39 - Batu Meteor Es

264 51 17
                                    

Gimana guys, mvnya keren gak? Aku masih syok sampai hari ini. Susah jernih pikiran pas ngetik. Dengan penampilan seindah itu, harusnya yang kenal DC makin banyak. Serius deh, kalau masih nggak, orang-orang pada buta dan sudah parah seleranya.

Btw aku bikin cerbung baru, judulnya Break the Wall. Pengennya sih BOCA, tapi gak dapat ide. Cuma histeris dan serangan jantung aja tiap liat mvnya.
***
39

Handong masih memikirkan apa yang harus ia lakukan, es tu sangat padat dan beku. Bisa saja ia melepaskan kekuatan besarnya, tapi ada kemungkinan jika tempat ini akan ikut hancur dan runtuh. Jika itu terjadi, maka anggap saja dirinya terlalu tolol sehingga membuat kuburannya sendiri dengan melakukan hal bodoh.

"Kenapa juga aku terlalu banyak berpikir?" Ia akhirnya berdiri dan menyilangkan tangan di dada. Sorot matanya tertuju pada sosok manusia yang ada di dalam sana.

"Tak ada gunanya aku menghancurkan benda ini, apa untungnya bagiku? Terlebih lagi, pasti mereka sudah mati di dalam sana. Tak mungkin mereka masih hidup ketika terperangkap di dalam es yang kelewat beku ini." Ia berbicara pada diri sendiri, asap keluar dari mulutnya. Ia gemetaran karena mulai merasakan kedinginan berada di sana. Entah apa yang menjaga tempat itu tetap membeku, terlebih lagi, di sana memiliki penerangan alami seolah esnya bercahaya.

Handong mungkin bisa membeku jika tinggal lebih lama lagi di sana, maka ia memutuskan untuk tak memedulikan dua tubuh yang terperangkap di dalam es tersebut.

Ia kemudian dan melangkah pergi, sepertinya berdiam diri di terowongan jauh lebih baik. Di sini terlalu dingin dan di luar sana matahari sedang mengamuk, ia hanya perlu diam di daerah yang suhunya stabil dan cocok dengan kebutuhan badannya.

Ketika Handong melangkahkan kakinya, tiba-tiba lantai es itu retak dan gadis itu terperosok ke dalam sana.

"Aaahh!" Handong masuk ke bawah lantai akibat ia yang berjalan selalu mengentakkan kakinya kuat-kuat seolah dia sedang marah. Alhasil inilah yang terjadi ketika dia menginjakkan kaki di daerah yang tak stabil. Terperosok dan jatuh ke dasar.

Handong mendarat dengan pantat terlebih dulu, ia jatuh sekitar empat blas meter dari permukaan. Di sini tampak seperti sumur buatan yang dangkal. Di bawah sana ia merasa jika suhunya terasa jauh lebih dingin.

"Gila, di sini sangat dingin dan aku jatuh sangat tinggi. Bagaimana bisa ada lubang sedalam ini di sini ya? Orang tolol mana yang kurang kerjaan membuat lubang seperti ini?." Handong segera beranjak berdiri dari sana. Jatuh dari ketinggian itu tak membuat dia mendapat cedera apa-apa, butuh hal yang jauh lebih dari itu untuk membuat dirinya terluka.

"Oke, jadi apa aku mesti memanjat ke sana? Merepotkan." Ia bertolak pinggang sambil memandangi arah atas sana. Sedetik kemudian, Handong baru menyadari sesuatu, di bawah sini jauh lebih terang dan lebih dingin, darah dan dagingnya mungkin akan membeku sedetik lagi. Handong merasakan jika ada sumber beku ada di sini, ia menoleh ke belakangnya di mana ia merasakan sumber kebekuan ini.

Dan di sanalah ia memang menemukan sumbernya, sebuah batu meteor seukuran kepalan tangan pria dewasa terlapisi oleh es, batu meteor itu tampaknya yang memancarkan cahaya di seluruh gua ini.

Itu memang memiliki bentuk bulat yang hampir sempurna, permukaannya tidak halus dan sepertinya es yang melapisinya adalah bagian dari batu itu sendiri, esnya adalah batu bagian luar dan yang terang adalah lapisan bagian inti. Itu adalah batu meteor es.

"Oh, apa lagi ini? Emmm.... Dari bentuknya, mirip batu," gumamnya. Ia tampak berpikir-pikir.

"Aahh terserahlah. Akan kuambil saja ini, lumayan buat lampu." Ia tak suka terlalu banyak berpikir dan memutuskan untuk msncabutnya dari tanah membeku itu.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang