Bab 181 udah diperbarui ya😋. Kemarin sengaja up gak nyampe 100 kata, niatnya pengen mancing dan mau baca reaksi mereka yang selama ini jarang komen. Nyatanya gak berhasil, mereka tetep gak komen. 😅
182 – Bisa Bertarung?
Part Dami, Gahyeon and JiU.
Ketiganya tidak mendebatkan mengenai siapa sebenarnya Yeosang dan apa yang direncanakannya. Selain pria itu tidak ada di antara mereka, saat ini bukan waktunya untuk membahas mengenai hal tersebut. Dami masih ingin mengetahui hal lainnya dari apa-apa saja yang Gahyeon ketahui. Sayang sekali, seperti pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Yoohyeon, ada bagian pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Gahyeon, sementara beberapa pertanyaan yang sama sudah Gahyeon jawab dengan jawaban yang sama pula.
Sama dengan Yoohyeon, Dami juga tidak merasa puas karena masih banyak pertanyaan yang masih belum dirinya dapatkan jawabannya. Tapi apalah daya, hanya sampai sebatas itu saja pengetahuan yang Gahyeon miliki.
“Jika suhu terus seperti ini, bahkan lebih rendah lagi, maka kemungkinan akan turun salju.” Gahyeon tiba-tiba bergumam saat ia melihat cuaca di luar sana melalui jendela. Dami hanya mengangguk singkat, tak peduli apakah ada yang melihatnya atau tidak.
“Salju itu apa? Apa itu nama hujan yang lebih dingin?” tanya JiU yang menaruh dagu pada pundak kiri Gahyeon, ia memeluk gadis itu dari belakang. Gahyeon sepertinya nyaman dengan perlakuan itu, ia tampak menikmati saat-saat seperti itu.
“Dia tidak tahu salju? Yang benar saja? Apa di dalam tempurung itu terdapat otak atau tidak?” tanya Dami yang sesaat melihat punggung JiU.
“Salju itu adalah air yang membeku menjadi bentuk tipis dan halus dari serbuk es. Ketika suhu di langit sangat rendah, biasanya perubahan zat terjadi di mana air hujan akan berubah menjadi salju.” Gahyeon dengan senang hati menjelaskan. Tentu saja, seperti yang sudah-sudah, JiU sama sekali tidak menangkap dan menyerap apa yang dijelaskan oleh Gahyeon sehingga ia hanya tersenyum polos.
“Oh, aku kurang paham. Itu tidak kumengerti.”
Gahyeon sudah tahu jika menyangkut hal penjelasan, JiU akan sulit untuk memahaminya.
“Biar kutunjukan sesuatu,” ucap Gahyeon yang melepaskan pelukan JiU lalu berjalan kembali menuju tempat duduknya, sementara JiU hanya berdiri memandanginya.
“Coba lihat ini.” Gahyeon memperlihatkan layar laptopnya pada JiU, maka JiU langsung berjalan mendekat lalu duduk di samping Gahyeon.
“Wah, apa ini? Apa mungkin ini adalah makanan?” Di sana ada gambar siklus terciptanya penguapan air menjadi titik air hujan, yang mana dalam perubahan suhu yang dingin, air hujan akan berubah menjadi salju, tampak di sana juga terdapat contoh gambar salju sungguhan.
“Ini bukan makanan, ini adalah salju.” Gahyeon menggeleng lalu menjelaskan.
“Itu tampak bagus, apa itu enak dimakan?” tanya JiU yang tampaknya mengabaikan kalimat Gahyeon sebelumnya.
“Salju itu sangat dingin, bukan sesuatu yang tepat untuk dimakan.”
“Ahahaha, begitu ya, tapi aku tetap ingin memakannya.”
“Jangan makan salju!” Gahyeon mendesak, padahal ini hanya keinginan saja, belum memakan salju sungguhan. Tapi seprtinya Gahyeon memiliki sifat protektif pada JiU setelah kejadian sebelumnya.
“Aku ingin makan salju.” JiU malah tampak semakin sengaja, seolah ia suka dengan Gahyeon yang seperti itu.
“Jangan, aku bilang jangan! Itu tidak bagus untuk kesehatan!”
"Setelah ini, apa yang akan kalian lakukan? Apa mencari keberadaannya?" tanya Dami tiba-tiba, tentu saja JiU dan Gahyeon refleks menoleh ke arahnya, percakapan di antara mereka juga terhenti seketika.
"Ya, kakak es sudah tidak kembali dalam waktu lama, pasti terjadi sesuatu."
“Panggilannya terasa aneh,” pikir Dami yang baru menyinggung mengenai panggilan yang diucapkan Gahyeon. Tapi ia tidak memikirkan hal itu karena ada hal lain yang hendak disampaikannya.
