104 - Berlari part 2

106 23 38
                                    


Setelah melihat sesuatu yang tampaknya merupakan padatan energi berwarna merah besar sampai menutupi beberapa bangunan, Siyeon dan SuA segera berlari menjauh.

Apa yang SuA katakan ternyata benar dikarenakan setelah keduanya berlari sejauh sepuluh meter, tiba-tiba saja ledakan besar terjadi, suara ledakan terdengar seperti sambaran petir dan desingan mesin pesawat. Setelah suara itu, tekanan udara tercipta hingga menerbangkan segalanya dalam keadaan yang rusak, bangunan-bangunan terempas hancur di belakang mereka. Keduanya segera saja dikejar oleh ledakan api dan pertokoan juga bangunan lain yang terlempar ke arah sisi lain dalam keadaan yang hancur.

“Astaga!” Siyeon berteriak histeris.

“Lari lebih cepat lagi!” SuA berteriak, padahal mereka sudah berlari jauh lebih cepat dari manusia normal. Mereka terus dikejar oleh kehancuran efek dari ledakan, bukan hanya bangunan yang hancur dan tekanan udara yang menyebar, jalanan tampak retak, aspal dan beton yang melapisi tanah tampak hancur menjadi potongan dalam jumlah banyak dan semuanya ikut terbang terempas oleh tekanan udara. Bukan hanya itu saja, potongan robot atau robot yang masih utuh juga ikut terempas, entah robot yang ramping atau yang besar.

Siyeon dan SuA berlari secara bersebelahan, mereka sudah tak berpegangan tangan lagi. SuA memiliki ekspresi yang panik, di lain sisi Siyeon malah tersenyum seolah ini adalah tantangan yang menyenagkan baginya. Ia berlari sambil merunduk saat ada dinding besar yang melesat di atas kepalanya, SuA sendiri langsung memukul dinding itu.

“Pukulan yang bagus,” puji Siyeon.

“Awas!” SuA berteriak saat jalanan di depan mereka terbelah, keduanya langsung meloncat sejauh mungkin untuk menyeberangi jalan yang terbelah. Tantangan tak berhenti di situ karena di depan mereka sebuah toko meledak sehingga kobaran api menghadang jalan mereka. Keduanya tak menurunkan kecepatan, mereka terus berlari menembus kobaran api dan puing bangunan.

Mereka berhasil melewati kobaran api tanpa ada yang terbakar, mereka tak mendapat cedera apa-apa. Keduanya terus berlari melewati bencana ledakan tersebut. Pasang mata SuA segera tertuju ke arah di mana sebuah gedung tinggi mulai runtuh, lokasinya berada di depan mereka dan jika ia dan Siyeon tak lebih dulu lewat sebelum gedung runtuh, mereka akan terjebak dan kondisi parahnya adalah mereka bisa tertimpa.

“Ini tidak bagus.” SuA bergumam mendapati bangunan itu mulai jatuh, sementara jarak mereka masih agak jauh.

“Kita bisa melakukannya, sayang. Ayo!” Siyeon memberi semangat, ia juga melihat gedung runtuh itu. Keduanya tersenyum lalu berlari secepat yang mereka mampu.

Siyeon meloncat ke atas, saat ada bongkahan bangunan yang melesat ke arahnya, ia menggunakan itu sebagai tumpuan loncatan. SuA merendahkan badan saat bongkahan bangunan melesat ke arahnya, ia meluncur sambil merendahkan tubuhnya ke belakang sementara lututnya ia tekuk.

SuA kembali berlari setelah melewati bongkahan itu,  di depannya ada runtuhan bangunan, ia segera berlari ke arah sana lalu menggunakannya sebagai tumpuan untuk meloncat ke atas. Jalanan mulai terbelah di sekitar radius mereka. Saat ia tiba di bagian atas, SuA melihat jika Siyeon meloncat dan melompati bangunan yang mulai runtuh dan hancur.

“Oh, tukang pamer.” SuA segera mengejarnya. Ia menginjak atap bangunan yang mulai runtuh lalu meloncati sebelum terbawa jatuh bersama bangunan itu. Tubuhnya melesat di udara, ia mendarat di atas sebuah toko, kakinya menghentak lalu melompat lagi sebelum sedetik kemudian toko itu meledak.

Siyeon melompat turun lalu kembali berlari di jalanan yang masih belum terbelah. SuA mengikutinya, ia meloncat turun. Di atasnya sebuah dinding besar yang memiliki beberapa jendela runtuh hendak menimpanya. SuA mendongak lalu meloncat menuju ke arah lubang jendela tanpa kaca. Dinding akhirnya jatuh membentur jalanan, sementara SuA berhasil mendarat dan berlari di samping Siyeon.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang