30 - Jenis senjata (3)

307 49 11
                                    

Siyeon dan SuA masih berada di tempatnya masing-masing, menunggu hari yang mungkin suhu akan berangsur turun jika matahari sudah tenggelam.

Maka dari itu, keduanya menghabiskan waktu di sana melakukan aktivitas masing-masing, Siyeon lebih suka berada di dekat air kolam. Sepertinya ketika matahari berada tepat di tengah-tengah, suhu udara mencapai panas yang parah sehingga ruangan ini juga terasa agak panas.

Siyeon sedang memainkan senjatanya, ia juga ada di dekat kolam sambil memasukkan dua kaki ke dalam air dan tubuhnya ia rebahkan di sana. Keduanya masih terpisah jarak oleh air. Diameter kolam itu sekitar dua meter lebarnya dan empat meter panjangnya. Tak terlalu luas.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya SuA yang memulai percakapan, ia beranjak duduk dan menaruh pistol di samping pahanya.

"Aku ingin tahu mengenai senjata ini, coba kau gunakan untuk menusuk sesuatu." Siyeon melemparkan belati pada SuA, lemparannya ringan karena tak bertujuan untuk melukai.

Dengam amat mudahnya, SuA menangkap gagang benda itu. Ia menimbang dan memainkan benda itu seolah belati tersebut adalah mainan dan bukan sesuatu yang berbahaya untuk dimainkan seperti itu.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang aneh?" tanya SuA saat ia beralih memandang ke arah Siyeon.

"Hanya sesuatu yang ingin kupastikan saja."

SuA mengangguk lalu ia beranjak dari tempatnya, kemudian mencoba memotong kerikil, itu tak ada gunanya, kerikil itu tak terpotong, lalu berlalih pada sesuatu lebih lunak seperti tempat duduk atau tempat Siyeon sebelumnya berbaring.

Bahan itu robek saat ia menyayatnya. Bahkan kayu bisa tertembus dan belah.

"Apa sudah cukup?" tanya SuA. Ia menoleh ke arah Siyeon yang berjalan ke arahnya sambil memegang satu lagi belati.

"Ini aneh." Siyeon menggumam pelan, mengabaikan perkataan SuA sebelumnya.

"Apa yang aneh?" tanya wanita itu yang merasa tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh lawan bicaranya.

"Kerikil tak dapat terpotong, aku bisa menusuk dan menebus lantai ini, harusnya kerikil bukan apa-apa." Siyeon mengetuk-ngetuk lantai menggunakan kaki kanannya yang telanjang tanpa alas.

"Benarkah?" tanya SuA, ia memang tak melihat jika sebelumnya Siyeon menusuk lantai menggunakan belati itu.

Siyeon menjatuhkan belatinya di dekat kaki kanan dengan ujung tajam ada di bawah, benda itu menancap pada lantai, bahkan menembus lantai sedalam beberapa senti.

"Wahh, itu... bagaimana bisa?"

"Coba kau jatuhkan seperti yang kulakukan," kata Siyeon. Maka SuA mengikuti apa yang ia katakan, hasilnya adalah belati itu berdenting tak mampu menusuk lantai dan jatuh begitu saja.

"Aneh, kukira ini adalah benda yang sama dengan yang itu." SuA menunjuk ke arah belati yang saat ini Siyeon cabut.

"Sepertinya aku tahu jawabannya." Siyeon menggumam pelan, setelah berhasil mencabut belati itu, ia segera berdiri.

"Apa?"

"Senjata orang lain tak bisa kau gunakan, itu akan menjadi tumpul jika tak berada di tangan pemiliknya. Ini baru perkiraanku saja, tapi akan kita buktikan setelah aku mencoba senjatamu." Siyeon memaparkan apa yang ia duga. SuA mengangguk-angguk paham. Tapi ia menggaruk belakang kepala karena bingung.

"Mengenai senjataku, aku tak tahu mana yang menjadi senjataku. Terlalu banyak senjata yang ada di dalam tasku." Ia berbicara dengan bingung, tak mungkin jika semua itu adalah senjata spesialis dirinya. Sebelumnya, Siyeon mampu menggunaka pistol yang ia miliki, jadi ada kemungkinan senjata yang ada di dalam tasnya dapat Siyeon gunakan juga.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang