Siyeon terbangun ketika mendengar suara berderak dari senjata. Ia membuka mata dan melihat SuA yang sedang bersiap-siap. Siyeon ingat jika beberapa waktu yang lalu ia bertemu dengan gadis itu, memang belum sampai satu hari, tapi rasanya ada kedekatan yang lebih terjalin antara mereka. Dan ya, sebelumnya mereka sudah tidur dj tempat yang sama dikarenakan tempat istirahat yang terbatas.
Keduanya sudah sepakat jika mereka akan bergerak pada malam hari, jika SuA sudah bangun, berarti dapat ini sudah malam hari. Melihat ada pergerakan dari Siyeon, SuA menoleh sesaat padanya.
"Kau sudah bangun? Waktunya kita pergi." SuA mempersiapkan senjatanya, seperti seorang tentara yang siap berperang. Siyeon meregangkan badannya dan beranjak duduk.
"Ini sudah malam?" tanyanya. Tatapannya masih agak mengantuk.
"Ya, cuci muka sana dan siap-siap," kata SuA tanpa banyak bicara lagi. Ia menyiapkan peluru dan beberapa pistol genggam yang siap ditembakkan. Beberapa detik kemudian Siyeon kembali dan bersiap-siap.
"Kenapa kau tampak siap untuk berperang?" tanya Siyeon ketika melihat SuA yang mempersiapkan segalanya. Pada saku jaket tersimpan geranat dan bom kecil.
"Setelah bangun di kota sialan ini, apa kau belum pernah keluar malam-malam?" tanyanya. SuA bukannya memberikan jawaban, ia malah balik bertanya. Arah tatapannya tertuju pada gadis dengan bibir seksi itu. Siyeon menggelengkan kepalanya pelan.
"Pantas saja. Dengar, setiap malam, kota akan dipenuhi monster pemburu. Kita mungkin akan memerangi mereka. Semua ini sangat kita perlukan."
"Benarkah?"
"Ya," balas SuA dengan anggukan. "Aku sudah pernah melihat mereka, sepertinya setiap malam, kota ini akan dipenuhi monster pemburu." Ia mengimbuhkan.
"Oh, apakah itu salah satu monsternya?" Siyeon menunjuk ke arah jalan masuk, di mana terdapat seekor makhluk tinggi dengan kaki empat memandang tajam pada mereka. SuA dengan gerakan cepat langsung mengarahkan pistol pada makhluk itu dan melepaskan tembakan, pelurunya tepat mengenai kepala makhluk itu, satu peluru langsung menewaskannya.
"Ya, itu salah satunya." Ia menyahut setelah melepaskan tembakan, bisa dikatakan jika gayanya keren saat itu.
"ooow, tembakan yang bagus," puji Siyeon.
"Kali ini aku tak akan meleset lagi."
"Aku juga tak akan tertembak lagi kok."
"Bagus, ambil." SuA menyerahkan satu pistol kepada Siyeon dengan melemparkannya ke arah gadis itu lalu berjalan memimpin, Siyeon menangkapnya dan mengekor. Mereka segera meninggalkan tempat itu dan melewati mayat si monster.
"Kukira aku yang harus jalan di depan." Siyeon segera angkat bicara, hal itu membuat langkah SuA terhenti dan ia berbalik memandang pada Siyeon.
"Kenapa? Kenapa harus?" tanyanya yang meminta alasan.
"Bukan meninggikan diri dan menyepelekanmu, tapi aku punya insting yang kuat dan refleks yang tak bisa diremehkan. Kau juga sebenarnya akan jauh lebih cocok melindungi dari belakang dengan senjata itu." Siyeon berbicara senyaman mungkin. Mendengar itu, SuA mengangguk-angguk paham.
"Masuk akal juga. Kalau begitu silakan di depan, aku akan melindungimu." SuA berbicara sambil memberi jalan pada lawan bicaranya.
"Terima kasih." Siyeon mendahului SuA berjalan. SuA mengeluarkan satu pistol lagi sehingga ia menggenggam dua pistol sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...