SuA tidak tahu di mana yang salah darinya, kenapa Handong malah menertawakannya? Sebelum ia berbicara, Handong sudah mendahuluinya.
“Nama macam apa itu? Jelek sekali, apa artinya? Kenapa bukan upil, amuba, batu atau pantat saja namamu?” Handong langsung melontarkan ejekan membuat SuA agak kesal rasanya, tapi ia segera menahan diri lalu menghela napas berat.
“Ya ampun. Apakah tidak bisa kau berhenti mengatai seseorang? Bahasa buruk tidak membuatmu keren. Itu malah memperlihatkan seberapa kualitas dirimu.” SuA bertanya dengan lebih lembut dan sedikit perhatian. Rasanya lelah dan tidak akan ada habisnya jika ia terus-menerus menanggapi bahasa Handong yang seperti itu.
“Oh ya, itu akan terjadi ketika payudaramu lebih kecil lagi. Lihatlah, bagaimana bisa gumpalan daging itu hampir sebesar kepala? Apa kau terlalu banyak mengisinya?” Handong tak habis ejekan, ia sengaja beralih mengejek bentuk tubuh SuA yang bisa dibilang tidak ada yang salah, malah sempurna.
“Apa gunanya membahas tubuhku? Itu tidak menjadi urusanmu bukan?” SuA melirik tubuhnya sesaat sebelum memandang Handong.
“Itu mengganggu pemandangan.” Handong membalas dengan jijik. Ia seolah ingin mengatakan betapa mengganggunya penampilan SuA.
“Ya ampun, katakan saja jika kau iri. Dadamu bahkan mirip milik pria, terlalu datar dan berotot, aku curiga di sana keras semua.” SuA segera berjalan pergi. Ia tidak melanjutkan percakapan antar mereka lagi.
“Kau bilang apa?!” Handong berteriak, sayangnya SuA sama sekali tak menanggapinya.
“Hei! Tunggu dulu! Kita belum selesai dengan ini! Kembali ke sini!” Handong segera saja berlari mengejar SuA lagi. Ia benar-benar tidak terima dengan ejekan yang SuA lontarkan.
“SuA! Payudaraku bukan otot! Kembali ke sini!”
Handong mengejar kepergian SuA, tapi gadis itu sudah berlari jauh. Meski begitu, ia tidak menyerah, dirinya juga memiliki kecepatan yang bisa mengejarnya.
“Wanita sialan itu! Setelah mengataiku malah pergi begitu saja!” Handong berteriak marah, ia terus mengejar SuA. Tampak di depan sana SuA melompati setiap bangunan dengan ringan dan mudahnya, padahal barang bawaan pada punggungnya tampak sangat besar dan merepotkan.
“Tunggu dulu! Kita belum selesai!” Handong berteriak lagi, sedikit demi sedikit ia memperpendek jarak antar dirinya dan SuA. Di daerah sana adalah kota yang memiliki banyak bangunan dengan beberapa lantai saja, rata-rata ketinggiannya hanya lima lantai sampai sepuluh lantai, sedikit jumlah gedung yang menjulang.
SuA sadar jika Handong menggunakan kekuatannya untuk mempercepat lompatan, hal itu membuat jarak antar dirinya dan Handong menipis terlalu cepat. Sebenarnya ia kesal dan bosan menanggapi dan berurusan dengan Handong, saat ini ia hanya ingin memikirkan rencana dan mencari petunjuk untuk menyelamatkan Siyeon saja. Apa pun yang terjadi ia harus menyelamatkan gadis yang sudah ia aggap sahabat itu.
SuA menoleh ke belakang ketika Handong sudah lebih dekat lagi dari sebelumnya.
“Berhenti mengejarku, carilah kesibukan sendiri! jangan melibatkanku!” SuA berteriak sambil menoleh ke sesaat pada Handong.
“Kau menyebalkan.” Handong menggerutu geram.
“Urusan kita belum selesai! Kau tidak bisa lari begitu saja!”
“Itu menurutmu, bagiku kita sudah tidak punya urusan apa-apa lagi, jadi pergi sana!” SuA mengusir Handong untuk terakhir kalinya, setelah itu SuA mempercepat lompatannya. Tentu saja Handong tidak memedulikan pengusiran itu, ia terus mengejar SuA, bahkan kecepatannya ia tambah agar bisa memperpendek jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...