Bagi kalian readers yang suka dengan karya ini, entah pembaca yang sering nongol kasih like and komen atau yang sekadar baca doang, bantuin aku dengan share cerita ini ke sosmed kalian atau ke grup InSomnia dan grup kepenulisan(kalau ada). Semakin banyak yang mampir, seenggaknya bisa jadi moodboster buat aku.
***
141 – Sayatan Energi Panas
Tangan kanan Yoohyeon masih memegang erat pegangan katananya, senjata itu tidak terlepas dari genggamannya setelah semua yang terjadi. Seperti sebelumnya, Somin dan Yoohyeon hanya saling berdiri dengan pasang mata saling tertuju satu sama lain, tidak ada suatu ekspresi dan pesan tersirat pada masing-masing tatapan mereka. Somin memandang tanpa ekspresi, Yoohyeon masih memberikan ekspresi dingin beserta tatapan yang sama-sama dingin juga.
“Dia kuat, sepertinya meski aku melarikan diri sejauh mungkin, dia akan terus mengejarku hingga tujuannya tercapai.” Yoohyeon berbicara dalam benaknya. Ia benar-benar tidak memiliki niatan untuk menanyakan siapa dan apa alasan sosok perempuan berpakaian armor itu sehingga menargetkannya.
Yoohyeon bukan tipe orang yang mengatakan sesuatu yang menurutnya tidak penting, apalagi menyangkut sesuatu menanyakan nama dan identitas lainnya. Kenyataannya, sejak bertemu dengan Gahyeon dan JiU, ia sekalipun tidak pernah menanyakan nama dan identitas mereka. Lebih parahnya, Yoohyeon belum pernah memanggil nama mereka begitu juga sebaliknya, Gahyeon sudah memiliki nama panggilan padanya sehingga ia tidak perlu memanggil nama Yoohyeon.(Intinya, Yoohyeon tidak akan pernah mengatakan “Siapa kau? Apa yang kau inginkan? Apa tujuanmu?” dsb pada setiap makhluk yang ditemuinya. Ia tidak penasaran sama sekali.)
“Dengan kata lain, aku hanya perlu menjatuhkannya saja sebelum pergi darinya.” Yoohyeon kemudian mengangkat senjatanya bersiap bertarung. Bersamaan dengan sambaran petir yang terjadi di dekat sana, Yoohyeon dan Somin lenyap dari posisi mereka berdiri, terjadi sebuah ledakan besar yang membuat lantai bangunan itu rusak.
Lantai tiga yang memiliki luas daerah sekitar empat puluh sampai lima puluh meter itu kini memiliki dihancurkan secara perlahan, bagian lantai, bagian langit-langit, bagian dinding, bagian tiang, semuanya hancur merembet secara perlahan menyusuri seluruh lantai tiga.
Sayatan-sayatan membelah dinding lantai itu sehingga atap yang masih memiliki sekitar dua lantai segera saja jatuh menimpa lantai bangunan yang rusak dan kehilangan penopangnya.
Benturan antar lantai itu terdengar sangat kuat, suara hujan yang deras tidak mampu untuk merendamnya. Bagunan yang tampak baru saja dilewati banjir itu kini sudah kehilangan satu lantai tepat di tengah-tengah, itu terjadi hanya dalam waktu beberapa detik saja.
Beberapa detik lamanya kekacauan itu berhenti, tidak ada pergerakan lagi di antara lantai bangunan. Ya, ketenangan itu hanya bertahan selama beberapa detik saja sebelum suara benturan-benturan keras terdengar. Awalnya atap bangunan lima lantai itu baik-baik saja, detik berikutnya dua sosok merusak semuanya dari bawah, keduanya segera keluar dari bawah lantai bangunan yang rusak itu.
Yoohyeon dan Somin berdiri di atas atap bangunan itu, keduanya hanya berjarak sekitar lima meter saja, dalam keadaan tubuh yang terguyur hujan dan kilat menyambar, tampak jika keduanya memiliki keadaan yang baik-baik saja. Tidak ada yang terluka kecuali bahu kiri Somin yang memiliki sedikit bekas sayatan yang berwarna merah. Dari kejadian itu, Yoohyeon hanya mampu memberinya luka tak lebih panjang dari ibu jari dan terlalu dangkal untuk mengiris dagingnya.
“Mangsa kali ini cukup kuat, kalau begitu ....” Somin sengaja menggantungkan kalimatnya, ia mengangkat tangan kananya, pada punggung tangan kanan yang berlapis benda mirip logam membentuk gauntlet itu segera muncul cahaya yang tampak sangat jelas seperti sebilah pedang. Cahaya yang keluar berwarna putih kemerahan dan tampak sangat jelas jika itu pedang yang padat.
“Senjatanya ... senjata macam apa itu? Sepertinya itu sesuatu yang padat meski serupa dengan laser.” Belum berhenti Yoohyeon dari keterkejutannya, tiba-tiba saja Somin sudah berada di hadapannya lalu mengayunkan tangan kanannya. Yoohyeon refleks mengelak dengan memiringkan badan sehingga ayunan itu langsung membelah dua bangunan itu.
Ternyata pedang Cahaya putih itu memiliki energi panas yang memelesat lurus dengan kuat hingga berhasil membelah menghancurkan bangunan lima lantai tersebut dengan sekali tebas saja.
Yoohyeon langsung diberi serangan berikutnya berupa tendangan yang kuat, kali ini ia menggunakan katananya, sangat kebetulan Somin menendang bagian badannya, buka bagian sisi tajamnya. Yoohyeon kembali terlempar jauh. Suara bangunan yang hancur menjadi puing mengiringi tumbuhnya yang kembali terlempar.
“Pedangnya tidak normal.” Yoohyeon berbicara dalam benaknya, saat ia masih berada dalam keadaan terlempar, Somin mengejarnya sambil mengayunkan pedang merah itu lagi, kali ini Yoohyeon menyambut serangannya dengan ayunan katana yang ia ayunkan secara menyamping menggunakan kedua tangannya.
Benturan antar dua senjata tajam itu segera saja membuat ledakan cahaya besar disertai tekanan angin yang sangat kuat sehingga bangunan-bangunan yang ada di sekitar sana memiliki bagian dinding yang terkikis dan terbang menjauh. Sementara di daratan, air tersingkir dan jalanan langsung rusak membentuk cekungan kawah kecil.
Ketika ledakan mereda, cekungan tersebut segera saja diisi oleh air banjir. Somin dan Yoohyeon sendiri masing-masing dari mereka terlempar mundur ke sisi yang berseberangan. Keduanya menabrak bangunan gedung yang langsung saja menghancurkan dinding masing-masing bangunan gedung, secara tidak langsung ini memberitahu jika kekuatan keduanya seimbang, setidaknya untuk saat ini.
“Kekuatannya berbeda dari wanita-wanita yang pernah kulawan sebelumnya, yang ini benar-benar berbeda. Sepertinya aku harus menggunakan setengah energi yang ada saat ini. Aku harus menjauh dari wanita berbahaya ini.” Yoohyeon bangkit lalu memandang ke arah depan di mana saat itulah ia memandang ada sayatan energi merah melesat ke arahnya, bentuk berupa sayatan dengan garis menyamping 270° itu segera saja memapas bangunan gedung yang ditempati oleh Yoohyeon.
Bagian atas gedung itu secara perlahan meluncur ke arah sisi rendah lalu runtuh ke jalanan yang dipenuhi air. Sementara Yoohyeon baik-baik saja karena ia sempat merunduk di saat-saat terakhir.
Dari jarak dekat, bekas dinding yang tersayat tampak mengeluarkan asap menandakan jika energi merah yang baru saja memapasnya memiliki suhu yang tinggi. Terbesit dalam pikiran Yoohyeon untuk menggunakan itu saja pada JiU, tapi ia mengurungkan niat itu ketika sadar jika lawan di hadapannya terlalu kuat untuk dijatuhkan.
Yoohyeon segera melarikan diri menuju ke arah di mana gedung tinggi yang atapnya memiliki batu yang sampai saat ini masih saja disambar petir. Tak jauh di belakangnya Somin mengejar, ia melesat sangat cepat menuju ke arah Yoohyeon.
Tebasan demi tebasan dilepaskan oleh Somin sehingga tercipta sayatan dari energi panas itu yang melesat menuju ke arah Yoohyeon. Untungnya meski dalam pelariannya, Yoohyeon masih saja mampu menangkis dan menghindari setiap serangan yang diberikan padanya.
Ketika Yoohyeon tiba pada gedung yang di atasnya terdapat batu meteor petir, Somin menghentikan serangannya, sebagai gantinya ia menghadapi Yoohyeon secara langsung, tubuhnya mencoba memburuk Yoohyeon seperti sebelumnya.
Yoohyeon yang sudah menunggu serangan itu segera meloncat ke atas dengan jendela sebagai batu loncatan, Somin yang menabrak dinding sampai hancur tidak membuang waktu, ia yang memandang Yoohyeon melompat ke atas segera saja mengejarnya dengan cara melompat juga.
Keduanya segera tiba di atap gedung. Mereka kembali ke lokasi di mana mereka bertemu sebelumnya, entah mengapa Yoohyeon memutuskan untuk kembali ke sini, yang jelas ia memiliki cara untuk menghadapi Somin.
Saat Yoohyeon me darat di atap, ia berlari menuju ke arah batu meteor yang saat ini masih disambar oleh baut-baut petir. Meski tidak tahu apa yang akan Yoohyeon lakukan, tapi yang jelasnya Somin tidak akan membiarkan Yoohyeon menyentuh batu meteor itu. Somin segera mengayunkan pedangnya secara menyamping sehingga kembali menghasilkan sayatan energi panas yang melesat menuju ke arah Yoohyeon.
***
141 bab, 59 bab lagi menuju 200 bab. Nanti aku mau bikin pengumuman ah pas masuk bab 200. 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...