153 – Berkeliling untuk Memeriksa Keadaan Sekitar
Part SuA and Siyeon
Sepanjang malam keduanya tidur dalam posisi duduk sambil bersandar pada dinding, tidak ada yang banyak bergerak saat mereka terlarut dalam mimpi masing-masing, posisi keduanya tidak berbeda jauh ketika langit gelap mulai memudar.
SuA yang pertama kali membuka matanya. Entah kenapa, tapi setelah tubuhnya yang meregenerasi luka dengan kecepatan yang bisa dibilang jauh lebih cepat dari normalnya tanpa bantuan apa-apa, ia merasa jika ada hal yang terasa berbeda pada dirinya, sayang sekali ia tidak tahu apa itu.
SuA mengerjapkan matanya, kegelapan yang mulai sirna membuat keadaan sekitar sana tampak lebih terang dari terakhir kali saat mereka pertama datang, meski sebenarnya keadaan di luar sama sekali tidaklah cerah, terlebih masih banyak awan gelap yang menyimpan tetes air. Ketika SuA sudah membiasakan diri dengan keadaan sekitar, ada beberapa hal yang dirinya sadari.
Pertama, ia sudah tidak mendengar adanya suara air hujan dari luar, secara tak langsung ini menandakan jika hujan dan badai sudah tidak turun lagi. Berikutnya adalah semua pakaian yang mereka gantung sudah kering, yang terakhir adalah bangunan yang mereka tempati ternyata jauh lebih luas dari yang mereka perkirakan.
SuA beranjak berdiri lalu memandang keadaan sekitarnya, gedung ini tampak seperti bangunan yang digunakan untuk fasilitas penelitian, meski barang-barangnya sudah tidak ada sehingga menyisakan banyak sampah dan ruang luas yang hampir kosong.
“Aku benar-benar tidak percaya jika kita benar-benar beristirahat di tempat seperti ini.” SuA bertolak pinggang sambil memandang sekitar saat ia menggumam pelan.
“Yah, mau bagaimana lagi? Kita tidak punya pilihan.” SuA lanjut berbicara sendiri, ia memang tidak memiliki banyak pilihan. Siyeon tidak bisa terus dibiarkan berada ditempatkan pada tempat dingin ketika keadaan tubuhnya tidak baik.
Ketika mengingat keadaan Siyeon, SuA segera menoleh kemudian berjongkok di hadapan Siyeon kemudian menjulurkan tangan kanan menyentuh kening Siyeon yang masih memejamkan mata, ia ingin memeriksa apakah keadaan Siyeon memburuk atau tidak. Tangan kanannya ia tempelkan pada keningnya sendiri untuk membandingkan suhu tubuh mereka.
“Sepertinya dia baik-baik saja. Aku tidak perlu khawatir.” SuA bergumam lega setelah merasakan jika suhu mereka sama, ia menarik tangannya lalu kembali beranjak berdiri. Sekali lagi ia memandang keadaan sekitar, rasanya agak tidak nyaman dan tidak suka karena di sekitar mereka terdapat banyak perabotan dan peralatan yang tidak terpakai dan tidak berguna, kondisinya sudah sangat buruk sehingga semua itu bisa disamakan dengan sampah.
“Huh, aku bosan diam di sini tanpa melakukan apa-apa. Ayo kita lihat apa saja yang ada di sini.” Melihat Siyeon yang sepertinya masih memerlukan istirahat, SuA memutuskan tidak akan mengganggu tidurnya, sebagai gantinya SuA segera jalan-jalan di sekitar bangunan itu untuk memastikan jika keadaan di sekitar sana aman tanpa ada bahaya jenis apa pun yang menyerang mereka. Ini ia lakukan sekadar untuk melakukan antisipasi.
SuA mengambil sebuah senapan serbu lalu beranjak meninggalkan Siyeon yang tampaknya tidak akan bagun dalam waktu yang dekat. Bangunan ini memiliki lantai setinggi lima lantai yang mana lantai bawah seharusnya tergenang banjir, tapi ketika SuA melihat ke bawah sana, banjir sudah surut meninggalkan banyak lumpur kotor yang masih basah bersama dengan banyaknya sampah berserakan di seluruh jalanan.
“Bahkan keadaan kota ini jadi terlihat sangat menjijikkan. Sepertinya ini adalah banjir pertama yang terjadi di sini.” SuA berkomentar ketika ia memandang keadaan kota melalui jendela. Pandangannya kemudian teralih ke atas, ia mencari apa saja yang mungkin bergerak, apalagi saat ini ia mewaspadai pesawat luar angkasa yang dilihatnya kemarin.
“Baguslah, tidak ada apa-apa di sekitar sini, aku bisa sedikit lega.” SuA berhenti mengamati keadaan di luar, ia melanjutkan berkeliling di daerah bangunan itu, mencari sesuatu yang janggal atau mencari apa saja yang mencurigakan. Jika beruntung, mungkin ia akan menemukan sesuatu yang bisa digunakan atau sedikitnya bermanfaat bagi mereka.
Sayang sekali harapannya sirna dikarenakan seluruh bangunan ini tidak memiliki sesuatu yang berguna atau bisa dipakai dikarenakan semua barang yang tertinggal di sana sudah rusak sepenuhnya. Anggaplah jika seluruh bangunan tersebut hanya dipenuhi sampah dan rongsokan saja.
SuA berjalan mengitari bangunan luas itu, ia menjadi semakin yakin jika di sana adalah bangunan yang sebelumnya menjadi laboratorium penelitian. Entahlah sesuatu macam apa yang diteliti.
Intinya tempat ini luas, memerlukan waktu hampir satu jam bagi SuA untuk menyusuri seluruh bangunan sampai ia tiba di bagian atap. Saat pertama kali membuka pintu yang menghubungkan atap dengan tangga, angin dinginlah yang pertama kali menyambutnya.
“Kota ini jadi tampak semakin buruk jika dilihat dari sini, huh, aku sudah bosan berada di sini.” SuA bergumam pelan, saat ia berbicara, uap putih keluar dari mulutnya.
Setelah bergumam, SuA berjalan menyusuri atap itu lalu pasang matanya mengamati keadaan langit yang terus menjatuhkan rintik air berupa gerimis. Suhu udara sudah menurun drastis, rasanya udara jauh lebih dingin dari sebelumnya, itu terbukti saat SuA mulai merasa menggigil ditambah sejak tadi ada uap putih saat ia berbicara.
“Huh, sepertinya suhu memang menjadi dingin, cuaca dunia ini benar-benar berubah setiap harinya. Aneh.” Setelah memastikan jika tidak ada bahaya yang mendekat, SuA segera saja berjalan kembali menuju ke tempat di mana Siyeon berada, sepertinya ia sudah meninggalkannya cukup lama.
Di sisi Siyeon, ia masih nyaman tidur dalam posisi duduk, saat ia akan menyandarkan kepalanya pada bahu SuA yang harusnya berada di sana, tiba-tiba Siyeon tersungkur ke lantai yang sontak saja itu membawa dirinya pada kesadaran.
“Aw.” Siyeon perlahan bangkit sambil memandang di sekitarnya mencari keberadaan SuA.
“SuA pergi ke mana ya? Astaga, harusnya dia memberitahuku.” Siyeon kembali bersandar pada dinding lalu berusaha untuk menyadarkan diri dari keadaan baru bangun tidur di mana kepalanya masih agak pusing dan mata yang perih.
Setelah beberapa saat, Siyeon yang tak melihat ada bekas yang memberi tanda adanya bahaya berinisiatif untuk merapikan barang-barang yang tersebar di sana ke dalam tas. Siyeon yakin jika SuA hanya pergi untuk beberapa saat saja, tidak perlu khawatir mencari keberadaannya.
Saat Siyeon hendak memasukkan pakaian mereka ke dalam tas, tiba-tiba ia menyaksikan keanehan pada bola bercahaya biru itu. Siyeon segera saja mengeluarkan benda tersebut lalu memeriksanya.
“Aneh, kupikir ada pergerakan pada bola ini sebelumnya.” Siyeon meneliti benda itu, sebelumnya ia merasa yakin jika bola itu bergerak seolah bagian-bagian penyusunnya berpindah tempat.
“Mungkin saja ini hanya perasaanku sa ....” Siyeon tidak sempat melanjutkan ucapannya ketika tangannya tanpa sengaja membuat tiga komponen luar bola itu terlepas membuat ketiga benda itu melayang, melayang bersama bola yang berubah bentuk tersebut, setelah itu tampak di dalam celah bekas komponen itu terlepas tiba-tiba ada sinar yang menembakkan layar hologram berwarna biru cerah, hanya saja di sana tidak ada apa-apa selain layar yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...