"Kalau begitu, biar kuperjelas. Aku tidak akan membantu dan tidak akan ikut campur. Setelah badai berlalu, aku akan mencari tujuanku sendiri." Dami langsung mempertegas bahwa dirinya akan berpisah dengan mereka setelah ini.
“Jadi, kamu mau pergi?” tanya JiU yang dibalas anggukan saja oleh Dami.
"Tidakkah kamu ingin pergi bersama kita?" tanya Gahyeon disertai harapan pada Dami.
"Entahlah, tujuan kalian tidak menjanjikan dan kurang jelas."
"Bagaimana jika para pria menyerang kamu atau kita?" tanya Gahyeon lagi, ia seperti menakuti Dami dengan serangan para pria yang sebelumnya telah mereka hadapi. Dami menggeleng sesaat.
"Kali ini tidak akan seperti sebelumnya, aku akan menang dan mengorek informasi dari siapa pun pria yang melawanku. Sepertinya itu jauh lebih baik untuk dilakukan daripada pergi ke tempat tidak jelas."
"Bagaimana jika kita melakukannya bersama? Kami mungkin bisa membantu." Gahyeon langsung menawarkan dengan nada yang penuh semangat. Tampaknya Dami sudah mengira jika Gahyeon akan mengajukan kalimat itu, ia tidak menjeda terlalu lama.
"Aku tidak berniat menyepelekan, tapi apa yang kalian bisa lakukan?" tanyanya sambil memandang JiU lalu tatapannya beralih pada Gahyeon.
"Aku bisa memberi informasi apa pun yang kamu butuhkan, selama aku bisa dan memiliki info itu." Gahyeon langsung memberi jawaban, mengutarakan mengenai keahlian dan kemampuannya. Dan lagi-lagi Dami sepertinya sudah mengira jika Gahyeon akan mengatakan itu.
"Itu bagus, tapi apa kau bisa menganalisa kelemahan musuh atau menyusun strategi untuk mengalahkan musuh?"
"Jika aku membuat bayi lagi, mungkin aku bisa memindai dan memeriksa kelemahan musuh. Aku juga bisa mencari tahu keadaan suatu tempat, melacak keberadaan seseorang dalam radius dekat juga bisa kulakukan. Aku bisa membuat peta dalam skala beberapa ratus meter untuk memindai lokasi.” Gahyeon segera mengatakan apa-apa saja yang bisa dirinya lakukan jika dirinya memiliki drone lagi. Faktanya, saat ini Gahyeon hanya memiliki satu drone yang kondisinya sudah rusak parah, mustahil untuk diperbaiki.
"Dan untuk sekarang?"
"Aku tidak bisa apa-apa." Gahyeon langsung mengakui dengan lesu. Itulah yang dilihat dari sudut pandang Dami, tidak banyak yang bisa Gahyeon lakukan saat ini selain berbagi informasi yang dirinya miliki.
"Lalu bagaimana denganmu?" Dami segera beralih memandang pada JiU. Mendapat pertanyaan itu, JiU memejamkan mata sambil tersenyum, ia menggaruk kepalanya.
"Soal itu, aku bisa bertarung." JiU menjawab.
"Eh?" tanya Gahyeon yang terkejut dengan pengakuan JiU. Tentu saja Dami juga agak terkejut, hanya saja ia tidak memperlihatkannya.
JiU jelas memiliki keterampilan fisik lebih baik dari Gahyeon, meski ia tidak sekuat dan sebaik Dami dan empat gadis lainnya, tapi JiU masih mampu membela dirinya jika ada musuh menyerang, hal ini sudah dibuktikan ketika hari pertama dia bangun di tempat percobaan, ia bisa melakukan beberapa gerakan untuk menghindar dan menyerang. Bahkan saat itu, dengan tangan kosong JiU mampu memisahkan kepala satu unit robot dari badannya dengan sangat mudah.
"Kakak! Kau tidak pernah mengatakan padaku kalau bisa bertarung." Gahyeon segera meraih kedua bahu JiU lalu menariknya agar mereka saling berhadapan, JiU masih tersenyum meski sudah menurunkan tangan dan membuka matanya lagi.
"Aku sengaja tidak memberitahu."
"Kenapa? Kenapa tidak memberitahuku? Aku adik yang baik bukan?”
"Karena kamu tidak pernah bertanya, jadi aku tidak memberitahu.”
“Eh?” Gahyeon segera menurunkan tangannya, itu juga benar dan masuk akal. Gahyeon tidak pernah bertanya apakah JiU bisa bertarung atau tidak.
***
Typo yang sering kubuat dan bikin aku nangis.
Dreamcatver🤐
HiU - JiU 😭
SiA -SuA🤧
Siyein - Siyeon😫
Handonh - Handong 😱
Yiihyeon - Yoohyeon 😞
Daki - Dami😖
Gahyein - Gahyeon.☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...