139 – Bertemu Sosok Pemburu
Sudah beberapa lama Yoohyeon melompati satu bangunan ke bangunan lain, tapi ia masih belum menemukan sesuatu, ia juga belum menemukan ide lain untuk mendapatkan energi panas. Petir mungkin adalah pilihan lain, tapi di sekitar sini tidak ada penarik petir yang cocok dan sesuai, lagi pula ia tidak bisa mengumpulkan energi panas dari rambatan petir yang ada.
Ia memang benar jika daerah seperti ini tidak mungkin akan ada sesuatu yang bisa menghasilkan energi panas. Seberapa pun ia mencoba dan sejauh mana pun ia mencari, hanya binatang monster saja satu-satunya cara, sayang sekali jika di sana hanya ada air yang merendam seluruh bangunan di dalam kota saja.
Yoohyeon menghentikan langkahnya, ia sudah bingung harus melakukan apa dan harus pergi ke mana. Sejak awal ia tahu jika pencarian ini sangat percuma, tapi dirinya masih terus berusaha mencoba karena dirinya tidak bisa membiarkan JiU tewas begitu saja. Setelah semua yang terjadi, hal seperti ini bukanlah cara yang cocok dan tepat untuk berakhir.
“Apa yang harus kulakukan? Bahkan di dalam setiap bangunan tidak akan ada mesin atau sesuatu semacamnya yang bisa diledakkan.” Yoohyeon sempat berpikir jika salah satu di antara bangunan mungkin saja memiliki sesuatu yang bisa meledak, tapi ia ingat jika di dalam bangunan tidak ada banyak barang yang tersisa.
“Percuma saja, aku tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Lebih baik aku kembali saja.” Yoohyeon berbalik arah, ia berniat untuk kembali saja kepada JiU dan Gahyeon, ia akan melanjutkan pencarian besok saja.
Baru saja ia akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja dari kejauhan sana pasang mata Yoohyeon mendapati pemandangan yang aneh. Ia menyeka wajahnya menggunakan tangan kanan lalu menyipitkan mata untuk memastikan jika penglihatannya tidaklah salah.
Sekitar dua ratus meter jaraknya dari tempatnya berada, Yoohyeon menyaksikan sebuah sambaran petir yang terus terjadi berulang kali. Yang membuatnya aneh adalah, sambaran petir itu selalu jatuh pada tempat yang sama, pada titik yang sama. Baut-baut petir berjatuhan menyambar satu titik yang sama seolah ada pusat yang menjadi kejatuhan setiap petir.
“Bagaimana bisa itu terjadi? Ada yang tidak beres di sana.” Yoohyeon bicara dalam benaknya. Jelas jika kejadian itu benar-benar tidak normal. Karena penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, Yoohyeon segera melompat ke berlari mendekat ke arah titik jatuhnya petir-petir dari langit.
Andaikan ia bisa memprediksi masa depan, ia akan tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah sesuatu yang keliru, tidak seharusnya ia mendekat ke arah di mana pusat petir itu berjatuhan. Sayangnya meski dirinya manusia hasil percobaan, banyak hal yang berada di luar kemampuannya.
Dengan lompatan-lompatan yang panjang, hanya memerlukan waktu setengah menit saja hingga ia berada sekitar tiga puluh meter tepat di hadapan pusat jatuhnya petir-petir itu.
Ternyata petir itu menyambar sebuah batu perak seukuran kepalan tangan, bentuknya sama persis seperti batu meteor api yang pernah Dami lihat dan batu meteor es yang didapat oleh Handongーyang kini sudah berpindah tangan pada Dami dengan cara yang bisa dibilang sebuah perampasan.
Tepat sekitar lima meter di hadapan batu itu ada sosok gadis berpakaian terbuat dari benda yang mirip logam. Pakaian itu cukup ketat meski tampak seperti armor.
Jeon Somin, sosok gadis yang memiliki identitas sama seperti Jiwoo dan BM, ia adalah hunter. Somin juga adalah sosok gadis yang sama dengan sosok yang Handong temui dalam keadaan membeku di dalam bongkahan es. Entah bagaimana caranya ia bebas dan entah bagaimana bisa ia tiba-tiba berada di sini, yang paling penting adalah di mana keberadaan satu sosok lagi yang bersamanya saat terjebak di dalam es?
Somin sepertinya sedang fokus memandangi batu meteor yang terus menerus dihantam petir dalam berbagai arah, atap bangunan tampak tak terkena pengaruh sambaran petir dikarenakan titik fokusnya hanya pada batu meteor itu saja. Seolah batu itu adalah magnet yang menarik semua logam di sekitarnya.
“Petirnya, sepertinya batu aneh itu menarik muatan listrik yang membuat petir menyambar. Itu mengumpulkan energi dari kilatan petir.” Yoohyeon berasumsi saat memandang batu yang terus tersambar petir. Ia agak heran karena kejadian ini tidak normal, tapi karena tubuhnya sendiri sekarang tidak normal, maka kejadian seperti ini ia anggap wajar dan biasa saja.
Perhatian Yoohyeon kini teralih pada sosok Somin yang sedang mengamati batu itu juga. Pada bagian punggungnya terdapat perangkat aneh seperti komponen robot yang sengaja ditaruh dan dihubungkan dengan pakaian bagian punggungnya, jika dilihat sekilas ia tampak seperti sedang menggendong sebuah tas robot.
Wanita itu segera membalikkan bandan ke arah Yoohyeon ketika menyadari jika dirinya tidak sendirian berada di sana. Air hujan sama sekali tidak memengaruhi pandangan mereka terhadap satu sama lain. Ekspresi Somin datar, ia tidak memberi ekspresi khusus saat bertatap muka dengan Yoohyeon.
Yoohyeon sendiri hanya memandang dingin Somin, ia tampaknya sudah mengenali Somin sebagai musuh hanya dengan sekali lihat saja. Ditambah ia merasakan sensasi aneh saat berhadapan dengannya saat ini. Yaitu ia tidak merasakan hawa makhluk hidup pada Somin, padahal tampak jelas jika wanita itu memiliki perawakan sama seperti manusia, memiliki kulit yang sama seperti manusia.
Untuk beberapa detik lamanya kedua perempuan itu hanya sekadar saling berdiri berhadapan dengan jarak sekitar tiga puluh meter, hujan terus mengguyur tubuh mereka, di belakang Somin petir terus menyambar batu meteor. Somin segera melakukan pemindaian pada Yoohyeon saat itu juga.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh pemindai drone milik Gahyeon dan Seonghwa, biodata Yoohyeon segera saja dirinya dapatkan meski isi biodata tidak terlalu lengkap karena ada beberapa bagian yang kosong dan masih tidak diketahui.
“Mangsa terkonfirmasi.” Somin berbicara tanpa nada khusus sama seperti ekspresinya. Ia segera saja berjalan menuju ke arah Yoohyeon.
“Aku merasa ada yang tidak beres dengan wanita ini, sepertinya aku sudah salah datang ke sini.” Yoohyeon berbicara dalam benaknya. Tangan kanannya segera meraih katana, ia menarik senjata itu lalu memegangnya dengan satu tangan. Somin menghentikan langkahnya saat melihat katana yang dipegang oleh Yoohyeon.
“Suvenir yang mahal.” Ia berkomentar dengan nada yang sama, anehnya meski nada suaranya normal, suara sambaran petir dan suara air hujan tak membuyarkannya, Yoohyeon masih dapat mendengar suara Somin dengan jelas.
“Manusia, berikan senjatamu dan inti kehidupanmu.” Somin berbicara sambil mengulurkan tangan kanannya. Yoohyeon tentu saja merasa heran dengan perilaku perempuan yang ada di hadapannya. Jelas jika perasaannya benar, ada yang salah dan tidak beres di sini, terutama ia memang sudah salah datang ke tempat ini hingga tidak sengaja bertemu dengan sosok Somin yang tanpa Yoohyeon sadari jika ia adalah hunter, sosok makhluk yang memiliki tugas untuk memburu Yoohyeon dan gadis lainnya.
***
Nah, kali ini adalah debutnya Somin, setelah Jiwoo melawan Handong, BM melawan Siyeon, kini giliran Somin melawan Yoohyeon. Mau dimunculkan J. Seph gak nih? Biar Yoohyeon makin kesulitan dan akhirnya mati. 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...