198 - Kota yang Dilapisi Lantai Es

103 25 14
                                    

198 – Kota yang Dilapisi Lantai Es

Benturan itu bukan apa-apa baginya, itu tidak memberikan cedera apa-apa bagi Handong, ketika tubuhnya membentur dengan keras, kedua tangannya bergerak secara refleks.

“Sialan!” Handong mengumpat, secara cepat ia langsung memegang bibir jurang dengan kedua tangannya sementara salju terus menyerang dan memukulnya, terjangan salju berusaha mendorongnya pergi dari sana. Ia menggunakan perisainya saat itu juga, tapi itu hanya melindunginya dari hantaman, sementara daya dorong dari hantaman secara perlahan merusak bebatuan yang dirinya pegang.

Badai yang kuat dan keras menyerang tubuhnya, Handong masih kuat menahan serangan dari terjangan badai, sayang sekali bibir jurang sangat rapuh dan rusak saat terkena terjangan badai dan Handong yang berusaha menahan tubuhnya agar tak terempas badai.

“Bebatuan sialan!” Handong berteriak sekeras mungkin saat ia kehilangan pegangan. Ketika tubuhnya kembali tergulung dan terempas oleh badai, saat itulah tiba-tiba SuA keluar dari bawah jurang lalu meraihnya.

Kemunculan SuA benar-benar tepat pada waktunya, SuA tertahan oleh sebuah tali yang mengikat pinggangnya, hal itu membuatnya mampu mempertahankan tubuhnya agar tidak terempas oleh badai. Kedua tangan SuA memegang tangan kanan Handong dengan erat, tapi tampaknya itu tidak cukup karena kuatnya badai yang mendorong tubuh Handong.

“Kau!” Handong berteriak saat menyadari jika yang menahan dan memegang tangannya adalah SuA, suaranya yang teredam amukan badai membuatnya harus berteriak.

“Pegang tanganku yang kuat!” SuA berteriak saat kedua kakinya bergerak berusaha menyeret tubuh Handong menuju jurang. Ia tidak bisa mempertahankan pegangan tangannya, Handong harus balas memegang tangan SuA agar ia tidak terlepas.

“Sebenarnya aku jijik memegang tanganmu, tapi tidak ada pilihan.” Handong balas mencengkeram lengan SuA agar pegangan mereka tidak terlepas.

“Terima kasih kembali, senang bisa membantu.” SuA membalas dengan nada yang sarkastis. Ia lanjut berusaha menarik Handong ke bawah sana, kedua kakinya beberapa kali terseret saat berada di bibir jurang yang rawan.

Perlu beberapa usaha, tapi pada akhirnya SuA berhasil menarik Handong ke bawah jurang, SuA ternyata menggunakan sulur akar lentur yang terdapat pada sepanjang jurang untuk menahannya agar tidak terbang terbawa badai.

Keduanya jatuh secara bersamaan, mereka membentur lantai es yang menjadi alas jurang yang kedalamannya hampir sepuluh meter itu. Tali berupa sulur akar itu diputus oleh SuA sehingga keduanya bisa jatuh secara bersamaan.

“Lantai es, ada aliran air di bawah sini ternyata.” Handong secara perlahan berdiri, pasang matanya menyaksikan lantai es yang keras itu. Sementara SuA mendongak ke atas sambil melepaskan sisa sulur yang mengikat tubuhnya.

Seperti yang SuA katakan, badai hanya maju menyeberang jurang, tidak ada salju yang jatuh ke bawah sana. Ketika SuA melihat ke atas sana, badai bergerak menyeberang melewati celah yang agak sempit ini.

“Kita aman di sini?” tanya Handong yang juga mendongak melihat badai yang menyeberang di atas sana.

“Kurasa tidak, tak lama lagi celah ini akan diserbu salju.” SuA menjawab lalu menurunkan kepalanya. Handong juga melakukan hal yang sama, ia memandang SuA.

“Kalau begitu kita cari atau buat tempat perlindungan sebelum itu terjadi.”

“Sebenarnya aku berniat menyusuri jurang ini.”

“Untuk apa?”

“Mencari jalan lain. Aku akan pergi ke hulu.” SuA segera berjalan menyusuri jurang itu, Handong menyusulnya dari belakang.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang