11 – Monster di dalam air
Saat ini, Yoohyeon memimpin jalan menyusuri kota mati yang amat sepi, udara dingin masih berembus, saat ini tak ada matahari yang muncul, awan-awan tebal menutupi langit. Keduanya berjalan dengan langkah santai, sebenarnya Yoohyeon ingin berlari atau setidaknya lebih cepat berjalan, tapi lebih dari selusin kali Gahyeon berteriak dan merengek minta istirahat, dia terus tertinggal dan terpaksa harus berlari. Hal semacam ini membuat Yoohyeon memutuskan untuk berjalan kaki dengan perlahan, meski begitu hal tersebut tetap saja tak banyak membantu.
“Kau masih belum menjelaskan tentang kode-kode yang sebelumnya kutanyakan.” Yoohyeon segera memecah keheningan.
“Itu sulit untuk dijelaskan, aku akan mengatakannya jika keadaan kita sedang tenang dan damai, mungkin juga jika kita istirahat lebih lama, aku tak bisa banyak bicara jika berlari.” Gahyeon menyahut dengan sedikit terengah. Bahkan tak ada yang berlari di antara mereka, Yoohyeon menghela napas berat, rasanya dia menyesal karena membiarkan Gahyeon mengikutinya.
“Kapan kau akan mengatakannya?”
“Malam ini, mungkin.”
“Mungkin?”
“Ya, jika kau meminta dengan manis dan mengakui jika aku adikmu yang baik dan lebih cerdas darimu, aku akan mengatakannya saat ini juga.” Yoohyeon segera memelototi Gahyeon saat mendengar pernyataan itu, dia menendang sebuah bongkahan tembok cukup kecil, benda itu terbang dan langsung menghantam kepala Gahyeon sampai membuatnya tumbang. Serangannya terlalu efektif dan jitu.
“Aaahh....” Dia meringis dan memegangi keningnya, anehnya dia tak berdarah, tak ada luka sama sekali.
“Kakak, aku hanya bercanda. Kau harusnya tak selalu menganggap serius kalimatku.” Gahyeon meringis dan segera memberikan penjelasan. Di perlahan bangkit dan masih memegangi kepalanya.
“Jangan bicara omong kosong.” Yoohyeon segera melanjutkan langkahnya.
“Kakak, pelan-pelan, kepalaku pusing. Kalau aku pingsan, kau harus bertanggung jawab.”
“Aku akan meninggalkanmu.”
“Jahat, aku yakin kau bercanda dengan itu. Kau tak akan tega meninggalkan adik manis dan baik sepertiku.” Gahyeon masih saja memasang ekspresi sakit, dia mengelus-elus bekas hantaman sebelumnya. Perkataannya tak digubris sama sekali.
“Apa yang alatmu mampu lakukan? Apa itu bisa mencari sumber air?” tanya Yoohyeon singkat. Gahyeon segera tersenyum dan berjalan di samping Yoohyeon.
“Tentu saja, aku yang hebat bisa melacak banyak hal, termasuk sumber air. Aku juga bisa melakukan pencarian dalam skala besar un ....”
“Kalau begitu lakukan, jangan banyak omong!” Yoohyeon segera saja menyela. Gahyeon cemberut dan kemudian dia duduk di sebuah puing bangunan. Menaruh laptopnya pada paha lalu segera melakukan pencarian. Yoohyeon diam saja memerhatikan apa saja yang dia lakukan.
Gahyeon terlihat sangat fokus saat bekerja, dia terus menggerakkan jari-jari dengan terampil, matanya fokus memandang layar.
“Dia tampak seperti gadis dewasa jika sedang serius seperti ini. Kenapa tak bersikap seperti itu saja seterusnya? Itu jauh lebih baik.” Yoohyeon berbicara dalam benaknya, dia membuang tatapannya dari Gahyeon dan memandang pemandangan sekitar sana. Hanya ada reruntuhan sejauh mata memandang, tak ada hal-hal aneh dan bahaya yang bisa saja mencelakai dan membahayakan nyawa mereka. Hanya saja ke mana dan harus sampai kapan mereka melakukan ini?
