Ini adalah visual monster yang muncul pada bab kali ini ya. Ukurannya raksasa, luar biasa besar.***
106 – Monster yang Memakan Segalanya.
“Lagi-lagi keanehan kudapatkan.” Dami menggeleng, ia malah mengabadikan sesuatu yang lebih mirip peringatan itu.
Ketika melewati api, tak lama kemudian ia mendengarkan adanya suara dari bawah tanah, di sana juga ia merasakan saat tanah bergetar hebat seperti gempa. Karena getaran itu juga ia hampir saja hilang keseimbangan untuk mempertahankan posisinya, dengan bantuan tombak yang ia tancapkan ke permukaan jalan saja yang membuatnya masih mampu bertahan.
“Ada apa ini?” tanyanya sambil memandang ke sekeliling, daerah di sana benar-benar mengalami getaran seolah ada sesuatu yang bergerak di bawah permukaan tanah. Suara gesekan antar bebatuan dan tanah juga masih terdengar sangat jelas.
Beberapa detik lamanya Dami masih merasa bingung, ia sama sekali tak bergerak karena takut jalan yang dipijaknya akan amblas atau semacamnya. Getaran-getaran kembali dirinya rasakan, getaran ini diikuti suara gesekan yang sama seperti sebelumnya. Awalnya Dami mengira itu memang gempa, tapi dikarenakan adanya suara aneh dan getaran yang terjadi memiliki tempo, ia merasa jika ini bukanlah gempa, tapi getaran yang disebabkan oleh sesuatu di bawah sana.
“Ini bukan gempa, ada sesuatu di bawah tanah.” Dami berjongkok lalu menyentuhkan telapak tangannya pada aspal jalanan, kini ia merasakan semuanya dengan baik, gadis cantik berambut pendek itu kini benar-benar yakin jika getaran yang terjadi bukan karena gempa bumi, melainkan dikarenakan oleh sosok makhluk hidup yang bergerak di bawah tanah.
“Makhluk macam apa ini? Bagaimana bisa pergerakannya mampu membuat getaran sebesar ini?” tanyanya dengan nada yang pelan. Belum sempat ia berpikir atau mengira-ngira mengenai sosok makhluk di bawah sana, tiba-tiba getaran itu semakin kuat dan ada sesuatu yang semakin mendekat ke arahnya, gadis cantik itu membelalak seketika.
“Gawat! Makhluk itu datang ke sini!” Dami segera berdiri hendak melompat menjauh dari sana. Sayangnya, pergerakan dan refleksnya terlambat. Tiba-tiba saja tepat di bawah kakinya, jalanan hancur berantakan lalu menyembul sosok monster yang mengeluarkan raungan keras. Sosok itu sangat besar, Dami terlempar ke atas bersama dengan potongan dan puing aspal jalanan yang ikut hancur, banyak bongkahan tanah juga ikut terbang.
“Besar sekali, makhluk macam apa ini?” tanyanya ketika ia masih berada di udara. Tampak jika monster itu bergerak maju keluar dari lubang itu. Meski sudah keluar sekitar lima ratus meter panjang badannya, tapi bagian badan yang lain masih ada di dalam tanah, makhluk itu sangat besar dan panjang. Si monster yang baru saja keluar dari dalam tanah terus bergerak bagaikan sosok ular raksasa.
Dami mendarat di atas tubuh raksasa itu, hal tersebut yang menjadi kesialan baginya dikarenakan kaki kanannya langsung masuk dan tersangkut di antara rongga kulit yang memiliki tekstur tidak ada bedanya dengan batu.
“Sial, kakiku tersangkut.” Dami berdecak kesal, ia menunduk melihat ke arah kakinya, tampak di sana dua padatan kulit menjepit kaki kanannya. Dalam keadaan berada di atas tubuh sosok monster raksasa yang terus bergerak entah menuju ke mana, Dami memegang potongan kulit yang mencuat tinggi melebihi tinggi badannya, tangan lain memegang tongkat, dengan usaha yang keras ia berusaha menarik kakinya.
Sialnya, usaha yang dirinya lakukan malah membuat kakinya sakit dan jika ia memaksakan diri, maka kemungkinan kakinya cedera pasti tak akan terelakkan, Dami sadar akan hal itu sehingga dia menghentikan usahanya. Ia melirik ke sekitar yang dapat dilihatnya hanyalah bagian samping kiri dan kanan karena bagian depan dan belakang terhalangi oleh kulit yang membatu.
“Cih, bagaimana ini? Aku harus melepaskan diri dari sini sebelum hal buruk terjadi.” Dami mendapat ide, ia langsung mengarahkan tombaknya ke arah rongga lalu menggunakan senjata itu untuk membantu mengeluarkan kakinya. Dami berusaha menghancurkan kulit yang tak ada bendanya dengan bonhkahan batu itu. Karena kekuatannya besar, sekali tusuk, ia mampu merusak kulit itu lalu kakinya segera terbebas. Saat Dami mengeluarkan tombaknya, darah segera keluar dari luka itu, ada yang aneh dari darah si monster, selain warnanya yang berwarna hitam, bau dari darah itu sama seperti solar yang mudah terbakar.
“Bagaimana bisa darah makhluk ini memiliki bau yang ... sial.” Gadis berambut pendek itu tak melanjutkan ucapannya saat ia merasakan jika monster raksasa ini menukik. Monster ular raksasa ini menggali tanah lagi, makhluk ini akan bergerak di bawah tanah lagi.
Dami langsung merunduk saat makhluk itu masuk ke bawah tanah. Lapisan kulit yang tampak seperti bongkahan batu di depannya melindungi gadis itu dari gesekan langsung dengan tanah.
“Ini semakin buruk saja. Aku tidak akan bisa bertahan lama!” Dami berteriak tatkala ia berada dalam kegelapan. Jika berada dalam keadaan seperti itu terus, Dami jelas tidak akan bertahan lebih lama lagi, ia harus melakukan sesuatu. Gesekan kulit dan tanah menghasilkan suara keras.
Saat sedang memikirkan cara untuk lepas dari keadaan ini, tiba-tiba darah memuncrat pada sepatunya. Ia tak bisa melihat apa-apa dalam kegelapan, tapi ia bisa yakin jika cairan yang mengenai seluruh sepatu dan sedikit bagian betisnya adalah darah si monster yang keluar dari lukanya, luka kecil yang Dami buat tanpa sengaja.
“Darah ini, aku harus mencobanya.” Dami segera memiliki suatu ide untuk membuat makhluk raksasa ini agar keluar dari dalam tanah. Dami menyentuh batu meteor api yang menjadi bandul kalung pada lehernya. Secara perlahan, suhu dingin pada tubuhnya meningkat drastis, suhu panas segera menggantikan kebekuan.
Dalam waktu sekejap mata saja, kegelapan sirna karena cahaya dari api yang berkobar, api itu tiba-tiba menyambar darah hitam yang sudah menggenang dan menyebar ke daerah sekitar.
“Perkiraanku tepat, darahnya mudah terbakar.” Dami tampak puas melihat jika kini ia langsung dikelilingi oleh api. Raungan keras segera terdengar dari mulut si monster. Tak lama dari itu, Dami merasakan jika tubuh si monster naik ke atas permukaan.
“Berhasil.”
Beberapa detik kemudian makhluk itu naik lagi ke permukaan, tak membuang kesempatan, saat itulah Dami segera melompat turun dari atas sosok monster besar tersebut. Dami menggunakan kekuatan fisiknya sehingga ia terbang jauh lalu mendarat di atas reruntuhan yang besar.
“Gila, makhluk ini ... besar sekali.” Dami terkejut saat melihat wujud asli dari ukuran monster itu. Panjangnya benar-benar lebih dari lima puluh meter. Suara gesekan tanah dan tubuhnya terdengar amat buruk dan bukan sesuatu yang cocok untuk didengar.
Si monster menggulingkan badannya untuk membuat api padam. Saat mengamati apa yang dilakukan oleh monster itu, ia merasakan getaran lain di sekitarnya, Dami segera menoleh berbalik arah dan ia segera membelalakkan matanya.
“Ini ... ini benar-benar gila.”
Saat ini Dami berada di tengah sebuah kota, kota yang dipenuhi oleh monster ular raksasa. Setidaknya ada sekitar tiga belas ekor makhluk serupa yang mana dengan tubuhnya sudah memenuhi daerah itu. Kota itu sendiri sebenarnya sudah tidak memiliki bangunan lagi, semuanya sudah berupa lahan kosong berupa tanah yang dipenuhi oleh lubang raksasa.
Penyebab dari pemandangan itu adalah dikarenakan para monster raksasa ini memakan segala hal. Saat ini Dami tengah menyaksikan beberapa bangunan, kendaraan dan beberapa bagian kota yang tersisa sedang dilahap habis oleh gerombolan monster raksasa itu. Para monster raksasa sedang melenyapkan sebuah kota dengan cara memakan semuanya, bukan hanya jalanan, tanah dan bongkahan reruntuhan, tapi kendaraan dan baja ikut masuk ke dalam mulut mereka. Fondasi-fondasi baja tampak bagaikan ranting saat masuk ke dalam mulut makhluk itu.
“Makhluk ini ... memakan segalanya.” Dami berbicara dalam benaknya.
Jelaslah jika saat ini Dami sedang menyaksikan daratan yang dibentuk ulang dan diuraikan oleh kelompok monster raksasa di hadapan matanya.
“Makhluk macam apa itu? Bagaimana bisa ukurannya sebesar itu? Mustahil bagiku untuk mengalahkannya.” Mendadak segala kekuatan yang dirinya miliki terasa seperti bukan apa-apa jika ia harus menjatuhkan seluruh monster yang ada di sini.
“Yang terpenting, makhluk itu menguraikan segalanya. Kota ini akan berubah menjadi daratan kosong tak lama lagi. Mungkin saja seluruh daratan di tempat ini akan lenyap seluruhnya dilahap habis oleh sosok makhluk-makhluk pemakan segala.
“Ini tidak bagus, sebelum mereka menyadari keberadaanku, aku harus pergi dari sini.”
Dami segera pergi dari sana, ia merasa sangat kecil dan lemah di hadapan monster maha raksasa itu.
Ketika ia berlari, tiba-tiba ia mendengar suara ledakan dahsyat. Ledakan itu berada dalam jarak yang jauh, ia sendiri tak sampai merasakan dampaknya, hanya saja suara ledakan yang aneh itu terdengar teramat jelas dari pendengarannya. Tentu saja itu adalah ledakan yang berasal dari tempat Siyeon dan SuA berada.
“Ledakan apa itu? Sepertinya banyak hal terjadi hari ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...