129 - Membelah Kota
Tanggul yang memiliki banyak retakan kini sudah rusak, air yang meluap menghantam sungai yang sebelumnya memiliki aliran kecil. Hantaman kuat membuat getaran-getaran terjadi dan hal inilah yang sebelumnya dirasakan oleh Yoohyeon.
Volume air dalam jumlah banyak melebihi kapasitas sungai yang biasanya menampung aliran air. Volume air yang tiga puluh kali lipat jauh lebih banyak dari volume yang mampu ditampung sungai kini meluap naik ke daratan. Air yang tampak mengerikan itu mengamuk menyapu segala hal yang ada di sepanjang sisi sungai.
Tidak berhenti di situ saja, kekuatan air yang dahsyat membawa air menerjang menuju kota yang jaraknya tidak jauh dari sana. Air yang bergelombang seperti ombak bergerak ganas menyusuri daratan, menyapu apa saja yang dilaluinya, pergerakan air menciptakan getaran kecil yang bisa dirasakan oleh seseorang.
Ketika memasuki kota, terjangan air menyapu bangunan-bangunan tua dan lapuk, menghancurkan semuanya tanpa ampun dengan amat mudahnya. Gedung-gedung bertingkat yang tampaknya hampir runtuh juga tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan serangan terjangan air yang kuat itu.
Beberapa gedung puluhan tingkat langsung ambruk saat gelombang air menghantam kota, dengan arus cepat, gelombang banjir mulai mengamuk memorak-porandakan seisi kota. Amukan banjir itu tampak tak bisa ditahan dan dibendung, segala yang dilaluinya tidak ada yang bertahan.
Kecepatan arus air tampak sama sekali tidak melambat meski sudah menabrak dan menghantam gedung-gedung bertingkat yang kini sudah rusak terbawa arus oleh air. Hanya menunggu waktu saja sampai arus air tiba di tempat ketiga gadis berada.
***
"Omong-omong apa itu yang namanya banjir bandang?" tanya JiU sambil menunjuk ke arah belakang mereka. Mendapat pertanyaan itu, Yoohyeon dan Gahyeon segera memutar pandangan menuju ke arah tempat yang JiU tunjuk. Tepat sekitar satu kilometer di hadapan mereka, air dalam jumlah banyak menyapu kota dengan kekuatan yang mengerikan. Air dalam jumlah yang banyak itu berasal dari tanggul yang jebol seketika, tanggul yang rusak membebaskan volume air yang besar.
"Astaga, kita akan mati." Gahyeon menjatuhkan badannya saat menyaksikan itu. Suaranya yang pelan teredam oleh suara guyuran air, sementara JiU tampak sangat panik karena melihat air yang menghancurkan dan menyapu segalanya dari kejauhan.
"Kita terlambat, airnya lebih cepat datang dari yang kukira," pikir gadis itu, Yoohyeon hanya memandang kesal karena mereka terlambat untuk mencari tempat perlindungan yang baik untuk menahan banjir.
"Adik, itu sangat mengerikan, aku tidak mau lihat itu. Ayo pergi dari sini." JiU panik, ketakutan menghinggapi dirinya. JiU sebisa mungkin mengangkat Gahyeon untuk berdiri mengajaknya pergi dari sana.
"Air sebanyak itu, kita akan tersapu. Aku senang bisa mengenal kalian." Gahyeon lemas, ia malah sudah menyerah dan putus asa sebelum berjuang. Bahkan dirinya sudah mengucapkan kata-kata perpisahan.
"Kenapa kamu mengatakan itu, ayo berdiri, kita harus lari." JiU berhasil mengangkat Gahyeon, tapi kaki gadis itu malah terus lemas tidak mau menopang tubuhnya sendiri. Hal itu membuat JiU kesusahan mengangkatnya. "Adik, ayo berdiri."
"Kalian bersembunyilah di balik bangunan yang kuat! Aku akan melakukan sesuatu!" Yoohyeon memerintahkan dengan tegas sambil berjalan menjauh dari mereka. Ucapannya sontak saja membuat JiU dan Gahyeon menoleh ke arahnya.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya JiU yang seketika menjatuhkan Gahyeon.
"Ahhh!" Segera saja pantat Gahyeon membentur aspal jalanan, tapi JiU tampaknya tak memperhatikan itu, ia malah menoleh pada Yoohyeon untuk mendapatkan jawaban. Gahyeon meringis merasakan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...