Setelah Scream, akhirnya Boca ikutan challenge nyanyi tiga bahasa. Benar-benar ternganga dengan rap Dami yang luar biasa meski menyanyikannya dalam berbagai bahasa. 😍😍😍😘
***
SuA tampak berekspresi serba salah dan rumit. Ia menurunkan senjata lalu mengacak rambutnya, melangkah ke sana sini dengan frustrasi melihat apa yang Siyeon lakukan.
"Dia sampai seperti itu, bahkan yang di sana tak dia kenali." Ia marah dalam benaknya.
Siyeon berjalan sedikit demi sedikit untuk mencapai Handong, tapi kakinya benar-benar terasa sangat menyiksa. Ditambah tubuhnya benar-benar kesakitan, ingin rasanya ia berteriak sekeras mungkin agar rasa sakit takut menghinggapi tubuhnya lalu enyah begitu saja. Tapi itu mustahil, dia tak bisa melakukan itu, yang ada suaranya hanya akan menarik perhatian.
Langkah kaki Siyeon goyah dan dia langsung hilang keseimbangan, ketika dia akan terjatuh, tiba-tiba sepasang tangan menangkapnya. SuA menahan tubuhnya agar tak jatuh.
"Sua?" Ia menoleh pada pemilik tangan itu.
"Kau mau ke mana sendirian? Sejak kau bertarung bersamaku, kau harusnya sadar jika kau tak bisa melakukan banyak hal tanpaku. Jangan meninggalkanku, bodoh." SuA tersenyum tulus ketika mengatakan itu. Ia mengalungkan tangan Siyeon ke pundaknya lagi.
"Aku ...."
"Aku memaafkanmu hari ini, tapi lain kali, tak ada kata maaf bagimu. Mari kita lihat seperti apa Tuan Putri yang sedang tidur cantik itu." SuA memandang ke arah di mana tempat Handong tergeletak.
Siyeon mengangguk senang.
"Hum."
"Jika dia aman dan layak ditolong, kita bawa dia. Jika sekiranya membahayakan, kita tinggalkan, tak ada perdebatan, ini ketentuanku." SuA berkata dengan tegas. Saat ini sikapnya bisa dibilang bijak.
"Cukup adil. Ayo kita lakukan." Siyeon juga tak mau berdebat lagi. Apalagi perkataannya memang tepat dan bisa diterima.
Keduanya mendekati Handong, dengan langkah sepelan itu, butuh waktu sekitar dua menit untuk sampai kepadanya.
"Sepertinya tak aman berada di dekatnya." SuA tampak ragu ketika mereka sudah cukup dekat. Jara keduanya dengan Handong hanya sekitar empat sampai lima langkah lagi.
"Aku tak merasakan adanya bahaya, aku akan memeriksa apa saja yang dia miliki." Siyeon melepaskan pegangan dari SuA, kini SuA membiarkannya berjalan mendekati Handong. Ia memandang keadaan sekitar, irisnya menyisir sekeliling dan tiba-tiba tatapannya terpaku pada satu daerah, ia agam melotot karena kaget.
"Lihat tangannya hancur." Siyeon berjongkok di samping Handong dengan jarak sekitar setengah langkah darinya. Tatapan Siyeon tertuju pada tangan kanan Handong yang tampak tidak separah sebelumnya, tangan kanan itu melakukan regenerasi, tapi prosesnya sangat lama.
"Kurasa tangannya tak hancur karena itu bukan?" SuA memandang kawah atau lubang besar yang merusak tanah, juga beberapa bangunan yang hancur.
Siyeon mendongak menatap ke arah yang SuA lihat juga. Siyeon tampak terkejut sebelum bisa berucap.
"Ya ampun, dahsyat sekali kerusakannya. Apa ini karena perbuatannya?" Siyeon memandang pemandangan itu lalu menoleh pada Handong. SuA menggeleng lalu memandang pada Siyeon dan Handong.
"Aku akan menganggap ini berbahaya. Kita tinggalkan saja dia." Ia segera mengambil keputusan itu. Tapi Siyeon menggeleng tak setuju.
"Dia sama seperti kita." Siyeon berujar.
"Bahkan aku tak melihat senjatanya. Bagaimana bisa dia sama seperti kita?" tanya SuA.
"Lihat sepatu dan sarung tangannya. Terbuat dari logam senjata kita. Itu juga punya ukiran aneh sama seperti yang ada pada senjata kita." Siyeon menunjukkan sarung tangan dan sepatu yang Handong kenakan. Apa yang ia katakan memang benar, itulah yang menjadi senjata Handong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...