146 - Pergi Mencari Tas yang Hilang

78 25 7
                                    

146 – Pergi  Mencari Tas yang Hilang

Dengan napas yang terengah-engah, Gahyeon naik ke atas bangunan runtuh itu. Bukan benar-benar naik ke bagian atasnya, tapi ia masuk ke dalam bangunan itu melalui jendela terdekat. Karena bangunan ini lebar dan luas, ada sekitar beberapa ruangan yang tidak sampai terendam.

Gahyeon berhasil naik ke jendela dengan beberapa usaha, setelah berhasil naik ia berusaha menarik JiU. Untuk gadis muda yang staminanya terbatas, Gahyeon bisa dikatakan sangat hebat dan luar biasa. Dapat menyelamatkan diri sendiri saja sudah merupakan sesuatu yang bagus, apalagi saat ini ia berhasil membawa JiU bersama dengannya.

“Aku pasti bisa menyelamatkan kita dari situasi ini.” Gahyeon berusaha berbicara saat kedua tangannya sedang berusaha menarik JiU ke daratan.

Gahyeon membawa JiU ke dalam sana. Ia agak heran dan bingung dengan keadaan dan penampilan runagan itu dikarenakan sekarang, sesuatu yang seharusnya menjadi dinding kiri dan kanan sudah menjadi lantai dan langit-langit, sementara lantai dan langit-langit sudah berubah menjadi dinding.

Gahyeon membiarkan JiU terlentang di lantai, ia juga menjatuhkan punggungnya ke lantai lalu memejamkan matanya, rasa lelahnya sudah teramat sangat ia rasakan sehingga ia merebahkan diri di samping JiU yang keadaannya tidak jauh berbeda dengan mayat.

“Kita akan baik-baik saja. Kita pasti bisa melalui semua ini, aku yakin.” Gahyeon tersenyum sambil menoleh ke arah JiU.

Untuk beberapa lama setelah kejatuhan reruntuhan, tidak ada suara apa-apa lagi di sekitar sana, tidak ada tanda-tanda akan kemunculan para robot yang mengejarnya menandakan jika mereka pastilah ikut hancur bersama dengan ledakan sebelumnya.

Dengan ini, Gahyeon sudah tidak memiliki persediaan senjata apa-apa lagi. Semua senjatanya sudah habis digunakan. Jika ada bahaya lain yang mendekatinya, ia hanya bisa melarikan diri saja.

Untuk beberapa lama Gahyeon beristirahat hingga waktu bergerak maju, langit sudah mulai terang dan gerimis semakin mengecil saja, yang turun dari langit hanya berupa butiran-butiran air kecil saja.

“Benar juga, aku harus mencari laptop dan sepatuku. Kakiku sakit jika tidak memakai sepatu.” Gahyeon perlahan bangkit duduk, ia teringat dengan barang-barang yang dirinya lemparkan pertama kali ke dalam air. Tampak jika punggungnya tidak kotor, sepertinya kotoran pada lantaiーatau sebelumnya masih berupa dindingーitu sudah dibersihkan oleh terjangan air saat banjir sebelumnya.

Gahyeon perlahan beranjak berdiri, ia yang sejak tadi tidak memedulikan cedera yang dirinya dapatkan tidak sadar jika semua cedera pada tubuhnya sudah lenyap, ia sudah memulihkan diri dengan cepat. Punggung tangannya tampak bersih mulus tanpa ada luka yang harusnya memperlihatkan tulangnya setelah memukul kepala robot.

“Kakak, aku akan mencari barang-barang kita, aku tidak akan lama pergi. Tunggulah di sini.” Gahyeon berpamitan lalu kembali berjalan melewati jendela, kemudian ia memandangi keadaan sekitar sana.

Sepertinya air banjir mulai surut, karena setelah langit terang, ia dapat melihat dengan jelas ada banyak reruntuhan dan bangunan runtuh yang timbul, bukan hanya itu saja, ada banyak kendaraan dan sampah lainnya yang timbul dari dalam air, meski itu hanya sebagian kecil saja.

Gahyeon juga melihat jika jarak tempatnya berada dengan bangunan gedung yang sebelumnya mereka tempati tidak terlalu jauh, kurang dari lima puluh meter saja.

“Jika seperti ini, aku tidak perlu berenang di dalam air kotor lagi, aku bisa melompati semua itu.” Gahyeon memandangi segala yang timbul dari genangan air. Cukup ajaib jika kendaraan dan reruntuhan yang timbul tampak cukup berdekatan sehingga meski dirinya tidak memiliki kemampuan yang hebat seperti gadis lain, tapi ia pasti cukup mampu melompati semua itu.

Gahyeon memulai dengan melompat menuju ke arah bongkahan reruntuhan yang cukup besar dan lebar. Usahanya berhasil meski alas kakinya terasa tak nyaman dan sedikit sakit karena tidak dibalut oleh sepatu, ia berhasil mendarat dengan posisi berdiri.

“Aduh, agak sakit tapi sepertinya aku akan berhasil melakukannya.” Gahyeon berucap pelan, kemudian ia melanjutkan dengan melompat ke arah bongkahan lainnya. Sekitar sepuluh bobgkahan reruntuhan telah berhasil ia lewati tanpa adanya kendala. Ia berhenti di sana lalu pasang matanya menyisir ke arah sekitar sana coba mencari keberadaan barang-barang tersebut.

“Di mana tas-tas itu ya? Apa mungkin mereka tenggelam saat bongkahan batu tadi jatuh. Ah!  Ini gawat!” Gahyeon meneriakan dua kata terakhir sambil mengacak rambutnya yang agak basah.

“Jika tahu akan begini akhirnya, tidak akan kulemparkan tas-tas itu duluan!” Gahyeon merasa kesal pada dirinya sendiri. Tadi memang ia berada dalam situasi yang panik sehingga tidak ada waktu baginya untuk banyak berpikir, ia melakukan hal-hal tadi secara refleks karena didorong rasa panik.

“Aku bodoh, aku ceroboh, aku bodoh, aku ceroboh.” Gahyeon meringis memegangi kepalanya lalu ia berjongkok di sana. Gerakannya sangat tepat karena saat bersamaan ia berjongkok, ada sosok makhluk yang melompat keluar dari dalam air melintas tepat di atas kepalanya, air menciprat di sepanjang jalur lompatannya, tentu saja ada air yang mengenai Gahyeon juga.

Makhluk itu membuka rahangnya lebar-lebar berniat menyambar Gahyeon, hanya saja sasarannya malah menghindar sehingga makhluk itu hanya menangkap udara sebelum tubuhnya kembali masuk ke dalam air. Sebenarnya jika Gahyeon tidak berjongkok saat itu juga, mungkin ia sudah diterkam dan dicabik oleh sosok monster yang barusan melompat itu.

“Eh? Kupikir baru saja ada yang melintas di atas kepalaku deh.” Gahyeon berhenti meringis dan menggerutu, ia membuka matanya karena merasa baru saja ada yang melintas tepat di atas kepalanya. Untuk meyakinkan diri, ia menoleh ke belakang, Gahyeon berdiri lalu mencondongkan tubuhnya ke arah air.

“Sepertinya itu baru masuk ke sini.” Gahyeon memiringkan kepala coba mencari sosok yang baru saja lewat, ia bahkan bergerak ke samping kanan dan kiri siapa tahu makhluk itu terlihat olehnya. Karena tidak menemukan apa-apa, Gahyeon kembali menegakkan badannya lalu menggaruk kepalanya. “Sepertinya aku hanya berha .... Aaahhhh!” Gahyeon tak melanjutkan ucapannya saat sosok monster itu keluar dari air melompat lurus ke atas. Gahyeon yang kaget langsung jatuh dengan pantat mendarat terlebih dulu. Jika saja ia masih membungkuk dan mencondongkan badannya, maka saat ini mungkin hanya setengah bagian badannya yang masih tersisa. Sosok itu kembali ke dalam air meninggalkan Gahyeon yang menganga terkejut.

“Barusan itu ... barusan itu ... itu manusia ikan!” Gahyeon berteriak histeris saat menyaksikan sosok monster itu. Gahyeon tidak memikirkan atau fokus pada kejadian sebelumnya yang dua kali hampir diterkam oleh sosok monster tersebut, hanya karena ia beruntung sajalah dirinya terselamatkan. Meski ia beruntung, tapi sesuatu yang terulang untuk ketiga kalinya terkadang berbeda dengan dua kali yang sebelumnya, mungkin saja untuk ketiga kalinya Gahyeon tidak akan seberuntung sebelumnya.

“Astaga, astaga. Tempat ini tidak aman, ada manusia ikannya.” Gahyeon hendak beranjak berdiri, tapi ia ingat jika monster itu bisa meloncat keluar dari dalam air. Ia segera saja mengurungkan niatnya.

“Tidak,  tidak. Aku tidak boleh berdiri, manusia ikan itu nanti akan langsung menyanbarku. Aku malah akan dijadikan sarapan pagi.” Gahyeon menggeleng dengan ekspresi takut yang jelas.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang