Gak perlu dikeluarin lagi juga kan? Ya ampun dedek, kupikir bakalan disemburin. 😅
***
170 – Saatnya Memberi Perhitungan
Sebelum ini, Handong pernah bertemu dengan SuA, tentu saja ia bukan pelupa dan bodoh, hal itu sudah menjadikan lebih dari cukup baginya untuk masih mengingat postur tubuh SuA yang memang memiliki bentuk yang nyaris tanpa kekurangan.
SuA yang kembali mengingat kepergian Siyeon yang mungkin tidak akan kembali tak memedulikan ucapan Handong, sebagai gantinya SuA mengabaikan gadis itu lalu secara perlahan beranjak berdiri.
“Kau yang kemarin.” Handong menunjuk punggung SuA, setelah gadis itu berdiri maka Handong semakin yakin jika ia tidak salah mengenali orang.
“Siapa sangka ternyata kita terlalu cepat bertemu.” Handong yang mendapat lawan yang cocok tampak antusias, karena ia bisa memaksimalkan percobaan mengenai seberapa kuat dirinya yang sekarang.
“Oh, ini berita bagus, meski aku tidak bisa bergabung dalam pertarungan yang kulewatkan, aku dapat gantinya.” Handong berjalan dengan langkah besar menuju ke arah SuA. Sementara SuA yang menoleh datar ke arah Handong tampak tak memiliki minat untuk menanggapi Handong.
“Aku harus mengejar Siyeon, kuharap dia belum pergi terlalu jauh.” Tiba-tiba saja kalimat itu terucap dalam benaknya. Kemudian SuA menoleh memandang sekitar. Ia mengabaikan keadaannya yang bisa dibilang agak berantakan, lengan jaketnya basah dikarenakan banyaknya darah yang keluar, jejak air mata di wajahnya tampak jelas, terlebih wajahnya agak kotor karena debu dan asap reruntuhan juga ledakan.
“Apa yang kau cari, hah? Aku ada di sini.” Handong memutar bahunya tanda bersiap melakukan pertarungan dengan SuA. Sebaliknya, SuA benar-benar mengabaikan Handong, ia malah berjalan meninggalkan Handong untuk mencari senjatanya.
“Dia mengabaikanku? Berani-beraninya!” Tentu saja mendapat perlakuan itu membuat Handong marah. SuA berjalan beberapa langkah untuk menyisir pandangan ke sekitar sana, siapa tahu senjatanya terjatuh di sekitar sana.
Handong berjalan dengan langkah besar menuju ke arah SuA berada. Ia tidak terima karena dirinya diabaikan oleh wanita itu.
“Hei, jangan mengabaikanku!” Handong menyentuh pundak kanan SuA, sontak saja SuA menepisnya dengan kasar.
“Enyahlah!” Nada tegas dan dingin dilontarkan olehnya. Belum pernah rasanya SuA menampakkan raut dan nada bicara yang seperti itu sebelumnya. Handong sendiri agak terkejut karena wanita yang dirinya temui sebelumnya tidak seperti ini. SuA yang tidak memedulikan reaksi Handong malah kembali berjalan mencari keberadaan senjatanya, jelas ia tidak bisa mengejar Siyeon dengan tangan kosong karena itu sama saja bunuh diri.
Sayangnya, Handong bukan tipe wanita yang mudah diusir dan ditakuti, setelah wajahnya menampakkan keterkejutan, ia langsung menyeringai jahat.
“Pantat lebar sialan, seenaknya mengusirku setelah mengabaikanku,” gumam Handong dingin. Ia mengepalkan tangannya lalu segera melompat melepaskan pukulan tepat menuju ke arah tengkuk SuA. Meski tidak sebaik Siyeon, SuA cukup sadar dan menyadari adanya serangan dari belakang, ia refleks merunduk sehingga pukulan Handong lewat begitu saja di atas tubuh SuA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...