188 – Sangat PentingKedatangan JiU yang bisa dibilang sangat terlambat itu jelas membuat perhatian keduanya tertuju pada gadis berambut kemerahan itu, apalagi ia terlihat tampak kelelahan seolah sudah bergerak cukup jauh. Padahal jarak antar tempat mereka beristirahat dan tempat ini tidak jauh.
“Kakak, kau dari mana saja?” tanya Gahyeon, sepertinya ia baru sadar jika sejak tadi JiU tidak bersamanya. “Kenapa kakak baru datang?” Gahyeon segera berjalan mendekatinya.
“Oh, tadi ada seseorang yang memindahkan tiangnya, jadi aku menabraknya. Tapi aku baik-baik saja.” JiU menjawab dengan senyuman khasnya. “Setelah itu aku tersesat beberapa kali, maka dari itu aku terlambat.”
“Sungguh? Apa tidak ada yang luka? Ada yang sakit.” Gahyeon langsung memeriksanya, ia seperti takut terjadi sesuatu pada JiU.
“Aku baik-baik saja. Omong-omong airnya pergi ke mana?” JiU langsung menanyakan itu saat ia melihat lantai es yang menjadi tempat Gahyeon dan Dami berpijak. Gahyeon melepaskan tangannya dari JiU, ia kemudian melihat ke arah bawah sambil mengentakkan kakinya pelan.
“Oh, ini, air banjirnya membeku.” Ia menjawab sebelum kembali mengangkat wajah memandang JiU lagi.
“Membeku itu apa?” tanya JiU yang tampak tak paham meski sudah ada contohnya di hadapan matanya.
“Saat cairan berubah menjadi padat, itu namanya membeku.” Gahyeon seperti biasa, ia dengan senang hati memberi penjelasan singkat.
“Oh.” Setelah itu, JiU kemudian berjongkok, ia memandang air yang sudah menjadi es.
“Oh, aku ingat istilah ini. Perubahan wujud suatu benda. Uh, kenapa ini sangat dingin?” JiU menyentuh es itu dengan telunjuknya.
“Apa yang kau butuhkan?” Dami langsung memotong obrolan mereka yang bisa dibilang sangat membosankan. Obrolan mereka sama dengan percakapan anak-anak.
JiU dan Gahyeon langsung mengalihkan tatapan mereka pada Dami, JiU yang tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan tidak bertanya apa-apa, ia agak bijak dengan menunggu mereka selesai berbicara.
“Aku ingin kau membantu kami mencari keberadaan kakakku.” Gahyeon langsung mengajukan apa yang dirinya inginkan, tentu saja hal ini sudah menjadi perkiraan Dami. Gahyeon kemarin sudah bercerita mengenai apa yang terjadi pada mereka, tentu saja Yoohyeon yang tak kunjung kembali rasanya agak aneh dan perlu dkselidiki.
“Wanita katana itu. Maaf, aku malas melihatnya dan tidak ingin berurusan lagi dengannya.” Dami menggeleng menolak keinginan Gahyeon. Pertemuannya dengan Yoohyeon terakhir kali bukan sesuatu yang nyaman untuk diingat, mereka terjadi pertarungan yang berakhir pada kekalahan Dami dan Handong.
“Aku mohon!” Gahyeon hendak melakukan serangan seperti sebelumnya, tapi kali ini Dami lebih siap dan sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Gahyeon. Dami menghindar lagi, kali ini ia tidak akan tertangkap seperti kemarin ketika mereka bertemu lagi.
“Dengar, mungkin saja aku tidak tahu apa tujuanku ada di sini, tapi meski begitu aku tetap bukan teman kalian, aku tidak memiliki urusan apa-apa dengan kalian. Jadi jangan pernah berharap dan mengandalkanku.”
Untuk sesaat, Gahyeon tidak berbicara. Dami berpikir jika ucapannya sudah jelas dan dapat dimengerti, gadis di hadapannya tidak akan meminta apa-apa lalu membiarkannya pergi. Sayang sekali apa yang ia pikirkan salah karena tiba-tiba saja gelagat Gahyeon berbeda.
“Lalu untuk apa kamu memiliki kekuatan? Untuk apa kamu memiliki status sebagai guardian tapi kamu sendiri tidak melakukan tugas kamu?” tanyanya membuat Dami terkejut.
“Bagaimana kau tahu itu?” tanya Dami. Seingatnya ia tidak menceritakan mengenai biodata yang dirinya ketahui. Bagaimana bisa gadis di hadapannya bisa tahu tentang itu?
“Semua biodatamu ada di sini, aku tahu dari sini.” Gahyeon menunjukkan layar laptopnya.
“Aku jadi benci dengan benda itu.” Dami berdecak kesal, ia kemudian mengembuskan napas. “Intinya, karena kita tidak saling mengenal dan tidak memiliki hubungan apa-apa, aku tidak punya hak dan kewajiban apa-apa pada kalian.”
“Bagaimana jika kita saling mengenal?” tanya Gahyeon tiba-tiba.
“Apa?”
“Kita semua hilang ingatan, banyak hal mirip mengenai kondisi kita semua. Tidak mungkin kita hilang ingatan dan bangun di kota secara kebetulan. Kakak es juga sama, kita semua memiliki keadaan yang sama. Apa menurutmu itu tidak aneh?” tanyanya setelah memaparkan hal-hal yang dirasanya agak janggal dengan kejadian ini.
“Benar juga.” JiU menyetujui, tapi Dami tidak menanggapi apa-apa. Mengenai itu, ia sudah memiliki opininya sendiri.
“Bagaimana jika sebelum hilang ingatan, kita saling mengenal satu sama lain, maka dari itu kita memiliki kondisi yang sama?” kata Gahyeon lagi, ia mempertegas kalimat sebelumnya, sekali lagi, Dami tidak menanggapi, kali ini Dami tampak bingung harus membalas dengan mengatakan apa.
“Kamuーkita semua tidak semata memiliki status tanpa alasan. Kamu adalah guardian bukan tanpa alasan.”
Dami menggaruk kepalanya, ia yang memang jarang berbicara agak susah beradu mulut dengan Gahyeon, apalagi kali ini pembahasannya agak lebih dalam karena ini mengenai identitas dan alasan dari situasi ini bisa terjadi.
“Aku mohon, hanya sampai kami menemukan kakak es saja.” Gahyeon kembali memelas meminta bantuan pada Dami.
“Ke mana perginya sikap kekanakanmu? Bagaimana bisa sekarang kau tampak dewasa dan normal.” Dami menggumam dengan ketus, ia memggaruk tengkuknya dengan tangan yang bebas.
“Aku tidak paham dengan apa yang kamu katakan. Aku selalu seperti ini.” Gahyeon kembali ke dalam mode polosnya.
“Apakah dia sepenting itu bagimu?” tanya Dami lagi, ia tidak memedulikan ekspresi Gahyeon.
“Penting, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat ....”
“Cukup!” Dami langsung menyela. “Membuat satu kata menjadi banyak tidak berarti menandakan penekanan dan ketegasan.”
“Jadi, kamu mau membantu?” tanya Gahyeon yang ingin memastikan. Untuk sesaat Dami tidak menjawab, sepertinya ia merasa agak berat untuk menerima tawaran yang Gahyeon ajukan.
“Huh, ini sangat merepotkan.” Dami kemudian memandang Gahyeon. “Kita sepakat, tapi aku memiliki beberapa syarat.”
“Apa itu?”
“Jangan banyak bicara denganku, kalian mengoceh saja berdua. Jaga jarak denganku, aku mungkin tak sengaja memukul kalian dengan ini. Lalu yang terakhir, jangan membuatku melakukan sesuatu yang aneh-aneh dan tidak perlu.” Dami langsung mengutarakan apa-apa saja syaratnya.
“Sepakat!” JiU dan Gahyeon bergerak serempak. Mereka langsung memandang satu sama lain lalu tersenyum manis.
“Perlu kutegaskan satu hal, kesepakatan kita sampai kalian bertemu, tugasku hanya memastikan kalian selamat sampai itu terjadi, di luar hal itu bukan tanggung jawabku. Setelah tugasku selesai, akan kutagih bagianku.”
“Baik, aku akan mengingat itu semua, aku janji akan memberikan apa yang kau butuhkan.”
“Bagus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...