172 - Sengaja Meleset

84 25 12
                                    

172 – Sengaja Meleset

Meski ditodong senjata besar oleh SuA, tampak tidak ada rasa takut sama sekali pada diri Handong, ia malah memberi tatapan merendahkan dan mengejek pada SuA. Tentu saja rasa percaya dirinya sangat tinggi, hal ini dikarenakan ia yang sudah lebih kuat dari sebelumnya, selain itu ia juga memiliki perisai transparan yang selama ini tidak pernah ditembus oleh apa pun.

“Hah? Apa itu? Kau pikir bisa melukaiku dengan itu?” tanyanya dengan nada yang mengejek. SuA yang tahu jika kekuatan destruktif senjatanya sangat kuat, ia tersenyum percaya diri.

“Percayalah dengan ini aku bisa meratakan beberapa gedung dalam satu tembakan. Sekuat apa pun dirimu, kau tidak akan mampu menahan tembakan dari senjataku.” SuA membalas tanpa menurunkan senjatanya, ia bahkan tampak sudah siap menggunakannya kapan saja.

“Menarik, ayo kita lihat seberapa kuat tembakanmu.” Handong langsung menantang SuA sambil menyunggingkan senyuman kejam.

“Dasar wanita gila.” SuA mengumpat dalam benaknya karena ia tidak percaya jika ada makhluk seperti Handong, bahaya bukan dihindari, sebaliknya ia malah menantang bahaya.

“Jika itu yang kau mau, aku tidak akan sungkan untuk menembakmu.” SuA mulai mengalirkan energinya pada senjata pelontar itu. Ia sungguhan akan melepaskan tembakan, padahal jika dirinya terus melepaskan tembakan, maka ia akan berakhir dengan kehabisan energi lalu nyawanya akan menghilang saat itu juga.

“Coba saja jika kau bisa!” Handong berteriak.

“Bersiaplah untuk menyesal.” SuA bergumam dengan seringai percaya diri. Ia jelas sangat memercayai senjatanya.

SuA tidak memikirkan jenis kekuatan destruktif apa yang hendak dirinya lepaskan, tiba-tiba saja benda seperti telur yang ada di dalam senjatanya bercahaya. Saat itulah SuA melepaskan tembakan, Handong secara refleks melindungi dirinya dengan perisai tembus pandang yang selama ini tidak pernah tertembus oleh apa pun.

SuA yang tidak melihat jika Handong membangun pertahanan segera saja membelokkan arah senjatanya sehingga saat ledakan terjadi, sekelebat cahaya keluar dari senjatanya. Itu bergerak sangat cepat melewati tubuh Handong lalu menghancurkan sebuah gedung yang berada sekitar lima ratus meter di belakang Handong. Gedung dengan tinggi puluhan lantai itu hancur dan musnah seketika.

Tidak ada yang bisa melihat apa yang sebenarnya dilepaskan oleh senjata itu termasuk SuA sendiri yang merupakan pemilik senjata tersebut, itu terlalu cepat untuk dapat dilihat mata, bahkan mata dari manusia modifikasi seperti mereka. Ledakannya sendiri benar-benar membuat sebuah gedung langsung musnah seketika.

Handong tidak menyangka jika bangunan yang berada di belakangnya benar-benar hancur. Terlebih yang dikeluarkan oleh senjata SuA seperti bom hidrogen yang sangat kuat. Andaikan SuA tidak sengaja menembak dengan meleset, maka tidak akan ada sesuatu yang tersisa darinya. Walaupun ia sangat kuat dan andai tubuhnya masih tersisa setelah ledakan itu, nyawanya pasti sudah melayang.

“Ku ... kuat sekali.” Handong tahu jika ledakan itu mungkin setara dengan pukulan terkuat yang ia lepaskan, tapi yang menakutkan dari senjata itu, senjatanya masih bisa menembakkan sesuatu yang sama beberapa kali, padahal Handong sendiri hanya mampu satu kali melepaskan pukulan kuat itu, bahkan pukulannya memberinya cedera berupa tulang remuk.

“Sudah percaya? Jika masih sayang nyawamu, enyah dari hadapanku, bodoh!” SuA mengusir sambil berusaha berdiri. Ia merasa yakin jika gadis yang ada di hadapannya sudah jera dan merasa segan padanya setelah ledakan barusan. SuA agak kesusahan saat ia mencoba mengangkat tubuhnya untuk berdiri, meski begitu ia sebisa mungkin tidak menunjukkannya pada Handong.

