171 - Pertarungan Brutal

87 26 30
                                    

Warning!

Adegan kali ini mengandung unsur kekerasan karena pertarungan yang brutal. Untuk kalian yang di bawah umur, aku gak menyarankan baca ya.

***

Sebenarnya SuA benar-benar tidak memiliki minat untuk bertarung dengan Handong, tapi Handong sangat memaksa sampai ia nekat menyerang SuA. Padahal SuA sendiri tak pernah mengingat dan memikirkan apa-apa saja mengenai pertemuannya dengan Handong tempo hari, yang ia tahu dirinya pernah bertemu dengan Handong.

Saat ini SuA terlalu memikirkan Siyeon sehingga hal lain sama sekali tidak ada di dalam kepalanya. Siyeon memiliki energi yang tinggal sedikit, ia sudah melewati banyak pertarungan tanpa mengisi ulang tenaga dan energi, musuh yang mengejarnya juga banyak, bagaimana caranya Siyeon akan melawan semua itu dengan kemampuannya yang terbatas?

Ketika memikirkan semua itu, SuA benar-benar ketakutan, ia sangat takut jika ini adalah perpisahan selamanya dengan Siyeon. Gadis itu bisa saja tewas karena serbuan banyak musuh.

“Aku benar-benar tidak punya waktu untuk menanggapi dirimu, tinggalkan aku sendirian!” SuA yang kesal karena Handong susah dienyahkan segera saja melarikan diri dari hadapan Handong.

“Tidak semudah itu kau melarikan diri dariku.” Handong mengeluarkan energinya yang sontak saja menghasilkan tekanan angin, tekanan yang membuat semua debu dan kotoran dari reruntuhan enyah darinya, kemudian ia memungut sebongkah reruntuhan seukuran kepala lalu melemparkannya ke arah SuA.

Karena tidak menyangka akan mendapatkan serangan berupa sambitan, SuA terkena telak hingga membuatnya jatuh seketika.

“Dia ... benar-benar menyebalkan.” SuA yang jatuh dalam keadaan tengkurap segera saja menggulingkan tubuhnya, bersamaan dengan itu kaki kanan Handong menginjak keras tempat SuA sebelumnya berada.

SuA yang lolos dari injakan langsung meraih bongkahan reruntuhan kecil lalu melemparkannya ke arah kepala Handong, sayang sekali itu dapat dihindari dengan mudah oleh Handong. Tak berhenti di situ, Handong langsung menendang tubuh bagian samping SuA hingga membuat gadis itu terlempar sejauh beberapa meter.

SuA yang buru-buru beranjak berdiri setelah mendarat dengan kasar langsung disambut dengan pukulan oleh Handong. SuA langsung terpelanting jauh setelah menerima pukulan dari Handong.

“Sepertinya kau hanya sampah tanpa senjatamu. Pertarungan ini sangat membosankan jadinya.” Handong melompat ke hadapan SuA yang sesegera mungkin kembali berdiri.

“Untungnya aku suka menghajar seseorang sampai mati.” Handong mengambil ancang-ancang untuk memukul, Saat SuA mengangkat tangan untuk menyambut serangan dengan pukulan lagi, tiba-tiba Handong sudah menangkap wajah SuA lalu mendorong membenturkan kepala SuA dengan keras ke jalanan.

“Tentu saja, aku juga suka menyiksa wanita gemuk menyerupai kerbau sepertimu.” Handong tersenyum jahat, SuA berusaha melepaskan diri dengan cara meronta bahkan berusaha mencoba melepaskan tangan Handong dari wajahnya. Sayang sekali usahanya gagal, selain cengkeraman pada wajahnya yang terlampau kuat, SuA tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan perlawanan.

“Berhenti berontak, dungu!” Handong membentak sambil mengangkat kepala SuA setinggi satu meter sebelum dengan jahatnya membenturkannya lagi ke jalan dengan keras. SuA tentu saja merasa kesakitan, tapi ia tidak pernah menjerit meski tubuhnya dilukai.

Handong tidak berhenti, ia melakukan itu sampai tiga kali sebelum jalan bekas hantaman retak dan rusak juga diwarnai darah dari kepala SuA. Sementara SuA yang merasa sakit dan pusing pada kepalanya tampak lemas, ia berhenti berontak dan bergerak.

“Akhirnya diam juga. Huh, kau masih bernapas ternyata.” Handong masih merasakan adanya napas dari hidung SuA. Ia menyeringai jahat saat melihat darah menetes dari kepala SuA. Setelah itu ia melihat kubangan lumpur tak jauh dari sana. Seperti yang diceritakan sebelumnya, daerah sana adalah bekas banjir yang airnya tiba-tiba saja surut entah apa penyebabnya. Dari sisa banjir itu banyak lumpur basah yang tersebar di seluruh penjuru.