“Dapat. Ini adalah sumber air dari pipa. Ke sebelah sini.” Gahyeon segera beranjak dari duduknya dan berjalan pergi, dia terus memandangi layar dan tak memerhatikan jalan. Yoohyeon ingin memperingatkan jika Gahyeon bisa saja tersandung dan jatuh, tapi dia memutuskan untuk bungkam dan mengikuti saja.
Apa yang membuatnya terkejut adalah, dia sama sekali tak jatuh. Gahyeon sama sekali tak tersandung apa-apa.
“Aneh, padahal dia sering terjatuh saat berjalan seperti biasanya.” Yoohyeon bergumam pelan. Gahyeon terus memerhatikan layar. Mereka berjalan memasuki sebuah bangunan dan terus melangkah tanpa banyak bicara.
Sampai di sebuah bangunan, mereka terus berjalan masuk, Yoohyeon mengekor tanpa peduli keadaan sekitar. Gahyeon mengetik beberapa kata, kakinya kemudian melangkah menuju tangga, segera saja mereka berjalan menuruni tangga yang tak terlalu panjang.
Beberapa langkah kemudian, Gahyeon berhenti di depan sebuah danau kecil di mana harusnya itu adalah beton datar, tapi sudah menjadi cekung oleh sesuatu yang entah apa itu. Cekungan dipenuhi oleh air sehingga membentuk kolam kecil, diameternya mungkin sekitar enam meter, di sana tak gelap. Ada cahaya matahari masuk melalui lubang-lubang dinding yang sudah tua. Airnya sendiri keluar dari lubang-lubang kecil yang keluar dari pipa. Di sana terdapat banyak pipa yang tua dan karatan.
“Di sini.” Gahyeon menutup laptop itu dan satu tangannya mengukur ke arah kolam kecil.
“Kakak, apa yang akan kau lakukan? Mau minum atau mandi? Aku akan memeriksa airnya, apakah ini aman atau tidak.” Bagaimanapun juga kota ini kumuh dan luluh-lantak, sudah ditinggalkan dalam waktu yang lama, siapa yang tahu jika air yang tampak jernih ini mengandung sesuatu yang berbahaya.
“Lakukan saja pemeriksaan!” Yoohyeon memerintahkan, dia tak menjawab pertanyaan Gahyeon. Maka segera saja Gahyeon melakukan pemeriksaan. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku pakaiannya dan mendekat menuju kolam kecil itu, saat dia baru saja hendak berjongkok, tiba-tiba ada riakan di dalam air.
Yoohyeon merasakan adanya bahaya dan melesat cepat menuju ke arah sana. Dan benar saja apa yang menjadi firasat Yoohyeon, ada seekor binatang di dalam air dan meluncur dengan cepat membuka rahang hendak melahap Gahyeon. Seperti seekor buaya yang siap menerkam binatang darat yang hendak minum, makhluk itu menerjang dengan cepat. Sayangnya Yoohyeon menarik kerah baju Gahyeon ke belakang dan kakinya mengayun sangat kuat menghantam perut binatang itu.
Sosok monster tersebut seketika terlempar, air memercik dan Gahyeon memekik kaget. Segera saja mereka basah karena cipratan air.
“Apa ... apa itu?” tanya Gahyeon dengan wajah basah dan duduk di lantai.
“Mundurlah! Sepertinya ada penghuninya di sini.” Yoohyeon memerintahkan dengan nada datar, dia sama sekali tak menoleh ke arah Gahyeon. Sebagai gantinya, tatapannya tetap terarah pada kolam kecil di mana si binatang kembali masuk ke sana setelah mendapat tendangan kuat. Ada warna merah dari air yang menandakan jika tendangan Yoohyeon langsung memberi luka pada makhluk apa pun yang ada di dalam air sana.
