04 – Dami, the Guardian
Sosok gadis cantik tengah berjalan-jalan di daerah yang benar-benar berantakan, keadaan sekitar sudah menjadi puing-puing, setiap sudut tempat hanya ada reruntuhan dan pecahan bangunan. Tampaknya tempat ini sudah ditinggalkan dalam waktu yang teramat sangat lama.
Dari kerusakan yang terlihat, tampaknya kota ini telah mengalami musibah bencana alam yang memorak-porandakan segalanya, gedung-gedung yang tinggi tampak akan roboh kapan saja, fondasinya sudah rapuh, dinding dan kaca benar-benar rusak, tak sedikit pula bangunan yang sudah menjadi rata.Tampaknya bencana dan musibah yang menyerbu tempat ini adalah hal yang sangat besar dan bukan main-main.
Tapi Tampaknya gadis itu benar-benar mengabaikan apa yang menjadi setting di mana ia berada saat ini.Ia memanggul sebuah tongkat mengilap, entah baja atau apa, tapi benda yang ia bawa tampak sangat kuat dan kukuh. Ditambah dengan ukiran aneh yang memiliki warna biru, membuat tongkat itu tampak mengagumkan.
Rambut yang sedikit melewati pundaknya, ia biarkan tergerai begitu saja, tatapannya tanpa ekspresi.
Sejenak ia menghentikan langkah dan memandang sekitar, memikirkan apa yang akan ia lakukan berikutnya. Ia telah menjelajahi tempat ini, tepatnya kota ini, tapi hanya pemandangan reruntuhan saja yang didapatnya, ia tak mendapati sumber kehidupan lain selain dirinya.
Gadis itu menghela napas, ia mengeratkan cengkeraman pada batang tongkatnya. Kaki putihnya kembali ia langkahkan, entah ke mana ia mesti melanjutkan langkah. Yang jelas, berdiam diri bukanlah pilihan.
Mengingat tentang tujuan, ia sama sekali tak ingat mengenai jati dirinya, apa tujuannya, dan kenapa ia bisa berada di sana. Hanya ada sebagian kecil dan sangat sedikit ingatan yang tertinggal dalam kepalanya, ia ingat namanya, ingat kemampuan dan kekuatan yang ia miliki.Tapi kenapa bisa ia tak ingat dengan masa lalu dan sesuatu yang menyebabkan ia bisa berada di sini? Apalagi tentang apa yang mesti ia lakukan di tempat yang entah-berantah seperti ini. Ia hanya tahu jika dirinya harus bertahan, berjuang menyelesaikan apa yang saat ini terjadi, meski sebenarnya ia tak tahu harus berjaga-jaga terhadap apa dan apa yang mesti diperbuat berikutnya.
Sejak ia bangun, hanya tongkat dan kotak harta saja yang menyertainya, tak ada identitas, tak ada misi apa-apa.
"Ini melelahkan," keluhnya pelan, tak ada suatu ekspresi sama sekali dari raut wajahnya, bahkan ia berkata tanpa suatu emosi dalam nada bicaranya.
Baru saja ia melanjutkan langkahnyaーdan itu tak lebih dari dua langkah saja. Ia mendengar suara langkah-langkah kaki mendekat.
Dami menghentikan langkahnya, ia menurunkan tongkat itu sehingga membuat posisinya menjadi berdiri.
Perlahan pemilik langkah-langkah itu menampakkan diri, itu adalah kawanan monster berkaki empat, memiliki penampilan mirip serigala dengan sepasang taring saber yang panjang mencuat dari mulut, surai lebat dan ekor yang panjang.
"Apa aku bisa anggap ini kabar baik?" Ia bertanya pada dirinya sendiri, tak ada rasa takut sama sekali pada dirinya. Padahal jika gadis normal, pasti ia sudah pingsan sejak pertama mendapati pemandangan mengerikan seperti ini, tapi ia memang abnormal dan dengan senjata di tangan, apa yang harus ia takutkan? Tampak jika jumlah monster di sekitarnya sama sekali tidak sedikit, setidaknya ada dua puluh ekor, dan itu belum selesai.
Kawanan monster itu tak sendirian, di belakang mereka terdapat makhluk humanoid reptil yang membawa senjata berbentuk aneh, tapi Dami tahu, jika makhluk humanoid yang berjalan dengan dua kaki itu tak kalah berbahayanya dari para monster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...