176 – Mendapatkan Informasi
“Ya sudahlah, lupakan.” Dami paham apa maksud dari yang Gahyeon sampaikan. Mungkin saja jika dijelaskan lebih panjang, bahasa pemrograman yang akan dikeluarkan oleh Gahyeon, sementara ia sendiri tidak memahami mengenai hal tersebut.
“Pertanyaan mengenai kemampuanmu, kenapa kau tidak melakukannya sejak tadi? Kau bisa melakukannya sejak pertama kali kehilangan benda itu.” Dami bergumam pelan.
“Aku lupa.” Gahyeon hanya tersenyum tanpa dosa.
“Astaga, kenapa dia begitu bodoh?” tanya Dami dalam benaknya.
“Yang benar saja? Aku yakin kau bukan pelupa.” Dami jelas tidak percaya, ia kembali memandang Gahyeon dengan kesal.
“Tadi itu keadaan genting, mana bisa aku mengingat hal ini?” Gahyeon menegaskan jika dia benar-benar lupa.
“Dia berdalih.” Dami berucap dalam benaknya. Ia merasa yakin jika Gahyeon bukan orang yang pelupa, hal sepenting itu jelas tidak akan dirinya lupakan, terlebih ketika keadaannya dalam bahaya.
Selama beberapa menit lamanya, Dami memikirkan penyusunan kalimat atas pertanyaan-pertanyaan yang akan dirinya ajukan pada Gahyeon. Ia tidak ingin adu mulut terjadi lagi seperti sebelumnya, rasanya itu melelahkan dan membuatnya agak kesal.
Karena Dami tak kunjung bicara juga, Gahyeon memeriksa laptopnya. Ia pemasaran mengapa bisa drone yang ia gunakan untuk penjagaan selama malam tadi kini bisa kembali. Seperti biasa, JiU yang penasaran dengan laptop Gahyeon, ia berada di belakang gadis itu sambil menaruh dahunya pada pundak kanannya. Sementara kedua tangan JiU melingkar di perutnya.
Hanya memerlukan sedikit usaha untuk membuat laptop anehnya menyala, tampilan menu awal segera terpampang di sana.
“Wah, menyala.” JiU terpukau oleh sesuatu yang bisa dibilang terlihat biasa saja.
“Baiklah, ayo kita lihat apa yang bayiku dapatkan.” Gahyeon menggumam sendirian, kalimatnya tidak secara khusus mengajak siapa pun, tapi JiU mengartikan jika Gahyeon mengajaknya untuk melihat bersama.
“Ayo!” JiU berteriak sambil mengangkat tinju kanannya. Tentu saja karena bibirnya tepat di samping telinga Gahyeon, suaranya membuat Gahyeon sakit telinga.
“Aahhh! Kakak, jangan berteriak di dekat telingaku.” Gahyeon menggosok-gosok telinganya yang agak berdenging.
“Ehehehe, maaf. Ayo.” JiU mengulang seruannya dengan bisikan.
“Itu lebih baik.”
Gahyeon kemudian mengetik tombol keyboard digital tersebut. Ia membuka file yang secara otomatis terkirim ke dalam laptopnya. Drone yang terhubung dengan kabel itu bukan sedang mengisi daya, tapi menyimpan data yang didapat dari rekamannya.
Pada saat itulah tampak muncul satu file yang sudah Gahyeon duga kemunculannya. Ia langsung mengetikkan beberapa huruf berbentuk aneh seolah sedang memecahkan password yang terdapat pada file tersebut.
“Ini ... jika tidak salah ....” Gahyeon terus mengetik dengan gerakan jari yang cepat hingga lima detik kemudian, tampilannya segera berubah menandakan jika ia berhasil membuka folder. “Berhasil.”
Setelah tampilan berubah, banyak huruf-huruf aneh bertebaran di layar. Pasang mata Gahyeon bergerak cepat, sementara jari-jarinya membuat huruf-huruf di sana bergerak juga. Sudah jelas meski bentuk huruf-huruf di sana rumit, ia dapat membacanya dengan baik.
“Ya ampun, mataku sakit. Aku tidak bisa mengikuti gerakan huruf-huruf itu.” JiU segera menjauh mundur. Sementara Gahyeon yang sedang fokus tampak tidak memedulikannya. Ia terus mengamati susunan huruf-huruf tersebut.
“Ini ... ternyata tidak hanya di sekitar sini sana ada robotnya, di tempat lain juga banyak robot yang sedang beroperasi, mereka diperintahkan untuk membawa sesuatu yang ... apa ini? Aku tidak memahaminya.” Gahyeon tiba-tiba berbicara mengenai suatu situasi, jelas yang sedang dirinya bicarakan adalah situasi yang terjadi di tempat SuA berada.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Dami.
“Kita semua, sedang dicari. Tapi aku sudah melindungi kita dengan sesuatu yang memblokir pelacakan. Di tempat lain juga, ada benda yang dinamakan Aesperra Drealleadr yang sedang dicari.”
“Apa? Apa dari benda itu kau mendapatkan informasinya?” tanya Dami yang langsung dijawab dengan anggukam oleh Gahyeon. “Bagaimana caranya?”
“Itu rumit untuk dijelaskan, intinya, bayiku tidak sengaja menyadap perintah yang dikirim pada robot-robot yang kemarin menyerang kami.”
“Lalu benda apa yang namanya Aesperra Drealleadr ini?” tanya Dami lagi. Nama itu jelas nemarik perhatiannya.
“Aku tidak tahu. Hanya informasi itu saja yang kudapatkan.”
“Ini tidak membantu apa-apa.” Dami menggaruk kepalanya karena mendengar sesuatu yang rumit dan bisa dibilang tidak berguna. Hanya saja ia sedikit terkesan karena drone milik Gahyeon mampu melakukan itu, terlebih lagi pemiliknya, sepertinya ia memiliki banyak informasi yang berguna sehingga sebelumnya dengan percaya diri ia menawarkan informasi.
“Aku masih bingung, kenapa kau masih hidup?” Kini giliran JiU yang mendapat pertanyaan dari Dami. Karena pertanyaan itu teelontar secara tiba-tiba, JiU hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya. Ia tidak bisa langsung menanggapi pertanyaan yang Dami lontarkan.
“Tidak ada yang mengatakan jika kakakku mati bukan?” Gahyeon balas bertanya pada Dami yang membuat gadis itu menggeleng.
“Bukan itu yang kumaksud,” katanya karena tahu jika Gahyeon salah tanggap.
“Oh, kamu ingin tahu cara kerja tubuhku?” tanya JiU yang langsung paham dengan maksud pertanyaan Dami. Dami hanya mengangguk saja sebagai jawaban.
“Soal itu. Emm ... ketika energiku dalam keadaan kritis, secara otomatis tubuhku akan melakukan hibernasi, aku hanya akan menggunakan sisa energiku pada organ yang penting saja. Ini juga berguna menahan dingin dan memperlambat metabolismeku. Aku akan melindungi suhu tubuhku dengan sisa energi dan lemak yang ada di dalam tubuhku, paru-paruku juga bergerak selama lima menit sekali, meski keadaan kedap udara atau aku terkurung di dalam air, aku masih bisa tidak bernapas selama lebih dari setengah jam.”
“Begitu rupanya, masuk akal juga.” Dami mengangguk sambil bergumam. Dami mengangkat wajah memandang JiU. “Mode hibernasimu sangat luar biasa. Meski sebenarnya itu membuatmu seperti mayat.”
“Aku tidak mengerti.” Gahyeon menggaruk kepalanya sambil memandang JiU dan Dami secara bergantian. Entah mengapa, untuk urusan seperti ini, Gahyeon tidak mampu mencerna semua informasi dengan baik, ia hanya mampu menerima informasi yang berhubungan dengan teknologi. Padahal otak Gahyeon bekerja dengan baik, berbeda dengan JiU yang daya tanggap dan daya tangkapnya memang lambat.
“Tunggu, kau, melakukan metabolisme?” tanya Dami yang baru sadar atas perkataan JiU sebelumnya.
“Ya. Aku masih berkeringat.” JiU tidak menghilangkan senyumnya saat menjawab pertanyaan dari Dami. Entah sudah kebiasaannya atau ia suka membagikan hal-hal yang dirinya ketahui. Karena Gahyeon akan pusing dan sakit kepala, maka JiU senang saat ada seseorang yang penasaran mengenai hal-hal yang dirinya pahami, dengan senang hati ia akan menjawab.
“Lalu kenapa bisa tubuhmu malah menyerap energi panas? Apa itu suatu kemampuan khususmu?” Hal ini menjadi rasa penasarannya juga. Tubuhnya mampu menyerap energi dari sesuatu di sekitarnya, tapi hal ini sepertinya berbeda cara kerja dengan tubuh JiU.
“Soal itu aku susah menjelaskannya. Mungkin juga kamu tidak akan memahaminya.”
“Ya sudahlah, lupakan.” Dami tahu jika JiU memiliki kekurangan. Hanya dalam beberapa lama melihatnya saja. JiU cenderung lebih sedikit berbicara, itu dikarenakan kemampuan otaknya yang lambat dalam menanggapi sesuatu. Ia juga tampak polos dan mudah penasaran terhadap sesuatu. Dami juga sadar jika JiU hanya memiliki pengetahuan terhadap beberapa bidang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...