia merasakan keterkejutan karena ia memiliki kalung berbandulkan batu meteor yang tampak seperti kristal bara api, Dami mendegar suara geraman.
Dari kegelapan di sekelilingnya ada banyak monster yang menyerbu, sepertinya ini adalah suhu yang cukup dingin untuk mereka. Para monster akhirnya turun untuk berburu.
“Ini tidak bagus.” Dami akhirnya dapat bersuara, meski terdengar agak serak dan belum jelas. Ia memandang sekitar dengan penuh kesiagaan, cahaya dari batu makin cerah dan menerangi daerah depannya dalam radius lima meter. Di sana ia melihat para monster yang mirip seekor anjing yang bersurai.
Dami mengangkat tombaknya, tapi ia sama sekali tak bisa menggerakkan benda itu, keadaannya belum benar-benar pulih. Ini benar-benar menjadi bahaya baginya.
Monster-monster itu meraung siap menerkam dan mencabik badan gadis yang tampak lemah tak berdaya itu.
Meski berada dalam keadaan terpojok ketika dikepung oleh hampir selusin monster, Dami masih memasang wajah tegar dan berani, sama sekali tak memperlihatkan ekspresi yang ketakutan dan tak berdaya.
Salah satu monster yang tampak tak sabaran ingin melahap mangsa, segera maju berlari ke arahnya, satu lompatam tinggi dilakukan si monster, cakar dan taringnya mengarah pada leher dan kepala Dami, tapi gadis itu tak diam saja, ia memutar tombak dan mengarahkan senjata itu pada si monster. Tentu saja, makhluk itu tak dapat menghindar dan malah langsung melompat menuju kematiannya sendiri. Lehernya tertembus ujung tajam tombak, hal itu membunuhnya seketika.
Dami agak sempoyongan, ia mengempaskan tubuh si monster dengan usaha yang lebih. Pada saat itulah, para monster yang tampak memerhatikan mangsa dari awal, semuanya menyerbu. Dalam cahaya keremangan, Dami tampak luar biasa kesusahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...