127 – Proses Terjadinya Petir dan Guntur
Part JiU, Yoohyeon and Gahyeon.
Seperti telah menampung air dalam jumlah yang teramat sangat banyak lalu dijatuhkan secara bersamaan dalam bentuk hujan. Beberapa kota terguyur oleh hujan yang bisa dibilang terlalu deras, hal tersebut tak luput dari sambaran petir dan gemuruh guntur yang menggelegar.
Di sebuah tempat yang merupakan daerah pembangkit listrik, di sana terdapat tanggul dan kincir air yang sudah tidak beroperasi, tanggul sendiri memiliki tiga lubang yang tertutup rapat sehingga di daerah lain jumlah air yang sudah menjadi danau kini semakin meluap dengan turunnya hujan.
Hujan deras membuat volume air bertambah banyak dan sangat pesat, hal tersebut tak sanggup lagi ditahan dan ditampung oleh tanggul yang saat ini mulai mengalami keretakan. Suara retak kalah oleh suara guyuran hujan yang terlampau deras. Dinding setinggi sekitar lima puluh meter itu segera mengalami kerusakan perlahan. Retakan-retakan yang awalnya kecil seiring waktu malah kian membesar. Sudah dipastikan jika dinding akan jebol dan air yang melimpah itu akan tumpah dalam waktu bersamaan. Air yang seharusnya memenuhi volume sungai akan meluap berpuluh kali lipat hingga berakhir menerjang kota yang ada di daerah sana.
***
Mendengar suara Guntur membuat JiU tidak nyaman, ia seperti benar-benar ketakutan terhadap sambaran petir dan suara guntur, tapi apa daya? Petir tidak bisa dihentikan, itu adalah kejadian alami. Andaikan bisa dihentikan, maka itu juga akan sangat sulit karena keberadaannya yang terlalu tinggi.
“Aku benci petir.” JiU bergumam dengan kesal, ia memang gemetaran karena takut. Petir kembali bersuara lagi.
“Aaahhhh!” Dan untuk kedua kalinya mereka berteriak secara serempak, Yoohyeon hanya mampu menutup telinga karena keberisikan dua gadis itu. Ia tidak peduli dengan apa yang sedang mereka ocehkan, sejak tadi ada perasaan aneh yang membuat dirinya merasa tidak nyaman, hal inilah yang menjadikan salah satu alasan Yoohyeon berdiri di depan pintu sambil memandangi hujan yang turun bagai air yang ditumpahkan sekaligus itu.
“Apa bisa suara menakutkan itu dihentikan? Aku takut petir, lihat ini, badanku sampai gemetaran.” JiU menunjukkan tangan dan tubuhnya yang memang gemetaran ketakutan. Gahyeon menggeleng sambil menyandarkan kepala pada pundak JiU.
“Itu ada sangat tinggi di atas, kita tidak bisa menghentikan suara petir. Atau gemuruhnya.”
“Menyebalkan.”
“Sudahlah, kita segera kumpulkan semua yang bisa dibakar.” Gahyeon melepaskan diri dari JiU lalu mengusulkan mereka untuk melanjutkan mencari sesuatu untuk dibakar.
Meski diselingi dengan jeritan tatkala petir menyambar, keduanya terus bekerja hingga beberapa menit lamanya berlalu.
Pada akhirnya mereka berhasil mengumpulkan bahan-bahan yang bisa terbakar, keduanya juga sudah membersihkan tempat untuk mereka duduk. Gahyeon menggunakan beberapa bahan yang ada di dalam drone besarnya, bahan mudah terbakar itu seketika menyala ketika diberi sedikit suhu panas dari sentuhan antar logam. Api segera menyala.
“Wah akhirnya aku tidak kedinginan lagi.” JiU langsung tersenyum senang saat melihat munculnya kobaran api, meski itu tidak terlalu besar. JiU menjulurkan kedua tangannya bertujuan untuk menghangatkan telapak tangan yang terasa dingin baginya. Gahyeon juga melakukan hal yang sama, keduanya tampak nyaman tuk menghangatkan badannya. Hanya berselang beberapa menit setelah mengatakan itu, suara guntur membuat mereka menjerit lagi lalu secara refleks saling memeluk.
“Bagaimana bisa ada petir dan suara menyeramkan itu? Jika hanya ada air dan awan di langit, itu berasal dari mana?” tanya JiU yang memulai percakapan baru, yaitu membahas ulang mengenai kemunculan petir ketika langit sedang menurunkan hujan.
“Aktivitas hujan menghasilkan sesuatu yang lain, salah satunya adalah suara dan kilatan cahaya itu.” Gahyeon tak menjelaskan secara spesifik yang hal tersebut tentu tidak membuat JiU puas.
