150 - Meminta Pertolongan

96 25 14
                                    

150 – Meminta Pertolongan

Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama baginya untuk pergi ke tempat yang jaraknya sekitar seratus meter dari tempat terakhirnya berada. Dengan pergerakannya yang cepat melompati setiap apa pun yang timbul dari dalam air banjir, ia sudah tiba di depan kumpulan sosok monster yang sedang terfokus pada sesuatu, saking fokusnya mereka hingga kedatangan Dami tidak disadari.

“Ternyata memang masih ada beberapa yang tersisa.” Dami menggumam pelan sambil melompat menuju ke arah mereka, saat itulah para monster baru menyadari keberadaan Dami, sayang sekali jika hal itu sudahlah terlambat dikarenakan Dami sudah mengayunkan tombaknya.

Di sisi Gahyeon yang sudah berteriak memasrahkan diri untuk terbunuh, ia memejamkan mata sambil berharap jika rasa sakit kematian tidak akan membuatnya menderita. Hanya saja rasa sakit itu tidak kunjung datang, yang ada adalah suara raungan para monster yang kesakitan sebelum pada akhirnya suara ceburan air yang menandakan jika mereka yang selesai meraung langsung menjatuhkan diri ke dalam air.

Gahyeon yang merasa penasaran mengenai apa yang terjadi di sekitarnya, saat ia membuka mata, tampak sosok monster yang ada di hadapannya siap menyerang menerkamnya.

“Ahhhh!” Gahyeon yang ketakutan melihat rahang yang terbuka menuju ke arahnya langsung menjerit, saat makhluk itu sekitar satu meter lagi di hadapannya, tiba-tiba saja ada sebuah benda tajam yang menembus tempurung monster itu, mata tombak yang menembusnya membuat monster itu tumbang seketika. Saat itulah sekitar empat meter dari tempatnya berada, Gahyeon menyaksikan sosok perempuan yang menjadi pelaku atas pembantaian para monster ini, sosok perempuan yang pernah dirinya temui tempo hari.

“Cih, sampah tak berguna, aku bahkan belum melakukan apa-apa.” Dami kemudian menoleh pada Gahyeon yang tampak terpana melihat kedatangannya. Saat Gahyeon berenang naik ke daratan, Dami segera menarik tombaknya menggunakan gaya magnet tangan dan tombak itu. Untuk sesaat Dami coba mengingat siapa sosok perempuan yang naik ke daratan itu.

“Huh, nyawaku terselamatkan. Astaga, itu hampir saja.” Gahyeon berlutut sambil bernapas lega, ia menundukkan kepalanya membiarkan air yang menempel pada tubuhnya mengucur. Mendengar suara itu, Dami langsung mengenali pasti siapa sosok perempuan yang ada di hadapannya. Dami mengibaskan tombak berlumur darah membuat senjata itu bersih seketika, ia melompat menuju ke hadapan Gahyeon sambil menodongkan tombak itu padanya.

“Aku ingat dirimu.” Dami berucap datar, hal itu membuat Gahyeon mengangkat wajahnya memandang Dami. “Bagus, sepertinya gadis katana yang kau klaim sebagai kakakmu tak ada di sini. Ini kesempatan untukku melanjutkan apa yang terjadi terakhir kali.” Dami menyeringai, ia bersiap untuk membunuh Gahyeon dengan bersiap menikam gadis muda itu menggunakan tombaknya, akan tetapi yang terjadi adalah ....

“Huwaaaaa! Tolong kami!” Gahyeon langsung menangis lalu menghambur memeluk tubuh Dami. Mendapat perlakuan itu membuat Dami agak terkejut.

“Eh? Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku! Tubuhmu bau dan basah!” Dami menjatuhkan tombaknya lalu berusaha melepaskan pelukan Gahyeon.

“Tidak mau, tolong kami dulu.” Gahyeon berusaha mempertahankan pelukannya meski Dami sudah mendorong wajahnya menjauh sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya.

“Kau tidak tahu malu, bukan seperti ini caranya meminta bantuan, lepaskan aku!” Dami meledeknya sambil berusaha terus melepaskan diri. Karena perbedaan stamina dan tenaga, Gahyeon yang kalah telak membuatnya melonggar hingga membuat Dami pada akhirnya berhasil melepaskan pelukan Gahyeon, ia mundur beberapa langkah memberi jarak, Gahyeon tampak sudah berlinang air mata.

“Tolong kami, kakakku tak bernapas, tubuhnya sangat dingin.” Gahyeon yang berusaha menyeka air matanya tidak berusaha memeluk Dami lagi, sementara Dami melihat keadaan tubuhnya.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang