Ini visual tombak Dami, awalnya mata tombak ada satu, tapi nanti berevolusi jadi tiga ya. 😋
Btw ini ide cerita utama dikit banget, cuma penambah adegan doang, aku malah mikir lama bikin BtSnya. 😅
***
117 - Hujan Turun dengan Deras part 2
Part Dami
Daerah kota yang saat ini Dami lalui adalah tempat yang paling berantakan yang pernah dirinya lihat selama ini. Jelas jika hal itu terjadi disebabkan oleh banyaknya monster-monster yang bergerak di bawah tanah sehingga struktur jalanan benar-benar rusak parah. Tidak sedikit gedung dan bangunan lain ikut terbawa runtuh dikarenakan fondasi dan tanah yang rusak setelah dilalui oleh para monster pemakan segala.
Jalanan dan daerah lain tampak terbelah dan hancur berantakan lalu terdapat gundukan tanah menyembul memanjang yang merupakan jalan bagi monster yang ada di dalam tanah sana. Jalanan atau daerah yang seharusnya rata, saat ini memiliki bentuk yang tak karuan dan tak jelas.
Dami agak sulit bergerak, meski ia sudah melompat dan meloncati daerah jalanan itu, ia masih belum bisa pergi terlalu jauh dari lokasi di mana monster-monster pemakan segala berada. Untung baginya karena mereka tidak mengejar dan keadaan di daerah sini sama sekali tidak ada bahaya yang menyerangnya.
Dami yang merasa sudah pergi jauh merasa agak kelelahan, ia segera mencari tempat beristirahat yang agak baik baginya. Dami memandang keadaan sekitar, di sana hanya ada bangunan-bangunan lapuk dengan warna tanah memenuhi dinding, tidak ada tanaman yang hidup.
"Aku harus mencari tempat untuk beristirahat." Dami memandang keadaan sekitar sambil sesekali melompati daerah yang tidak rata itu. Hingga beberapa detik kemudian, pasang matanya melihat bangunan yang tampaknya berupa penginapan, saat ini keadaannya sudah sangat kotor dan memiliki banyak bagian yang rusak. Tapi daerah itu tampaknya memiliki jalanan yang rata menandakan jika tidak ada monster raksasa pemakan segala yang melewati daerah itu.
Dami segera saja pergi ke sana, baru saja ia meloncat untuk naik menuju ke lantai dua, tetes air dari langit jatuh mengenai pipi kirinya. Air itu seketika mengeras menjadi bongkahan es dikarenakan suhu tubuh Dami yang berada di bawah nol derajat.
"Air?" tanyanya pelan, ketika dirinya tiba di balkon lantai tiga, berondongan tetes air dalam jumlah yang tak terhitung segera turun menyerbu permukaan kota. Hujan deras telah turun dengan tiba-tiba di daerah ini. Dami berbalik memandang kota yang saat ini dibahasi oleh air hujan. Jalanan, tanah dan segala jenis reruntuhan yang kering segera saja mulai basah. Debu beterbangan dikarenakan tetes hujan yang turun, tapi itu tidak berlangsung lama karena debu yang beterbangan langsung terbawa oleh air hujan.
"Hujan? Akhirnya hujan juga setelah mendung cukup lama." Gadis bersenjatakan tombak itu mengamati daerah kota yang kering kini sudah berubah menjadi basah dalam beberapa detik. Hujan terus turun semakin deras saja sehingga suara guyurannya meredam semua suara yang ada. Andaikan Dami memiliki teman bicara, mereka harus berteriak agar suara mereka bisa terdengar satu sama lain ketika hujan sederas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...