“Ya, tapi aku penasaran bagaimana bisa itu terjadi. Dari yang kamu katakan sebelumnya, tidak ada hal yang bisa membuat petir tercipta.” JiU tampak menagih ilmu dari Gahyeon.
“Ini agak sulit untuk dijelaskan, kakak mungkin akan sulit mencernanya.” Gahyeon agak mundur dari JiU setelah melepas pelukan, ia garuk-garuk kepala karena bingung bagaimana harus menerangkannya.
“Aku akan berusaha, ayolah, beritahu aku.” Karena JiU yang tampak sangat penasaran mendesaknya, Gahyeon akhirnya bersedia memberitahu.
“Sepertinya kakak ini memiliki otak yang sama seperti gelas kosong, sangat ingin diisi dengan cairan untuk mengisinya.” Gahyeon berucap dalam benaknya sambil mengamati JiU yang tersenyum manis padanya.
“Ah, bagaimana ya ....”
“Kamu bisa buat itu lebih sederhana saja?”
“Baiklah, begini,” kata Gahyeon yang mulai menerangkan, “ketika atom bermuatan berbeda saling bergesekan, itu akan menghasilkan sesuatu yang baru berupa muatan listrik yang memiliki tegangan. Hal itu terjadi di langit sana ketika hujan turun.” Gahyeon mempraktikkannya dengan menggesekkan kedua telapak tangannya.
“Atom itu apa?” tanya JiU dengan nada polosnya. Gahyeon sudah menduga jika gadis itu akan menanyakannya.
“Atom adalah partikel atau sesuatu yang memiliki ukuran sangat kecil, itu tidak bisa kita lihat. Atom ada banyak, yang kubahas adalah muatan energi yang ada di udara. Ketika dua atom yang memiliki muatan yang sama menyatu, atom akan melewati muatan berbeda sehingga gesekan antar muatan itu menghasilkan suatu tegangan yang disebut dengan petir.” Gahyeon sebisa mungkin menggunakan bahasa yang sederhana agar JiU dapat memahami maksud dari yang ia ucapkan.
“Ternyata itu susah dipahami juga.” JiU malah tersenyum garing sambil menggaruk kepalanya. Meski Gahyeon sudah menjelaskan sesederhana mungkin, tampaknya JiU susah untuk menangkap dan mencerna penjelasannya.
“Sudah kukatakan bukan? Ini agak rumit untuk dijelaskan.”
“Oke, lanjutkan dengan guntur, kenapa bisa ada suara menyeramkan itu di langit.” JiU menanggapi apa yang dibahas Gahyeon seolah seperti cerita fabel.
“Baiklah .... Ahhhhhh!” Belum sempat Gahyeon berbicara, suara guntur kembali memggema membuat mereka menjerit lagi secara bersamaan.
“Aku benar-benar benci suara itu.” JiU mengusap-usap dadanya.
“Aku lanjutkan.” Setelah merasa agak tenang, Gahyeon memutuskan untuk lanjut.
“Oke.”
“Lalu ada Guntur, suara gemuruh dari guntur tercipta ketika petir melewati udara menyebabkan udara menjadi panas dan dingin sehingga menghasilkan gelombang tekanan yang begitu besar, gelombang itulah yang membuat suara yang besar.” Gahyeon sudah bersemangat menjelaskan sambil tersenyum, tapi tak ada tanggapan apa-apa dari JiU, gadis itu hanya bengong menanggapi perkataan Gahyeon hingga beberapa detik lamanya berlalu JiU memutuskan untuk menanggapi.
“Baiklah, baiklah, aku sudah selesai dengan itu. Bagaimana jika kita membahas yang lain?” tawarnya polos. Tentu saja Gahyeon tahu jika JiU tak bisa menangkap apa yang ia ceritakan, ia segera murung sambil cemberut.
“Huh, aku benar-benar sia-sia menceritakan ini.”
JiU dan Gahyeon saling berpelukan, mereka berada di dekat api sambil sesekali mengobrol tentang sesuatu yang tidak penting. Hanya Yoohyeon saja yang agak jauh dari sana, gadis itu sedang memandangi hujan yang turun. Yoohyeon lama-lama mulai kesal dengan jeritan kedua gadis dewasa yang bertingkah kekanakan itu. Pasalnya setiap ada suara guntur, mereka akan refleks menjerit serempak seolah mereka sudah latihan dan terbiasa menjerit sangat kencang. Ingin rasanya Yoohyeon menyumpal mulut mereka menggunakan bongkahan reruntuhan, sayang sekali ia tidak bisa melakukan itu pada mereka.
Gahyeon ingat jika mereka tidak hanya berdua saja di sana. Ia menoleh ke arah Yoohyeon yang ternyata tidak mengubah posisinya, diam berdiri menghadap ke arah luar di mana hujan sedang mengamuk, air benar-benar deras turun dari langit. Tampak jika jalanan sudah memiliki banyak air yang hanyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...