Penulisan kapal lengkap.
JiSu (JiU × SuA)
SingJi (JiU × Siyeon)
JiDong (JiU × Handong)
JiYoo (JiU × Yoohyeon)
JiMi (JiU × Dami)
JiaYeon (JiU × Gahyeon)
SuYeon (SuA × Siyeon)
SuDong (SuA × Handong)
YooA (SuA × Yoohyeon)
SuMi (SuA × Dami)
SuGa (SuA × Gahyeon)
SiDong (Siyeon × Handong)
YOsHi (Siyeon × Yoohyeon)
DaSi (Siyeon × Dami)
SiGa (Siyeon × Gahyeon)
YooDong (Handong × Yoohyeon)
HanMi (Handong × Dami)
GaDong (Handong × Gahyeon)
2Yoo (Yoohyeon × Dami)
2Hyeon (Yoohyeon × Gahyeon)
GaMi (Dami × Gahyeon)Nemu di biodata DC.
Bonus, dedek bagi-bagi senyum dulu biar kalian makin greget sama karakter yang polosnya keterlaluan ini.****
174 – Menemukan Tas yang Hilang
Part Dami, JiU and Gahyeon.
Hujan masih mengguyur daerah tempat di mana JiU dan yang lainnya berada, meski begitu, Dami memaksakan diri membuat tubuhnya basah kuyup oleh air hujan yang rasanya memiliki suhu yang semakin menurun setiap detiknya.
Sekujur tubuh Dami bukan hanya basah saja, saat ini, tubuhnya mengeluarkan banyak asap dikarenakan suhu panas pada tubuhnya. Dami sengaja membuat suhu tubuhnya tinggi untuk melawan suhu dingin di sekitarnya, hal itu terbukti ampuh karena ia tidak merasakan kedinginan, sebagai gantinya, asap atau uap menyebar di sekitar tubuhnya dikarenakan pertemuan antar dua suhu berlawanan sehingga perubahan zat juga terjadi.
Dami terus mempercepat gerakannya menuju ke arah di mana Gahyeon mengarahkannya. Ketika merasa jika jarak yang dimaksud sudah sesuai, Dami menghentikan gerakannya lalu ia melompat menuju ke arah sebuah reruntuhan bangunan yang cukup tinggi.
“Harusnya ada di sekitar sini.” Ia memandang ke sekitar untuk mencari benda yang dimaksud. Agak sulit memang mencari sesuatu di tengah cuaca buruk seperti ini. Dami sendiri baru terpikirkan, seharusnya ia membawa Gahyeon bersamanya agar gadis itu bisa melakukan pencarian sendiri di sini, itu jauh lebih baik dan lebih mudah daripada Dami sendiri yang melakukan pencarian.
Mencari dengan kemampuan penglihatannya jelas percuma, beberapa kemungkinan terjadi, yang pertama adalah barang-barang tersebut telah tenggelam ke dalam genangan air, lalu yang keduanya adalah bisa saja terkubur reruntuhan, yang terakhir adalah hanyut.
“Ini tidak akan berhasil, aku juga tidak tahu spesifik barang-barang itu. Lebih baik aku kembali lalu membawanya.” Dami menggumam pelan. Ketika ia hendak berbalik pergi, tiba-tiba saja sudut matanya mendapati sesuatu. Dami menoleh ke arah di mana benda aneh ia lihat.
Tepat di atas tumpukan reruntuhan yang hampir tergenang oleh air, tampak sebuah benda seukuran kepalan tangan berwarna putih melayang-layang. Benda itu jelas sudah rusak, dilihat dari sisi mana pun, keadaannya sudah parah, tapi sepertinya benda tersebut masih berfungsi.
Tentu saja, yang dilihat oleh Dami adalah drone milik Gahyeon yang sebelumnya ia perintahkan untuk berjaga selama dirinya tidur, sebelumnya keberadaan beberapa drone itu tiba-tiba hilang begitu saja, tak lama setelah itu Gahyeon diserang beberapa unit robot. Sepertinya dari tiga drone yang dirusak, masih ada satu yang tidak rusak total sehingga benda itu masih bergerak.
Karena merasa penasaran dengan benda itu, Dami melompat dari tempatnya berdiri lalu tiba dalam sekejap di lokasi drone berada. Dami tampak heran karena drone itu melayang di sekitar sana saja, benda itu seolah ingin pulang ke rumahnya berada.
“Apa mungkin ada lorong rahasia di bawah sini? Siapa yang tahu.” Dami segera menyingkirkan drone dengan tombaknya lalu ia mengentakkan kaki cukup kuat untuk membuat timbunan reruntuhan tersebut runtuh.
Setelah itu, drone malah kembali ke sana, benda bulat itu masuk ke sela-sela reruntuhan yang cukup besar untuk dimasuki, tentu saja ini membuat Dami semakin penasaran, ia benar-benar menduga jika ada lorong rahasia atau semacamnya di mana drone itu berasal. Faktanya, Dami tidak pernah mengetahui seperti apa bentuk senjata dan apa-apa saja yang dimiliki Gahyeon. Meski mereka pernah bertemu sebelumnya, terakhir kali ia coba menghajar gadis mungil itu, kejadiannya hanya main kejar-kejaran disertai tangis darinya.
“Sepertinya memang ada sesuatu di bawah sana.” Dami kemudian mengayunkan kakinya lagi, kerusakan dari tumpukan reruntuhan bangunan semakin membesar, kali ini celahnya sampai membuat air banjir hendak masuk ke tempat ia merusak tumpukan reruntuhan.
Dami segera menendang menyingkirkan reruntuhan bangunan dalam berbagai ukuran. Karena kekuatannya luar biasa, ia tidak memiliki kesulitan untuk menyingkirkan potongan puing itu. Saat itulah ketika ia menyingkirkan satu bongkah besar potongan dinding, ia melihat dua tas yang tampak sama seperti yang Gahyeon deskripsikan.
“Bukan ruangan rahasia, tapi ini tasnya. Drone tadi menuju ke sini.” Itulah komentarnya saat ia melihat benda yang dirinya cari selama ini. Dami segera meraih dua tas tersebut saat merasa jika pijakannya mulai bergetar.
Sepertinya berkat apa yang ia lakukan sebelumnya, tumpukan reruntuhan itu menjadi tak stabil, hal tersebut akan membuat reruntuhan ambruk kapan saja. Sebelum tenggelam ke dalam genangan air kotor, Dami segera pergi dengan barang bawaannya. Namun, ia menjadi terkejut saat mengangkat dua tas itu, masalahnya, salah satu tas berbobot teramat berat, tidak seperti kelihatannya.
“Tasnya, apa mungkin isinya truk? Bagaimana bisa seberat ini?” Dami merasa bingung dengan tas itu. Memang benar, bobot tas yang satunya terasa seberat truk meski ukuruannya kecil. Dami memang tidak kesulitan atau merasa terbebani dengan bobot itu, hanya saja ia heran dan tak mengerti dengan bobotnya saja.
Sepanjang jalan ia sama sekali tidak penasaran mengenai apa-apa saja isi dari dua tas tersebut, meski ia tetap masih bertanya-tanya mengapa tas yang lebih besar memiliki bobot jauh lebih berat dari tas satunya. Dami lebih tertarik ke tempat kering dan jauh dari jangkauan hujan, ia agak lelah karena terus menerus mengeluarkan suhu panas.
Faktanya, dua batu meteor berlawanan elemen itu tidak memulihkan stamina dan cederanya, keduanya hanya memulihkan kekuatan dan energi pada tubuhnya. Energi yang ada hanya berguna untuk mengubah suhu dan membantunya dalam pertarungan, sementara staminanya malah lebih cepat terkuras dari biasanya. Ternyata penggunaan energi batu meteor ada kekurangan dan kelebihannya.
***
Sekembalinya Dami yang membawa dua tas, Gahyeon dan JiU sedang berpelukan di depan api sambil menangis bersama. Tubuh Dami dalam keadaan kering, ia juga tidak berasap lagi, hanya saja suhu tubuhnya memang masih panas.
“Mereka malah menangis.” Dami semakin heran dengan tingkah keduanya. Tidak ingin memedulikan tingkah keduanya, ia berjalan menuju ke arah mereka, ketika tiba di hadapan keduanya, ka segera melemparkan dua tas tersebut ke hadapan keduanya.
Berbeda dengan tas berisi laptop, tas yang berisi pakaian mengeluarkan suara benturan lebih keras membuat Gahyeon dan JiU terlonjak kaget. Dami juga agak kaget, tapi mengingat bobotnya yang amat berat, wajar saja hal itu terjadi.
“Aku dapat barangnya.” Dami berucap datar. Ia kemudian mencari tempat untuk duduk lalu membiarkan tombaknya begitu saja di tempatnya.
“Terima kasih banyak, akhirnya aku bertemu lagi dengan barang-barangku.” Gahyeon segera membongkar tas yang menggembung yang mana berisi pakaian mereka. Dami hanya menyilangkan kaki lalu bersandar pada dinding sebelum memejamkan matanya.
“Tadi ... tadi ... banyak suara guntur.” JiU langsung memberitahukan alasan mengapa mereka menangis tanpa Dami menanyakannya.
“Astaga, mereka menangis karena suara guntur? Yang benar saja?” gerutu Dami dalam benak, ia sengaja tidak ingin banyak bicara lagi, sebagai gantinya ia hanya bicara, “Aku tidak bertanya, selesaikan urusan kalian sebelum aku bertanya beberapa hal.”
“Jika diingat-ingat, aku tidak merasa adanya petir atau guntur selama berada di luar. Atau mungkin karena terlalu fokus saja sampai tidak memedulikan cuaca?” Dami bicara dalam benaknya lagi.
“Kakak, ini jaket dan sepatumu.” Gahyeon menyerahkan barang-barang milik JiU sementara ia juga mulai mengenakan perlengkapan pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...