Bola itu tampak bercahaya lebih jernih, bukan lebih terang, tapi itu tampak membuat bola dan warna birunya menjadi lebih jelas. Siyeon masih terkejut dengan perubahan tiba-tiba itu, entahlah benda ini berubah dengan sendirinya atau dibantu dengan tangannya yang menyentuh benda tersebut, jika pun ia yang menjadi penyebabnya maka itu bukan suatu kesengajaan. Ia sama sekali tidak tahu apa-apa, sebaliknya, ia malah heran dan bingung dengan perubahan tersebut.
“Apa-apaan ini?” tanyanya pelan, ia merasa terkejut dengan perubahan tiba-tiba pada benda ini.
“Bagaimana bisa bolanya jadi seperti ini, yang lebih penting, benda macam apa ini sebenarnya?” Siyeon bertanya-tanya dalam benaknya. Ia sadar jika benda yang melayang di hadapannya pastilah memiliki kegunaan yang jauh lebih baik dari apa yang ia perkirakan.
“Sudah merasa lebih baik?” sapa SuA yang baru saja datang, entah sejak kapan SuA berada di belakangnya, yang jelas Siyeon sesegera mungkin berbalik menghadap ke arahnya setelah mendengar kalimat pertanyaan itu.
“Astaga, kamu membuatku kaget saja. Kenapa datang tiba-tiba?” Siyeon yang memang kaget tidak langsung memberikan jawaban padanya, ia malah balas bertanya. SuA tersenyum sambil berjalan mendekat ke arah Siyeon, bola yang sudah berubah bentuk itu melayang di belakang punggung Siyeon.
“Padahal aku tidak berniat mengagetkanmu. Ah, kenapa itu tidak terpikirkan ya.”
“Ya ampun.”
“Jadi, bagaimana keadaan tubuhmu?” SuA mengulang pertanyaan dengan kalimat berbeda. Ia berhenti beberapa langkah di hadapan Siyeon sambil memanggul senjatanya yang belum digunakan.
“Jauh lebih baik dari kemarin. Aku bisa berjalan sendiri.” Siyeon langsung menjawab pertanyaan itu. Melihat keadaan Siyeon yang sesuai dengan ucapannya membuat SuA lega.
“Itu kabar baik. Kita bisa lanjut pergi dari sini, kuharap pulau langit tidak terlalu jauh seperti yang kubayangkan.”
“Kuharap. Omong-omong kamu ke mana saja?” Siyeon yang penasaran dengan kepergian SuA tak bisa untuk tak bertanya.
“Hanya melihat-lihat sekitar bangunan ini.” SuA menjawab sambil memberi isyarat dengan kepalanya yang bergerak menunjuk ke sekeliling, “Maksudku, tempat ini menjijikkan dan banyak sumpahnya.”
“Apa yang kamu dapat?”
“Bukan sesuatu yang penting, hanya saja sepertinya banjir sudah surut.” SuA menjawab dengan nada dan gelagat seolah hal tersebut bukan sesuatu yang penting dan bukan sesuatu yang dianggap besar baginya. Beda dengan reaksi Siyeon saat mendengar itu, ia agak heran dan tak percaya.
“Secepat itu?” tanya Siyeon yang agak tidak yakin. Banjir yang tinggi harusnya tidak surut dalam beberapa jam. Jika air bersama hanyak sampah menggenang mengelilingi kota jauh lebih masuk akal daripada air yang surut secara tiba-tiba.
“Ya. Sepertinya ada lubang yang mengisap semua air di kota, atau ada monster yang meminum semua airnya. Entahlah apa yang terjadi, yang jelas airnya benar-benar menghilang dari kota.” SuA tampak agak kurang peduli dengan penyebab dari surutnya banjir.
“Tidakkah kamu pikir itu aneh?”
“Memang, tapi apa pentingnya? Bagus bukan airnya sudah hilang? Kita tidak harus melihat air kotor lagi.”
“Kamu benar, bagus jika banjir di kota ini sudah surut. Itu lebih baik.”
“Lalu bagaimana denganmu? Apa kamu sudah mendapat sesuatu?” tanya SuA saat menyaksikan Siyeon yang berdiri di belakang benda bercahaya yang bentuknya aneh. Meski benda itu ada di belakang Siyeon, cahaya birunya masih menyebar sehingga SuA bisa melihatnya.
