192 – Mind Controller
Pada awalnya, Gahyeon yang sedang bercanda dengan JiU mengira jika serangan yang tiba-tiba terjadi adalah ulah robot yang menembakkan sesuatu padanya dari kejauhan. Tapi saat matanya melihat ke arah di mana Dami masih berdiri, ia melihat sosok gadis lain, gadis tinggi dengan rambut panjang hitam berkibar, atasan serba putih dan hotpants hitam, itulah Yoohyeon.
“Kau lagi, sepertinya sudah kebiasaanmu mencari lawan yang lemah.” Yoohyeon berkata dingin, nadanya jelas merendahkan dan meledek Dami. Sementara Dami yang menerima serangan tampak memasang wajah datar saja, ia tidak memberi reaksi khusus saat melihat Yoohyeon sudah ada di hadapannya.
“Ini kugunakan untuk memancingmu, berhasil juga ternyata.” Dami bukannya menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ia malah sengaja mengatakan itu seolah mengonfirmasi bahwa apa yang Yoohyeon pikirkan adalah apa yang sebenarnya terjadi.
“Ingin menyelesaikan apa yang terjadi terakhir kali? Bagus, akan kuhadapi.”
“Jangan besar kepala dulu.” Dami mendorong mengempaskan senjatanya, hal itu membuat Yoohyeon mundur beberapa langkah. Tak memberi waktu, Dami langsung mengayunkan tombak secara menyamping, bagian badan senjata itu langsung membentur tubuh Yoohyeon hingga membuat gadis itu terdorong lebih jauh.
Dami langsung melompat lalu menusukkan mata tombak ke arah Yoohyeon. Sementara Yoohyeon yang baru saja menghentikan dorongan akibat pukulan langsung menggerakkan tubuhnya ke samping tepat bersamaan dengan serangan Dami yang menusuk ke arahnya.
“Adik, apa-apaan ini? Kenapa mereka malah bertarung?” tanya JiU, ia dan Gahyeon tidak beranjak setelah mereka jatuh terlempar.
“Sebenarnya, mereka pernah bertemu, pertemuan terakhir kali bukan sesuatu yang bagus, mereka terlibat masalah.”
“Astaga, kita harus menghentikannya.”
“Aku ingin, tapi ... bagaimana caranya?” Gahyeon tersenyum masam, pertarungan kedua gadis itu terlalu kuat dan menakutkan baginya, mustahil ia masuk dalam pertarungan lalu menengahi mereka. Mustahil juga ia berteriak lalu meminta keduanya untuk berhenti, mereka pasti akan mengabaikannya. Itu yang akan terjadi, ia sangat yakin.
“Aahhhh!” keduanya langsung terlempar lagi saat Dami dan Yoohyeon beradu serangan.
“Ke mana perginya senjatamu? Kupikir aku tak melihatnya.” Dami memandang ke arah pundak Yoohyeon di mana seharusnya di baliknya terdapat pegangan atau gagang katana. Saat ini Yoohyeon sedang menahan ayunan tombak Dami dengan kaki kanannya, sementara kaki kirinya membuat salju tersingkir dan es di bawahnya retak.
“Aku tak memerlukannya. Menghadapi dirimu hanya dibutuhkan tanganku saja.” Setelah mengatakan itu, Yoohyeon memutar tubuhnya hendak menendang wajah Dami, tapi serangan itu sudah diketahui sehingga Dami mundur mengelak.
Keduanya saling berhadapan dengan jarak sekitar lima meter saja. Yoohyeon tampak sedingin biasanya, rambut panjang hitamnya jatuh dengan ringan. Dami mengangkat tombak mengarahkan ujung tajamnya pada Yoohyeon.
“Jangan terlalu percaya diri, aku berbeda dari yang terakhir kali.” Dami langsung mengalirkan energinya pada tombak, hal tersebut membuat senjatanya dialiri suhu panas yang menghasilkan asap di sekitarnya.
“Senjatanya menjadi panas?”
“Kita harus menghentikannya, mereka bisa saling melukai.” JiU yang terkapar di atas salju bersama Gahyeon segera beranjak berdiri.
“Kakak, jangan! Mereka berbahaya!” Gahyeon berteriak lalu segera bangkit berdiri mengejar JiU. Sayangnya usahanya terlambat karena JiU sudah tiba, ia berdiri di antara Yoohyeon dan Dami.
“Kalian berdua, berhenti! Jangan berkelahi!” JiU berteriak. Saat itulah Yoohyeon dan Dami maju secara bersamaan membuat JiU menjerit takut lalu berjongkok. Keduanya saling beradu serangan meninggalkan JiU. Gahyeon segera mendekatinya.
“Aku sudah bilang bukan? Mereka tidak bisa dihentikan.”
“Tapi mereka harus berhenti, kita tidak boleh bertarung antar teman.”
“Aku yakin tidak satu pun dari mereka yang sudi mengakui teman satu sama lain.” Gahyeon segera menoleh memandang adu serangan di antara keduanya. Dalam beberapa detik saja, beberapa reruntuhan sudah tersebar ke mana-mana, banyak lubang dan retakan pada lantai es lalu salju beterbangan, semua itu jelas diakibatkan oleh pertarungan mereka.
Meski tanpa senjata, Yoohyeon mampu mengimbangi Dami dengan baik, tentu saja karena hal itu disebabkan Dami yang belum bertarung dengan serius. Dami tidak bisa bertarung serius karena efek samping penggunaan energi dari batu meteor menyakiti dan merusak tubuhnya.
Dami dan Yoohyeon kembali mendarat di atas lantai es yang luas, salju beterbangan di sekitar mereka, setelah itu sebuah bangunan runtuh tepat sepuluh meter di samping mereka.
“Tidak buruk,” gumam Dami.
“Seriuslah menghadapiku!” Yoohyeon tak memedulikan perkataan Dami, ia kembali berlari maju, begitu juga dengan Dami yang berlari maju menghadapi Yoohyeon.
“Kalian berdua! Berhenti sekarang juga!” JiU berteriak sekerasnya. Kali ini, Yoohyeon dan Dami terkena pengaruh dari perkataan JiU. Entah apa yang terjadi, tapi keduanya tidak melanjutkan langkah mereka.
“Ini ....”
“Apa yang terjadi?”
Sayang sekali karena sejak awal keduanya bergerak cepat, meski gerakan mereka dihentikan secara tiba-tiba, gaya tarik dari kekuatan gerak mereka membuat keduanya masih bergerak maju, pada akhirnya Yoohyeon dan Dami langsung bertabrakan saat itu juga.
Mereka langsung jatuh dalam keadan duduk saling berhadapan.
“Me ... mereka berhenti?” tanya Gahyeon yang teramat terkejut. Di sisi kedua gadis itu, Dami dan Yoohyeon memegangi kening masing-masing karena tubrukan yang paling keras terjadi adalah kening mereka.
“Apa-apaan itu? Rasanya suara perempuan itu masuk langsung ke dalam otakku.” Dami bergumam pelan. Ia menjatuhkan tombaknya begitu saja.
“Dia baru saja masuk ke dalam pikiran kita lalu mengontrolnya.” Yoohyeon bergumam pelan, ia langsung tahu apa yang terjadi saat dirinya merasakannya.
“Apa? Maksudmu ....” Dami sengaja tak melanjutkan perkataannya, Yoohyeon mengangguk pelan, keduanya menoleh memandang ke arah JiU yang berlari menuju ke arah mereka, di belakangnya Gahyeon tampak berlari menyusul.
“Dia ... bisa mengendalikan pikiran.” Yoohyeon melanjutkan perkataan Dami.
Hanya selang beberapa detik saja sampai JiU tiba di hadapan mereka, JiU menghentikan langkahnya ketika sudah berjarak tiga langkah di depan Yoohyeon dan Dami.
“Kalian baik-baik saja? Kenapa kalian malah saling menyundul?” tanya JiU ketika ia tiba di samping keduanya. Mendengar itu, Yoohyeon dan Dami paham jika JiU tidak menyadari apa yang baru saja diperbuatnya, itu sama seperti yang terjadi kemarin, JiU lagi-lagi melakukan hal yang tak disadarinya. Tentu saja ini membuat Dami dan Yoohyeon kesal karena mereka tidak bisa menyalahkan JiU.
“Kalian tidak apa-apa? Apa yang terjadi? Bagaimana bisa kalian bertabrakan seperti itu? Kupikir kalian tidak sedang meniru kambing.” Perkataan Gahyeon malah membuat Yoohyeon dan Dami lebih kesal lagi.
“Berisik, aku tidak apa-apa, pergi sana!” Dami berucap kesal.
“Enyahlah dariku!” Yoohyeon mengusir keduanya dengan kasar.
“Eh? Ini perkiraanku saja atau mereka memang mirip ya?” tanya Gahyeon pelan. Sementara Yoohyeon dan Dami beranjak lalu pergi begitu saja ke arah berlawanan tanpa mengatakan apa-apa lagi. Tentu saja itu membuat JiU dan Gahyeon kebingungan dengan apa yang terjadi dan suasana yang berubah secara tiba-tiba seperti ini.
****
JiU emang gak punya senjata, tapi itulah kekuatannya. Ada yang udah mengira kalau itu kekuatannya? Kalau udah, sejak bab berapa dan hal apa yang membuat kalian mengira jika JiU memiliki kekuatan mengendalikan pikiran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...