“Kenapa tidak menembakku dengan itu?!” tanya Handong dengan tatapan suram. Ia tampak tidak senang dengan apa yang SuA lakukan. SuA yang terkejut dengan pertanyaan itu segera menoleh memandang Handong yang saat ini tampak murka.

“Apa?!”

“Kenapa kau melakukan ini?! Kenapa kau tidak membunuhku?! Apa ini belas kasihanmu?!” tanya Handong dengan teriakan. SuA baru sadar jika apa yang dirinya lakukan sebelumnya bukan membuat wanita di depannya ketakutan atau segan padanya. Perbuatan tadi seperti tindakan penghinaan karena menyepelekan kemampuannya.

“Yang benar saja, apa kepala wanita ini tidak memiliki otak di dalamnya? Kenapa bisa dia salah mengartikan,” pikir SuA yang merasa kesal dengan Handong.

“Jangan salah paham, aku hanya ....”

“Sangat menggelikan!” Handong berteriak menyela ucapan SuA, ia memandang tajam ke arah gadis itu. “Aku tidak memerlukan belas kasihan darimu! Bunuh aku sekarang juga! Jangan coba-coba menghinaku dengan perbuatan menjijikkan itu!” Handong berteriak murka karena merasa jika yang barusan SuA lakukan padanya adalah salah satu bentuk penghinaan padanya.

“Berisik, saat ini aku tidak ada waktu untuk menanggapimu, ada hal yang jauh lebih penting yang harus kulakukan daripada menghadapimu.” SuA beranjak lalu berjalan dengan langkah tergopoh-gopoh, setelah melakukan semua itu ia benar-benar sudah tidak berminat menanggapi Handong lagi.

“Kau mau ke mana, pendek! Aku tidak mengatakan kau bisa pergi dari sini!” Handong berteriak saat melihat SuA mengabaikannya lalu berjalan pergi. Kali ini juga SuA tampak mengabaikannya sehingga membuat Handong semakin marah.

Handong yang murka karena diabaikan segera saja mempersiapkan tinjunya. Ia segera saja menonaktifkan pelindung transparan yang sebelumnya dia buat untuk memblokir tembakan SuA.

“Beraninya kau mengabaikanku.” Handong menggumam, setelah itu ia berlari menuju ke arah SuA yang berjalan menunggunginya. Ketika Handong mengayunkan pukulan, tiba-tiba saja reruntuhan di bawah kaki SuA segera hancur memunculkan sosok monster bertanduk besar.

Serangan tekanan udara yang dilepaskan oleh Handong bukannya mengenai SuA, melainkan langsung menghantam monster berukuran lebih dari empat meter itu, monster yang muncul secara tiba-tiba dalam bidikan serangan Handong.

Sementara target serangan Handong sendiri, yaitu SuA langsung terlempar ke arahnya sehingga secara refleks Handong menangkapnya. SuA tampak sudah berada dalam keadaan tidak sadarkan diri meski tangannya masih saja memengang senjatanya dengan erat.

“Yang benar saja. Kenapa bukan kau yang terkena pukulanku, hah?” Handong langsung menurunkan SuA, menjatuhkannya begitu saja di sana lalu berjalan menuju sosok monster yang meraung keras setelah mendapat serangannya.

Jika dilihat lebih dekat, monster itu mirip seperti seekor kerbau dengan mulut moncong yang meruncing, sepasang mata kecil bersinar dan sepasang tanduk luar biasa besar mencuat ke arah depan. Tubuhnya berbentuk aneh, banyak duri-duri raksasa lebih besar dari tanduknya tubuh pada bagian punggung, seluruh kulitnya tampak keras seperti terbuat dari batu, ekornya tampak seperti martil dari batu. Kaki-kakinya tidak sama seperti kaki kerbau, itu jelas berbentuk kaki monster.

Suara hujan yang deras tidak meredam raungan kemarahan monster itu. Handong sendiri berjalan dengan langkah yang angkuh, ia tersenyum menyeringai karena mendapati sosok monster raksasa yang bisa ia gunakan sebagai perbandingan kekuatannya.

“Monster jelek! Kemarilah! Akan kubuat kau menjadi daging cincang!” Handong segera berlari menghadapi sosok monster raksasa tersebut. Ia tidak takut sama sekali karena sejak bertarung dengan SuA, ia tidak merasa kelelahan sama sekali, sehingga bisa dikatakan jika saat ini kekuatannya masih penuh.

***

Kurang lebih penampilan monsternya kayak gini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang