163 – Tubuh yang Hanya Memerlukan Energi Panas
Gahyeon terjatuh di samping JiU, ia menangis sedih layaknya gadis dewasa, kedua tangannya ia taruh pada pipi JiU yang dingin, wajah tanpa ekspresi itu memang sudah dingin sejak beberapa waktu lalu, tapi Gahyeon tak bisa menerima jika JiU sudah tewas. Ia segera menoleh pada Dami.
“Tolong jangan katakan itu, kita masih bisa melakukan sesuatu bukan?” Gahyeon menyangkal dan tak terima jika JiU sudah menjadi mayat, ia tidak suka dengan perkataan Dami barusan.
“Meski mengatakan itu, ia sudah tidak bernapas lagi. Kupikir dia sudah mati beberapa jam yang lalu.” Dami membalas lagi, perkataannya membuat Gahyeon berkaca-kaca dan ekspresinya memprihatinkan, ia benar-benar sedih dan tak terima dengan ucapan Dami.
“Aku mohon. Kita tidak akan tahu sebelum mencoba. Lakukan sesuatu dulu sebelum kita simpulkan jika kakakku sudah mati.” Gahyeon berbicara dengan penuh harap pada Dami.
“Dilihat dari sisi mana pun, perempuan ini tampak seperti mayat bagiku,” pikir Dami saat menyaksikan JiU, tentu saja ia tidak menyuarakan secara langsung mengingat Gahyeon bisa saja marah padanya atas kalimat itu.
“Meski begitu, sayang sekali aku tak memiliki tabung energi atau semacamnya. Semua barang milikku hilang. Apa yang bisa kulakukan untuknya?” tanya Dami berusaha menjelaskan situasi dengan baik-baik. Faktanya, sejak Dami kehilangan kesadaran setelah menghadapi pria api tempo hari, ia sudah tidak memiliki persedian dan harta apa-apa lagi. Gahyeon menyeka air matanya lalu menggeleng pelan menanggapi.
“Kakakku tidak memerlukan itu, dia hanya perlu sumber panas untuk diserap, energi panas adalah kekuatannya, energinya.” Ia membalas membuat Dami sontak saja terkejut.
“Apa? Apa maksudmu? Kita semua mengonsumsi cairan energi. Tapi kenapa dia ....” Dami tak melanjutkan kalimatnya, ia tidak tahu harus mengatakan apa saat mendengar penuturan itu.
“Penjelasannya panjang, apa kau bisa membantu? Kakak es sudah pergi terlalu lama.” Gahyeon bicara dengan agak lirih. Gelagat dan perilakunya saat ini tampak dewasa dan sesuai dengan usianya.
“Gadis katana itu maksudmu?”
“Ya, namanya Yoohyeon.”
“Aku tak butuh namanya.” Dami membalas dengan nada yang ketus, ia masih ingat apa yang telah Yoohyeon perbuat padanya terakhir kali. “Huh, oke, ini mungkin terlalu kebetulan atau memang sudah takdirku melakukan ini.” Dami segera teringat pada sesuatu yang sudah beberapa hari ini dirinya kenakan, yaitu batu meteor api yang menjadi bandul kalungnya. Batu meteor itu memiliki energi panas yang sangat besar, bahkan dirinya yang sudah menggunakan energi api itu masih merasakan jika di dalam batu masih memiliki energi yang besar.
“Hm?”
“Aku memiliki energi panas yang dia butuhkan.” Dami memberitahukan singkat.
“Benarkah?” Gahyeon yang memiliki tatapan mendapat harapan segera menyeka air matanya lalu memegang kedua pundak Dami.
“Jangan menyentuhku! Kau berantakan!” Dami segera mundur setelah menepis tangan Gahyeon.
“Oke, oke. Tapi apa kamu benar-benar memilikinya?” tanya Gahyeon lagi, nada bicaranya juga terdengar sangat berharap pada Dami.
“Ya. Akan kuberikan ini padanya. Anggap saja ini bayaran karena kau menyelamatkanku terakhir kali.” Dami mengeluarkan bandul kalung yang berupa batu meteor api, benda itu mengeluarkan kilapan bara api, Gahyeon terlihat takjub melihat benda tersebut. Tanpa membuang waktu, Dami segera mendekat pada JiU lalu melepaskan kalung itu, menaruh kalung pada dada JiU.
“Kita lihat, jika apa yang kau katakan benar, seharusnya batu meteor ini akan mengeluarkan energi panas yang akan diserap olehnya.” Dami bergumam pelan sambil memandang reaksi yang akan terjadi, Gahyeon tak mengatakan apa-apa, ia mengamati batu meteor dan JiU.
Setelah beberapa detik lamanya, tampak masih tidak ada reaksi apa-apa terhadap batu meteor maupun terhadap JiU, tidak ada hal yang terjadi di sana.
“Apa perlu waktu atau pemicu khusus agar dia bisa menyerap energi panas?” tanya Dami heran.
“Aku tidak tahu. Jika apa yang kakak katakan benar, harusnya energi panas akan terserap tanpa apa-apa.” Gahyeon menggeleng tanda tidak tahu mengenai apa yang saat ini terjadi.
Dami berpikir mengenai kejadian ini. Jika gadis yang terkapar di hadapannya mampu menyerap energi panas, maka harusnya dia dapat menyerap dari batu meteor api itu.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Gahyeon yang kesedihannya segera kembali.
“Sebentar, biarkan aku berpikir.” Dami membalas. Ia kembali memikirkan cara kerja tubuh JiU dan cara kerja batu meteor itu hingga beberapa detik kemudian ia langsung menemukan jawabannya.
“Itu dia.”
“Apa? Apa kamu menemukan sesuatu?”
“Jika perkiraanku benar, perempuan ini hanya menyerap energi saja, sementara batu meteor tidak mengeluarkan energi panas seadanya, diperlukan pemicu atau pengendali. Tubuhku yang bisa melakukan itu, aku bisa menggerakkan dan menggunakan energi dari batu meteor, bahkan aku bisa mengaplikasikan menjadi wujud api.”
“Lalu intinya?”
“Aku harus mengeluarkan energi panas dari batu untuk diserap olehnya.”
“Benarkah? Kalau begitu kita coba.”
“Oke. Kau mundurlah karena ini mungkin saja akan membakarmu.”
Gahyeon langsung mundur beberapa langkah dari dekat Dami, sementara Dami sendiri langsung meraih batu meteor itu lalu coba mengaktifkannya, menyerap energi panas dari benda itu.
Usahanya berhasil karena ia mampu menyerapnya, tapi usahanya tak berselang lama ketika tiba-tiba saja Dami memuntahkan darah. Ia mengeluarkan darah dari mulutnya ke arah samping sehingga JiU tidak terkena muncratan darahnya.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Gahyeon yang tampak khawatir saat melihat Dami memuntahkan darah.
“Sial, aku lupa. Dingin dan panas tidak cocok, sisa energi dingin di dalam tubuhku melawan energi panasnya. Ini buruk, jika seperti ini aku bisa mati.” Dami bicara dalam benaknya, ia tahu apa yang sedang berperang di dalam tubuhnya sehingga cedera langsung dirinya terima saat itu juga.
Dami melepaskan batu meteor itu lalu beranjak berdiri menghadap ke arah Gahyeon yang sebelumnya memandang punggungnya. Ia tahu jika salah satu energi harus dirinya kuras dari dalam tubuhnya, yaitu energi dingin harus dirinya singkirkan sepenuhnya agar peperangan dua jenis energi yang berbeda tidak terjadi lagi.
“Kenapa? Apa ada yang salah?” tanya Gahyeon. Dami tidak membalasnya, ia hanya meraih tombaknya, memusatkan seluruh energi dinginnya pada tombak itu sehingga semua energi dingin pada tubuhnya habis. Karena suhu dingin itu, Dami menggigil saat tangannya memegang batang tombak. Kebekuan tombak itu rasanya merusak seluruh bagian tangannya sampai ke tulang.
“Dingin sekali, aku tidak pernah merasakan suhu sedingin ini.” Ia langsung melemparkan tombaknya ke arah air sana membuat air banjir yang menggenang kini berubah menjadi lantai es dalam radius sepuluh meter.
“Lu ... luar biasa.” Gahyeon kagum melihat apa yang Dami lakukan meski ia masih tidak tahu apa alasan Dami tiba-tiba saja melakukan hal ini.
“Tanganku terluka, sepertinya ketika seluruh tubuhku digantikan energi panas, suhu dingin yang terlampau dari tombak langsung menyerang suhu panas.” Dami memandangi telapak tangannya yang kebas dan berasap.
“Ke ... kenapa kamu melakukan itu? Apa yang terjadi?” tanya Gahyeon lagi karena ia masih sangat pemasaran terhadap apa yang sebenarnya terjadi.
“Tidak apa-apa, semua baik-baik saja. Aku bisa melakukannya kali ini.” Dami memutuskan untuk tidak memberi tahu Gahyeon karena ini adalah rahasianya sendiri.
“Kamu yakin? Sebelumnya kamu muntah darah.”
“Ini bukan apa-apa.” Dami kembali berbalik lalu berjongkok di hadapan JiU. Ia kembali memegang batu meteor api itu lalu mencoba menyerap energinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...