Gahyeon mengangguk patuh dan segera saja mundur. Dia agak kaget dengan perubahan yang terjadi hingga tak sadar jika dia basah. Yoohyeon masuk ke dalam air kolam kecil itu, dia berjalan dua langkah dan air hanya mencapai lututnya saja.
“Kakak, hati-hati!” Gahyeon berseru dari jauh. Yoohyeon sama sekali mengabaikannya.
Tangannya meraih katana yang tersampir di punggungnya. Dia memerhatikan seluruh air, mencoba mencari gerakan sekecil apa pun. Tapi sepertinya binatang itu pandai dalam bergerak di dalam air.
Tiba-tiba saja ada gerakan di arah samping kanan Yoohyeon, makhluk yang tampak seperti kadal berukuran sebesar buaya itu menyerang dari samping, Yoohyeon mengelak dengan cara maju beberapa langkah dan segera saja mengayunkan senjata itu.
Sayatan panjang seketika tercipta pada tubuh si monster dengan darah yang bermuncratan. Tubuh itu seketika terjun ke dalam air dan hal itu yang membuat riakan air tercipta. Yoohyeon tak berhenti, dia maju dan melontarkan dirinya ke arah si monster. Menghunuskan katana ke tubuh makhluk itu, sayangnya serangannya melesat.
Dia tak berhenti, tendangan kuat ia lepaskan, raungan keras terdengar dan si monster terlempar ke daratan. Yoohyeon tak membuang waktu, dia melepaskan katana itu ke arah si monster, kepala makhluk itu seketika terkena tusukan dan mengakhiri nyawanya seketika.
“Astaga, itu binatang yang besar.” Gahyeon berseru histeris ketika melihat bentuk sempurna si makhluk. Tatapannya kemudian terarah pada Yoohyeon.
“Kakak, kau luar biasa.”
“Bawakan katanaku dan bersihkan badanmu di sini. Jika airnya aman.”
“Oh, airnya aman kok, itu tak mengandung apa-apa.”
“Bagus.” Maka Yoohyeon segera berjalan menuju lubang-lubang kecil dari pipa, menyatukan tangan untuk menampung air, saat air pada kedua tangannya sudah cukup banyak maka dia minum. Airnya memang terasa segar dan dingin.
Gahyeon susah payah mencabut katana itu, usahanya benar-benar maksimal, ia mengerahkan seluruh kemampuan yang dia miliki dan akhirnya benda itu tercabut, tapi Gahyeon langsung melemparkannya ke arah air.
“Hei!” Yoohyeon refleks berbalik dan menangkap senjatanya.
“Maaf, tapi aku takut dengan benda tajam penuh darah.”
“Itu bukan alasan untukmu melemparkan senjata padaku, terlebih ini milikku.”
“Maaf.”
“Lupakan, segera bersihkan dirimu.” Yoohyeon tak melanjutkan percakapan dan memasukkan katana satu kali ke dalam air lalu mengeluarkannya, benda itu sudah bersih dari darah, sepertinya logam tersebut mengandung minyak yang akan memisahkan cairan apa saja dari sana. Darah tak mau menempel padanya.
Yoohyeon memasukkan katana ke dalam sarungnya dan berjalan ke daratan. Sementara Gahyeon langsung berenang dan membersihkan diri di sebelah sisi air yang masih jernih di mana tak ada darah bekas si monster. Tentu saja dia main air seperti balita yang berada di dalam bak mandi.
“Jangan lama-lama, aku akan menunggu di luar.”
“Kakak, kau tak ikut mandi?”
“Apa yang mesti dibersihkan dari tubuhku?” Yoohyeon balas bertanya, dan Gahyeon baru ingat kembali dengan keanehan yang dimiliki oleh tubuh Yoohyeon. Kotoran tak mau menyentuhnya, anehnya juga, Yoohyeon tak terlihat berkeringat. Maka tak ada alasan bagi dirinya untuk merendam diri di dalam air.
“Benar juga. Aku jadi iri dengan apa yang kau miliki.” Gahyeon membalas, tapi Yoohyeon segera pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...