“Ah, soal bola ini, aku hampir lupa membahasnya denganmu.” Mendengar pertanyaan itu, Siyeon segera berbalik membuat bentuk bolaーyang kini bentuknya sudah tidak terlihat seperti bola lagiーdapat terlihat sepenuhnya oleh SuA.
“Itu ... apa itu bentuknya sudah berubah?” SuA mengarahkan telunjuknya pada benda itu dengan agak bingung karena sekarang bentuknya sudah berubah.
“Ya, aku menemukan fungsi salah satu benda ini.”
“Dan apa hasilnya?” SuA mendekat lalu membungkuk memandang benda yang melayang itu, SuA tampak ingin menyentuhnya, tapi ia menahan diri.
“Kupikir ... ini adalah peta.” Siyeon menjawab dengan nada dan ekspresi yang tidak yakin. Lebih tepatnya ia masih menduga saja karena dirinya memang belum meneliti lebih jauh.
“Peta?” tanya SuA sambil menoleh pada Siyeon.
“Itu masih spekulasiku saja.”
“Aku tidak yakin jika itu peta.” SuA tampak ragu dengan perkiraan Siyeon.
“sudah kubilang bukan? Ini hanya spekulasi. Belum jelas apa fungsi dan kegunaan yang sessugguhnya.”
SuA yang nyaman dengan percakapan ini tiba-tiba mendengar sesuatu dari kejauhan, lantas ia segera berlari menuju ke arah jendela terdekat, ia mengamati langit di mana terdapat beberapa unit pesawat luar angkasa yang terbang mendekat ke arah sana.
“Oh, sialan!” SuA memaki kesal saat menyaksikan jika semua pesawat yang kemarin terbang di dekat pusat ledakan kini malah terbang menuju ke tempat ini seolah ada yang memanggil.
“Ada apa?” tanya Siyeon yang merasa tak nyaman dengan reaksi SuA. Sementara SuA tidak langsung menjawab, ia segera menjauhkan kepalanya dari jendela lalu berjalan menuju ke arah Siyeon.
“Oke, kita urus itu nanti. Ada bahaya mendekat.”
“Pasukan robot?”
“Ya, mereka mendekat ke arah lokasi kita, bersama dengan beberapa pesawat. Kita harus segera pergi dari sini.”
“Ini menyebalkan, bahkan kita belum lama beristirahat.” Siyeon yang kesal segera mengambil bola yang entah bagaimana bisa saat Siyeon memegang bagian badannya benda itu kembali menjadi bulat dengan tiga potong yang terpisah tadi sudah kembali menyatu. Keduanya sesegera mungkin berkemas memasukkan barang-barang ke dalam tas.
Setelah selesai berbenah, keduanya berlari keluar dari jendela dengan cara melompat, Siyeon dan SuA langsung terjun bebas begitu saja menempatkan kedua kaki di bawah untuk mendarat. Perlu diketahui jika mereka berada di lantai lima, lantai teratas bangunan itu, tapi keduanya berhasil mendarat dengan baik di atas sebuah reruntuhan gedung yang tinggi dan kering tanpa adanya lumpur. Kedua gadis cantik itu kemudian berlari secepat mungkin, Siyeon memandang pesawat luar angkasa yang tampak semakin mendekat ke arah mereka.
“Wah, mereka banyak, sepertinya mereka akan tiba di sini dalam beberapa detik, apa kamu yakin kita bisa meloloskan diri? Jalanan penuh lumpur, jejak kita akan terlacak.” Siyeon berlari mengejar SuA menyusuri reruntuhan sebuah gedung.
Apa yang Siyeon katakan memang benar, mereka tidak bisa berlari di atas banyaknya lumpur, selain jejak mudah dilacak dan susah bergerak, SuA pastinya enggan berlari di tempat kotor. Masalah lainnya adalah mereka tidak bisa berlari atau melompat di antara atap bangunan dikarenakan tanpa adanya hujan, tubuh mereka dapat terlihat dengan jelas oleh mereka.
“Aku tahu, tapi apa lagi yang bisa kita lakukan? Kita harus berusaha sekuat mungkin.”
“SuA, kita hanya bisa berlari secepat 80 km/jam saja. Pesawat-pesawat itu mungkin memiliki kecepatan di atas 500 km/jam.”
“Aku tahu.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanya Siyeon lagi.
“Apa lagi memangnya? Tentu saja kita akan melawan mereka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...