Mereka masih menyerap informasi yang baru saja mereka terima dan dapatkan.
"Bagaimana bisa kamu mendapatkan data-data itu?" tanya JiU. Ia tampak tak mengerti tentang bagaimana bisa Gahyeon berhasil menemukan biodata dirinya.
"Aku ahlinya. Aku bisa meretas beberapa hal, beberapa hari atau beberapa minggu lagi ketika kemampuanku sudah di-upgrade ke tingkat yang lebih canggih dan lebih hebat, aku bisa melakukan banyak hal." Gahyeon mengakui dengan bangga dan mengangkat dagunya. JiU yang gemas langsung mencubit kedua pipinya.
"Kamu menggemaskan deh."
"Lepas, sakit tahu." JiU melepaskannya sehingga Gahyeon mengusap pipi yang memerah.
"Oh, jadi saat ini kemampuanmu masih terbatas?" tanya JiU lagi.
"Ya, bisa dibilang seperti itu."
Yoohyeon mengabaikan keduanya untuk mengobrol dan saling mengenal lebih jauh lagi, ia memutuskan untuk tidur siang. Tubuhnya ia sandarkan ke Batang pohon dan melanjutkan istirahat yang sempat tertunda itu. Ia memeluk katananya.
Banyak sekali yang mesti dipikirkan, dan semakin dipikiran malah jadi semakin pusing. Ia memutuskan untuk mengistirahatkan kepala saja. Mungkin ia sudah mendapat jawaban atas apa yang terjadi pada JiU, kenapa dia bisa sangat polos sehingga tak tahu apa-apa, juga penasaran terhadap banyak hal.
Itu dikarenakan otaknya masih memiliki ruang yang sangat luas untuk diisi, hampir segala hal dasar di dunia ini yang Yoohyeon dan Gahyeon ketahui, tak terdapat dalam ingatan JiU. Itu menjadi wajar jika sikap JiU layaknya balita yang tak tahu menahu apa-apa.
Dan hebatnya lagi, ia memiliki beberapa kelebihan yang mungkin akan membantu, menjinakkan monster, mengendarai kendaraan, mengetahui susunan tubuh. Siapa tahu hal-hal seperti itu nantinya akan berguna.
Hanya saja Yoohyeon merasa enggan karea harus membawa JiU juga ikut bersamanya, menjaga dan menanggapi Gahyeon saja sudah melelahkan dan ia menyesal beberapa kali karena harus membawa gadis muda itu bersamanya, tapi Yoohyeon memerlukan hal-hal yang Gahyeon ketahui untuk mencari tahu mengenai segala hal yang terjadi.
Untuk saat ini, Gahyeon belum siap untuk membeberkan semua ini, Yoohyeon yakin jika di balik kepolosan dan sikap yang seolah tak tahu apa-apa itu, Gahyeon pasti memiliki suatu rencana dan tujuan. Sayang sekali Yoohyeon tak tahu apa itu.
Ketika mereka mengobrol seperti itu, dua unit drone turun dengan keadaan berasap, tapi segala bagiannya baik-baik saja.
"Wah mereka sudah tiba-tiba. Bayi-bayiku terbakar." Gahyeon dan JiU beranjak dari posisi mereka dan menyambut dua benda itu, Gahyeon ingin memeluk benda itu, sayangnya keduanya panas.
"Bau apa ini?" tanya JiU. Ia menutupi lubang hidungnya dan mengibas udara di depan wajah menggunakan tangan satunya.
"Pelapisnya rusak, cairan anti panasnya habis. Matahari sangat berbahaya." Gahyeon menggerutu, jelas jika bau hangus itu disebabkan dari bahan-bahan yang Gahyeon gunakan untuk melapisi donenya. Yoohyeon sama sekali tak bereaksi.
Gahyeon segera menggunakan laptop untuk memberi perintah pada dua benda melayang itu. Maka drone bulat seukuran rentangan lingkaran kedua tangan Gahyeon itu mendarat, pada bagian atasnya ada semacam pintu ganda yang terbuka. Di sana terdapat peralatan yang ia butuhkan.
"Wah,ada ruang rahasianya." JiU bertepuk tangan karena melihat ruang di dalam drone itu.
"Wah, banyak sekali barang yang kubutuhkan, peluru yang tersedia jadi terbatas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...