“Oh lihat, aku lupa jika di sini banyak lumpur.” Handong kemudian memandang SuA. “Bagaimana jika kita perbaiki dandanan wajahmu.” Handong melepaskan wajah SuA lalu menarik kakinya, menyeret tubuh SuA ke kubangan lumpur terdekat.

“Sakit, ini sangat menyakitkan.” SuA memandang langit gelap yang tampak akan menurunkan hujan. Ia bergeming meski tubuhnya diseret kasar oleh Handong.

“Nah, kita sudah sam ....” Belum selesai Handong berbicara, SuA segera meraih segenggam lumpur lalu melemparkannya ke arah wajah Handong. SuA langsung berdiri lalu menendang Handong yang masih buta hingga gadis itu terjatuh ke dalam kubangan lumpur.

“Sialan! Dasar jalang berengsek!” Handong mengumpat mencoba memberikan matanya. SuA tidak repot-repot membalas umpatan itu. Sebagai gantinya, ia menyerang wajah Handong dengan pukulan-pukulan beruntun lalu menenggelamkan kepalanya ke dalam lumpur. Tak lupa juga ia menindih mengunci gerakan Handong sehingga ia sulit untuk melawan.

Handong yang tidak bisa bernapas terus melakukan perlawanan, SuA yang masih didera rasa sakit mencoba sekuatnya menjaga tubuh Handong agar tetap berada di dalam lumpur. Ketika adegan itu terjadi, hujan deras tiba-tiba saja turun tanpa diduga.

Tidak ada yang memedulikan mengenai air hujan yang turun dengan amat deras dengan suhu air yang bisa dibilang luar biasa dingin seolah hujan kali ini adalah air yang berasal dari bongkahan es raksasa yang mengucur turun.

SuA terus menekan Handong di dalam lumpur, tujuannya adalah untuk membuat Handong pingaan kehabisan napas. Sayang sekali adegan itu tak berlangsung terlalu lama karena SuA tidak mengukur kekuatan Handong, gadis itu memukul tanah sekuatnya membuat lumpur terciprat ke mana-mana, SuA terkena cipratannya sehingga seluruh tubuhnya kotor oleh lumpur. Hal tersebut membuat penekanannya melemah pada Handong.

Mendapatkan kesempatan bagus, Handong segera balas menyerang, ia menendang SuA hingga terlempar jauh. Karena SuA sudah ia enyahkan, Handong bangun berdiri lalu bernapas dalam-dalam.

“Sialan! Berani-beraninya kau melakukan ini!”

SuA yang baru saja mendapatkan serangan langsung melarikan diri. Dalam keadaan kepalanya yang cedera, ia tidak mungkin melanjutkan pertarungannya dengan Handong.

“Mau pergi ke mana kau wanita sialan! Aku tidak akan melepaskanmu!” Handong yang sangat murka segera saja mengejar SuA.

Karena hujan yang turun dengan deras, lumpur yang menempel pada tubuh keduanya secara berangsur menghilang hanyut terbawa air.

“Yang benar saja, kenapa dengan otaknya? Tiba-tiba memaksa seseorang bertarung lalu menyiksa sesuka hatinya. Dasar gila!” SuA mengumpat dalam benaknya. Ia tidak habis pikir dengan perbuatan Handong padanya, mana mungkin hanya karena tembakan kemarin sampai membuatnya melakukan semua ini?

Saat SuA sedang berlari, tiba-tiba saja tekanan udara yang kuat menghantam punggungnya dengan kuat sehingga ia kembali dibuat terlempar. Tubuh SuA terlempar sejauh beberapa meter hingga ia membentur reruntuhan.

“Sial, lagi-lagi serangan itu.” SuA meringis pelan, ia mencoba merangkak naik ke atas reruntuhan.

“Kau pikir bisa selamat setelah melakukan itu padaku!” Handong yang berjarak tidak terlalu jauh darinya langsung meneriakkan kalimat itu. SuA memutar tubuh berbalik badan ke arah Handong berada, pada saat itulah Handong sudah ada di hadapannya dengan jarak sekitar lima meter.

“Kali ini apa yang akan kau lakukan?”

SuA yang merasa terpojok segera menggapai apa pun untuk dijadikan senjata. Rupanya keberuntungan langsung melindunginya, tiba-tiba saja tangannya meraih sesuatu yang ternyata itu adalah senjatanya. Tanpa perlu melihat sekalipun, SuA sangat mengenali senjatanya sendiri sehingga ia sangat yakin jika yang ia pegang adalah senjata peluncurnya. SuA langsung menodongkan senjata pelontar itu ke arah Handong.

“Jangan bergerak!” SuA berteriak sambil mengarahkan benda itu pada Handong.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang