40 - Whitelist

249 47 8
                                    

Part JiU, Yoohyeon & Gahyeon.

Keadaan sudah mereda, tak ada guncangan atau gemuruh lagi, tapi Yoohyeon masih penasaran dengn apa yang terjadi di luar sana. Ia memasang ekspresi yang waspada.

“Apa kau tahu apa itu?” tanya Yoohyeon, ia akhirnya menoleh pada Gahyeon dan JiU yang masih berdekatan. Gahyeon menggeleng pelan. “Aku yakin, badai matahari tak akan menghasilkan getaran dan suara semenyeramkan itu.” Ia menjelaskan dengan segala hal yang diketahuinya.

“Jadi, itu bukan badai? Apa ada meteor jatuh sungguhan?” tanya JiU, ia memandang Gahyeon. Monster tunggangan JiU sudah pergi ketika getaran mereda, entah terbang ke mana makhluk itu.

“Entahlah, tapi aku akan mencari tahu dulu selama bayi-bayiku berada dalam perjalanan.” Gahyeon agak menjauh dan menyingkir dari JiU, ia meraih laptopnya dan mulai melakukan sesuatu, kesepuluh jarinya langsung bergerak.

“Oooo, kamu hebat sekali memainkan benda ini,” puji JiU saat melihat betapa profesionalnya Gahyeon bekerja.

“Ssstt, aku sedang bekerja.” Gahyeon menempelkan telunjuknya pada bibir JiU, lalu ia melepaskan drone kecil yang kemarin ia juga gunakan ketika memeriksa kapal selam. Tiga buah drone kecil melayang di udara, Gahyeon baru saja menyelesaikan koneksinya.

“Wah, lucunya. Apa ini?” JiU berdiri dan menangkap satu persatu drone itu. Karena ketiganya belum diberi perintah, tiga drone tersebut hanya melayang saja di sana sehingga JiU sangat mudah menangkap ketiga drone itu.

“Kakak cantik, bayiku jangan ditangkap.” Gahyeon mencegah dengan manja. JiU hanya tersenyum polos tanpa dosa dan melepaskan tiga drone yang berhasil dia tangkap sebelumnya. Ketiga benda itu akhirnya kembali melayang di udara.

“Maaf, tapi bayinya imut. Itu akan lebih cantik kalau diwarnai dengan warna merah muda.”

“Kakak, ssstt. Aku tak bisa konsentrasi.” Gahyeon memintanya lagi untuk diam, maka JiU duduk saja dan menutup mulut. Drone kecil beterbangan ke atas setelah diberi perintah oleh Gahyeon. JiU melambai pada drone yang terbang menjauh.

“Baiklah. Bayi-bayi, ayo kita cari tahu apa yang terjadi.” Gahyeon bersiap memerhatikan keadaan di luar hutan, layar beium memperlihatkan apa-apa karena drone masih melewati dedaunan yang basah dan lembap. Kemudian tak berselang lama, bola-bola kecil itu berjatuhan ke tanah dengan warna badan yang merah. Koneksi terputus dari laptop.

“Ahhh!  Bayi-bayiku!  Astaga, kenapa matahari sepanas itu.” Gahyeon segera berdiri dan memegangi kepalanya karena histeris. Yoohyeon hanya menggelengkan kepalanya. Gahyeon tampaknya masih seceroboh sebelumnya.

“Bayi-bayimu mati tuh,” kata JiU sambil menunjuk pada drone-drone kecil.

“Aku tahu, ah bagaimana ini.” Gahyeon mengacak rambutnya karena frustrasi.

“Lupakan saja, apa kau bisa menyelesaikan yang besar itu? Kita akan pergi setelah gelap.” Yoohyeon akhirnya angkat bicara. Tampaknya ia sudah tak peduli dengan apa yang terjadi di luar hutanーterutama dengan apa yang membuat gempa dan menghasilkan suara gemuruh.

“Droneku yang lain sedang dalam perjalanan, mereka membawa alat-alat yang kubutuhkan.” Gahyeon menyahut dengan ekspresi wajah yang hampir menangis.

“Oh, ini terbakar cahaya matahari, sampai rusak seperti ini.” JiU berjongkok dan memungut drone kecil yang rusak itu. Tentu saja suhu benda itu pastilah masih sangat panas luar biasa, terlihat jelas dari warnanya yang memerah bagaikan bara. Tapi JiU memegangnya seolah itu drone yang belum terbakar. Tentu saja Gahyeon dan Yoohyeon terlonjak dengan itu, JiU kebal terhadap panas.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang