10 – Kekuatan Menjinakkan monster.
JiU melakukan penggunaan autopilot dalam helikopternya, meski sebenarnya hal semacam itu adalah sesuatu yang percuma dan sia-sia saja, karena helikopter mulai jatuh karena beban melebihi kapasitas, hal tersebut dikarenakan oleh beban dari sosok wyvern yang menangkap dan mencengkeram bagian atas helikopter.
Ia segera keluar dan melihat monster terbang itu, JiU merunduk saat makhluk itu akan menggigitnya. Reaksinya tepat pada waktunya, dia menghindar dengan baik.
“Uh, kau lapar? Jangan memakanku!” JiU mundur satu langkah, bagusnya ia memakai sepatu yang terbuat dari bahan karet, tak mudah baginya untuk terpeleset meski keadaan helikopter yang tak stabil dan terus berguncang.
Salah satu wyvern menubruk helikopter tersebut hingga terjadi guncangan hebat, untungnya JiU pandai mempertahankan posisinya. Dia berpegangan erat pada bagian helikopter agar tak terlontar jatuh ke luar sana.
“Uh, saat kubilang ini tak akan mudah, ternyata memang ini tak mudah.” Ia menggerutu kesal. JiU bertepuk tangan untuk mengambil atau tepatnya menarik perhatian si makhluk, keadaan helikopter sudah stabil dan dia dapat melepaskan tangan.
“Hei, lihat ke sini!” JiU coba menarik perhatian si wyvern yang menjadi penumpang gelap helikopternya. Penumpang gelap yang akan membuat helikopter jatuh dan meledak, membuat ia tewas seketika.
Wyvern tersebut mengalihkan tatapannya ke arah JiU. Makhluk itu meraung keras padanya, seolah ingin memperingatkan jika ia berbahaya dan bisa melukai. Sebenarnya gadis itu juga tahu pasti seberapa berbahayanya makhluk ini, tanpa perlu diberitahu juga.
“Jangan berteriak!” JiU memerintahkan, ia mengangkat telunjuknya memberi isyarat larangan. Wyvern berhenti meraung dan masih tampak akan menyerang JiU.
“Jangan mengeluarkan api dan jangan memakanku, aku bukan makananmu. Jadilah anak baik.” JiU berkata dengan tenang dan sesantai mungkin, mengabaikan helikopter yang terus jatuh. Makhluk itu hanya menggeram-geram tampak agak kebingungan.
“Bagus, seperti itu, jadi anak baik dan patuh.” JiU maju dan meraih kepalanya, menepuk-nepuk kulit kasar itu, anehnya si wyvern tak melakukan penyerangan.
“Bagus, bagus. Anak baik.” JiU tersenyum, usahanya berhasil. Dia sendiri tak tahu kenapa memiliki ide dan pemikiran tentang menjinakkan binatang monster semacam ini, dan siapa sangka ide gilanya malah berhasil.
Padahal dia tak memiliki banyak ingatan pada dirinya, hanya ingat nama dan kodenya. Tapi dia seolah memiliki naluri khusus dan tubuhnya tahu apa yang harus dilakukan. JiU menghela napas untuk menguatkan diri, ia mengambil ancang-ancang lalu melompat ke atas leher si wyvern. Tentu saja itu bukan lompatan biasa, dia melompat dengan sudut 180° ke arah atasーkarena wyvern tersebut bertengger di atas helikopter, sementara baling-baling helikopter ada di sisi kanan dan kiri sayap, satu tambahan di ekor.
Wyvern tersebut agak terganggu dan berontak, tapi JiU menenangkannya, ia bahkan coba fokus dan tenang, mereka masih jatuh.
“Tenang anak baik, aku tak akan melukaimu.” JiU menepuk-nepuk makhluk itu untuk menenangkannya, JiU segera terperangah dan memucat saat ia melihat ke daratan, itu hanya beberapa ratus kaki lagi.
“Gawat, aku harus segera pergi dari sini.” Ia menenangkan diri, wyvern tersebut merasakan kegelisahan JiU dan mulai berontak. JiU segera mengerahkan ketenangannya dan meminta si wyvern agar segera terbang.
Beberapa puluh kaki lagi dan wyvern tersebut memilih terbang pada saat terakhir.
Helikopternya hancur membentur reruntuhan bangunan, sementara JiU terbang bebas mengendarai wyvern itu, ia memegangi bagian kepala dengan erat. Bagusnya bagian leher tak ada sisik tajam, hanya keras dan licin saja, setidaknya tak ada bagian tubuh wyvern yang akan melukai paha dan pantatnya.
“Wuuuuuu, ya terus terbang semakin tinggi.” Rasa senang dan berdebar-debar ia rasakan saat mengendarai makhluk terbang yang dapat menyemburkan api ini.
Rambut dan pakaiannya berkibar kencang karena tekanan angin, anehnya ia tak merasa mengalami gangguan penglihatan dan gangguan pernapasan karena tekanan angin yang besar menerpanya, ia sama sekali tampak tak terpengaruh oleh itu semua.
Hal semacam ini adalah pertama baginya, ia benar-benar merasa bebas dan tanpa beban saat merasakan sensasi terbang semacam ini, tentu saja senyum senang terlukis dari sudut bibirnya.
“Ini luar biasa.” Wyvern tersebut menurut dan mengikuti setiap arahan yang JiU berikan padanya, binatang itu benar-benar telah dijinakkan dengan mudah.
Saat-saat senang melakukan penerbangan tak berlangsung lama ketika tiba-tiba saja ada serangan api yang mengarah padanya. Untung saja wyvern yang ia tunggangi manusia mengelak dan bermanuver dengan baik.
“Uh, apa-apaan itu, astaga aku hampir lupa jika masih ada beberapa yang tersisa.” JiU memang melihat ada beberapa wyvern yang tersisa sedang terbang ke arah mereka.
“Teman, kau bisa melakukannya, hajar mereka! Kita habisi semuanya.” Dia segera menepuk-nepuk kepala si wyvern. Makhluk itu meraung keras seolah menanggapi perkataannya.
Wyvern melakukan penerbangan dengan cepat dan berbalik menyerang sesama wyvern lainnya. Mereka segera berhadapan dengan wyvern terdekat, saat api dari semburan salah satu wyvern hendak membakar mereka, makhluk yang gadis itu tunggangi berkelit dan memutar badannya, itu membuat JiU terpelanting, untung saja ia mengapit paha dan memegang dengan sangat erat.
Wyvernnya menggigit leher musuh yang siap menyerang, musuh meraung kesakitan dan coba mencakar-cakar. Tapi usaha itu hanya sia-sia belaka.
“Kerja bagus, jatuhkan dia.” JiU berkata dengan antusias. Wyvernnya segera membanting keras makhluk yang menjadi musuhnya ke arah bawah di mana tepat di sana adalah sebuah gedung tinggi yang bertingkat, tubuh besar itu membentur keras bangunan gedung, bahkan sampai membuat amblas dan merusak beberapa lantai, jelas jika riwayat makhluk itu telah berakhir.
“Satu tumbang, satu lagi tersisa.” JiU memandang seekor wyvern lain yang terbang di udara, seolah menunggu momen untuk melakukan penyerangan.
“Kita lari.” JiU memberi instruksi pada binatangnya, si wyvern merasa paham dan segera terbang ke bawah, lebih rendah dan menghilang di antara gedung-gedung yang jaraknya agak padat.
Wyvern yang menunggu itu tampak linglung karena targetnya melarikan diri, lantas segera melakukan pengejaran. Sesuai dengan apa yang JiU harapkan.
Aksi kejar-kejaran di kota segera terjadi, JiU sengaja memilih wilayah yang memiliki bangunan untuk mengeksekusi makhluk terakhir yang mengganggunya.
Wyvern itu berwarna merah, sisik-sisiknya terlihat amat mencolok, tak seperti wyvern yang ia jinakan di mana sisiknya berwarna coklat gelap.
Beberapa ratus meter jaraknya binatang itu dari mereka, seolah telah menjadi kenalan yang sangat ia kenali dan mereka telah ikatan, JiU dan si wyvern mampu satu pikiran dan melakukan akselerasi bersama, menabrak si wyvern merah dan menghantamkannya ke arah bangunan sampai menembus bangunan itu.
Kaca-kaca yang sudah sebagian besar pecah seketika saja hancur bersama dinding tua yang seketika menjadi reruntuhan karena terhantam tubuh si wyvern merah. Makhluk itu jatuh berguling-guling membentur dan menabrak segala hal yang ada di dalam ruangan itu, satu dinding di dalam sana sampai runtuh, JiU membawa dan mendorong binatang peliharaannya masuk ke sana.
Saat mereka berada di dalam ruangan besar, dua binatang itu saling meraung, berlomba sekerasnya mengalahkan suara raungan satu sama lain, sayap mereka susah untuk bergerak karena ruangan ini tampak kecil dan terbatas.
“Bakar dia.” JiU memberi perintah, maka wyvern itu maju dan menyerang, melepaskan cakaran dan gigitan, si wyvern merah tampak tak memiliki banyak perlawanan setelah beberapa kali banyak terluka, dia terlempar lagi setelah wyvern coklat menggigit dan melontarkannya hingga membentur dinding.
Wyvern coklat menembakkan api yang sangat besar.
“Bagus, bakar terus makhluk itu. Kau bisa melakukannya!” Dia berteriak keras dan bau gosong mulai tercium. Itulah akhir dari kehidupan si wyvern merah. Maka JiU terbang pergi dengan penuh kemenangan.
“Oke, berikutnya apa yang harus kulakukan?” Dia bertanya-tanya, sebenarnya dia tak benar-benar memiliki rencana setelah berhasil melarikan diri. Bahkan dia sama sekali tak mengenal lingkungan dan keadaan tempat ini.
“Ini adalah kota mati, sepertinya sudah ada bencana alam yang melanda, sudah ditinggalkan sejak lama. Lalu kenapa aku ada di sini?” JiU bergumam saat memandangi keadaan kota, berada di atas sana membuat pemandangan tampak lebih jelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...