120 - Hujan

106 28 3
                                    

Nb :Author beneran gak niat dan terlalu males bikin judul.😅
Padahal judul juga bisa narik pembaca.

Btw teaser mv aja udah ada reaction, up juga di genie. Aku langsung oleng lagi liat teaser doang. Untung aja mamih sua gak tebar pesona kayak mv kemarin, pake main air segala.😋
***

Pasang mata Yoohyeon menyisir keadaan toko itu. Bagusnya bangunan ini masih berada dalam keadaan yang untuk sehingga tak ada kebocoran meski hujan turun sederas ini. Keadaan di sana kotor, banyak barang rusak, lapuk dan tua yang berserakan, tapi selebihnya tidak ada hal yang membahayakan, mereka bisa beristirahat di sini untuk waktu yang lama.

“Sepertinya di sini cukup aman, tidak ada jejak adanya kehidupan, tidak ada bekas monster. Tempat ini benar-benar kosong.” Yoohyeon mengasumsikan setelah mengamati keadaan di tempat itu tampak kosong tanpa ada tanda-tanda keberadaan makhluk hidup. Bahkan debu-debu yang menutupi seluruh tempat dan perabotan tampak tebal tidak tersentuh apa-apa.

“Kita akan beristirahat di sini untuk beberapa lama sampai hujan reda.” Yoohyeon memberitahukan itu pada JiU dan Gahyeon. Mendengar kalimat itu, tentu saja kedua gadis itu menghela napas lega dikarenakan ini adalah keinginan dan hal yang sudah mereka tunggu sejak tadi, mengistirahatkan kaki-kaki mereka yang lelah dan terasa sakit setelah berjalan kaki beberapa lama.

“Ah akhirnya.” Gahyeon menghela napas lega.

“Kita bisa istirahat agak lama.” JiU menyambung, Gahyeon mengangguk kemudian membalas, “Semoga saja hujan berlalu sepanjang malam.”

“Jangan duduk sembarangan!” JiU dan Gahyeon yang hendak duduk segera mengurungkan niat saat mendengar larangan dari Yoohyeon. “Setidaknya buat bersih dulu tempat yang ingin kalian gunakan!” Setelah mengatakan itu, Yoohyeon menjauh dari keduanya. JiU dan Yoohyeon melihat kepergian gadis cantik berambut hitam panjang itu dengan hanya bengong saja. Apa itu bentuk perhatiannya pada mereka? Atau ia akan merasa sangat jijik karena mereka berdua sengaja kotor-kotoran dengan debu yang ada di sekitar sana? Ataukah dua alasan itu benar? Namun alasan kedua yang paling kuat dikarenakan sejak awal Yoohyeon mudah jijik terhadap sesuatu.

“Dia sudah pergi.” JiU lega karena Yoohyeon pergi dari sana, ia hendak duduk di lantai lagi.

“Kakak, jangan duduk sembarangan.” Gahyeon segera melarang dan menghentikannya.

“Kenapa?”

“Di sini memang sangat kotor, bagaimana jika tubuh kita ikut kotor lalu nanti membusuk?” tanya Gahyeon. Ia benar-benar mengatakan kalimat yang keliru dikarenakan JiU adalah ahlinya dalam pelajaran tubuh manusia, termasuk pembusukan daging. Gadis itu tertawa manis saat mendengar ucapan Gahyeon.

“Ahahaha, mana mungkin, pembusukan terjadi disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim dalam daging (autolisis), kimiawi (oksidasi) dan mikroorganisme. Mekanisme pembusukan ini sangat kompleks. Sementara pembusukan makanan disebabkan oleh aktivitas microbial pada makanan tersebut atau karena pelepasan enzim intraseluler dan ekstraseluler mikrobial pada makanan tersebut.” JiU langsung memberikan penjelasan ala seseorang yang profesional. Tentu saja ini membuat Gahyeon menjatuhkan rahang karena ia salah mencari alasan.

“Sepertinya aku salah membuat alibi dan ancaman, tentu saja kakak ini sangat cerdas dalam urusan tubuh manusia. Aku bodoh, aku bodoh.” Gahyeon tersenyum kaku ketika berbicara dalam benaknya, ia bahkan sampai memukul-mukul kepalanya sendiri dengan pelan saat mengutarakan kata terakhir.

“Ada alasan lain terjadinya pembusukan, yaitu infeksi dari virus, racun dan mikroba berbahaya yang merusak sel-sel dan mengubah susunan daging sehingga terjadi pembusukan yang mengeluarkan bau luar biasa buruk.” Ketika mendengar penjelasan yang kedua, Gahyeon seperti mendapatkan alasan lain dan ini lebih polos dan terlalu mengada-ada.

“Kakak! Bagaimana jika ada serangga yang menggigit paha kita?” tanya Gahyeon dengan takut. JiU segera memandang keadaan pakaian bawahan mereka yang memang terlalu pendek, ia kemudian menggeleng lalu tersenyum.

“Itu juga tidak akan membuat daging kita ....”

“Serangganya beracun, jumlahnya jutaan.” Gahyeon menyela, bahkan ia langsung memberi isyarat dengan kedua tangan yang menerangkan betapa banyaknya jumlah serangga beracun itu. Saat itulah JiU memekik.

“Ah!  Itu bisa membuat luka infeksi dan membusuk. Tidak, kita bisa mati saat itu juga.” Ia malah panik dan heboh sendiri.

“Maka dari itu, kita harus duduk di tempat bersih.”

“Baiklah, baiklah.” JiU segera membersihkan lantai dengan alat seadanya dbantu dengan Gahyeon. Ternyata meski sangat cerdas dalam satu hal, hal lain tidak terlalu. Itulah JiU.

Kedua gadis itu melakukan sedikit bersih-bersih sementara Yoohyeon hanya mengamati hujan yang turun. Hanya berselang beberapa menit saja mereka memiliki benda yang sudah bersih bisa diduduki.

“Dingin.” Gahyeon tiba-tiba bergumam pelan, padahal mereka duduk berdampingan sambil menekuk lutut.

“Ini sangat kebetulan, kita semua sama-sama memakai celana yang sangat pendek.” JiU kembali menyinggung mengenai celana mereka yang sama-sama pendek, hanya model atau bentuk, warna dan bahan saja yang berbeda.

“Aku terbangun dengan pakaian ini, dan aku sekarang kesal karena kakiku kedinginan.” Gahyeon membalas sambil cemberut. Selama ini ia tak merasa kedinginan sehingga tidak peduli dan tak mengambil pusing mengenai celananya yang pendek.

“Seluruh tubuh aku kedinginan.” JiU membalas dengan tubuh yang sama sekali tidak bergetar, tidak ada hal yang membuktikan kalimatnya benar. Ketiganya memiliki model pakaian yang mirip, meski sebenarnya atasan yang dikenakan Gahyeon sama minimnya, tapi ia masih mengenakan jaket lengan panjang sehingga  tubuh bagian atasnya tak terasa dingin, JiU juga memakai jaket sebenarnya, tapi entah kenapa dirinya merasakan dingin pada sekujur tubuhnya.

“Ayo kita membuat api.” Gahyeon mengusulkan.

“Ayo, aku butuh api. Huh, andai saja monster yang kemarin kembali.”

“Jadi, monster yang kemarin tidak kembali?” tanya Gahyeon, ia ingat monster bersayap tunggangan JiU.

“Aku kehilangannya, mungkin keberadaannya di luar jangkauanku atau dia sudah mati.” JiU menjawab dengan nada yang acuh tak acuh.

JiU dan Gahyeon segera mencari segala hal yang bisa dibakar, tentu saja yang mereka cari bukan sesuatu yang menghasilkan asap tebal karena mereka akan terjebak di sana dan berakhir pingsan. Mereka menyisir ruangan itu lalu mengumpulkan barang-barang untuk dibakar.

Di sisi lain, Yoohyeon berdiri di depan pintu kaca toko tersebut sambil memandang hujan yang turun dengan deras, keadaan tampak menjadi semakin gelap dikarenakan awan abu-abu semakin menebal. Ia satu-satunya yang tampak tidak terganggu dengan suhu udara dingin dan pakaian bawah yang pendek.

“Kamu mau bahas tentang air itu kan? Apa namanya?” tanya JiU yang menagih ucapan Gahyeon yang terakhir.

“Hujan.” Gahyeon menjawab singkat, mereka sudah mengumpulkan kayu dan bahan plastik yang bisa dibakar.

“Ya, hujan. Kenapa bisa ada air turun dari langit?” tanya JiU yang tampak penasaran.

“Ini adalah daur alam, hujan adalah tetes air yang turun dari langit.” Gahyeon kini giliran mengambil alih menjadi orang yang sok profesional. “Bagaimana bisa terjadinya hujan? Kakak penasaran?” tanyanya yang langsung dijawab dengan anggukan oleh JiU.

“Itu adalah melalui siklus air. Ada evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi, lalu hujan turun. Jika aku menjelaskan panjang lebar, kakak mungkin tidak akan memahaminya. Garis besarnya seperti ini, air menguap ke atas lalu ditampung awan, uap yang dalam jumlah sangat banyak kemudian berubah menjadi cair atau tetes air disebabkan oleh perubahan suhu, karena jumlah air yang sudah sangat banyak, maka awan menjatuhkan air yang tertampung dalam bentuk tetes air sehingga terjadilah hujan. Bagaimana apa kakak paham?”

“Oh, itu mudah dipahami.” JiU tersenyum senang karena sudah mengerti. “Aku tahu kenapa bisa ada air yang ...”
JiU tidak melanjutkan ucapannya dikarenakan tiba-tiba saja petir menggelegar.

“Aaaahhhh!” JiU dan Gahyeon sontak berteriak secara serempak. Mereka langsung menjatuhkan apa-apa saja yang ada pada tangan mereka kemudian secara refleks mereka memeluk satu sama lain.

“Suara apa itu? Apa ada monster raksasa? Kenapa suaranya sangat menakutkan?” tanya JiU yang tampak terlalu paranoid.

“Itu disebut petir, biasanya akan muncul suara keras dan cahaya menyambar dari langit. Petir sering muncul saat hujan.”

“Aku benci petir.” JiU bergumam dengan kesal, ia memang gemetaran karena takut. Petir kembali bersuara lagi.

“Aaahhhh!” Dan untuk kedua kalinya mereka berteriak secara serempak, Yoohyeon hanya mampu menutup telinga karena keberisikan dua gadis itu.

“Apa bisa suara menakutkan itu dihentikan? Aku gemetaran.”

“Itu ada sangat tinggi di atas, kita tidak bisa menghentikan suara petir. Atau gemuruhnya.”

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang