28 - Tiga Gadis

285 55 8
                                    


Yoohyeon merasakan jika ada makhluk besar mendekat, hanya saja ia tak tahu apakah itu berbahaya atau tidak.

Dia sendiri tak merasakan bahaya mendekat, hanya perasaan jika makhluk besar yang bisa membahayakan kau muncul.

Gahyeon ada di belakangnya memandang keadaan sekitar, ia menyisir pandangannya ke sekitar, tubuhnya beringsut menjauh dari cahaya matahari yang mulai menerangi daratan. Ia mejauh dan tetap berada di daerah teduh di mana dedaunan melindunginya dari cahaya matahari. Ini memang tampak seperti makhluk vampir yang tak suka dengan matahari di mana itu akan membakar mereka, itu tak sepenuhnya berbeda dengan keadaan ini karena cahaya matahari saat ini memiliki suhu yang luar biasa panas sehingga kulit dapat terbakar.

Yoohyeon memfokuskan pandangan dan tak lama dari itu, sesuatu yang membuatnya siaga segera saja tampak oleh penglihatannya.

Itu adalah seekor monster terbang yang mendekat ke arah mereka, Yoohyeon mengeratkan pegangan tangannya pada katana. Ia belum siap menyerang karena makhluk itu tak tampak akan melakukan penyerangan padanya, tapi ia bersiaga dan tak menurunkan penjagaan sama sekali.

Embusa udara dari kibasan sayap makhluk itu membuat daun beterbangan dan rambut Yoohyeon berkibar.

Setelah dekat, Yoohyeon mengerutkan kening karena merasa heran. Irisnya menagkap jika ada seseorang yang duduk pada punggung makhluk itu, ia wanita berambut panjang kemerahan. Yoohyeon merasa janggal dengan situasi ini.

Monster biasanya melahap dan menyerang mangsa yang lebih kecil, tapi wanita itu menungganginya. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa penglihatannya menipu atau apa?

Saat sekitar lima meter di hadapan Yoohyeon,  makhluk itu mendaratkan kakinya ke atas dedaunan basah yang terlalu berat untuk diterbangkan oleh kekuatan angin dari kibasan sayapnya.

"Oh, sepertinya aku tak salah lihat, memang ada makhluk lain seperti diriku." Wanita di atas makhluk itu tampak tersenyum senang ketika melihatnya dan Gahyeon di belakang.

“Wah makhluk apa itu, menggemaskan. Aku mau naik itu!” Gahyeon keluar dari balik punggung Yoohyeon dan berseru dengan antusias. Ia berjalan mendekat ke sana tanpa rasa takut sama sekali. Yoohyeon menarik jaket bagian belakangnya.

"Jangan bergerak!" Yoohyeon memerintahkan dengan dingin.

"Maaf." Gahyeon cemberut dan tangan Yoohyeon dilepaskan dari cengkeraman.

“Siapa kau?” tanya Yoohyeon, ia memandang ke arah wanita itu dengan penuh selidik. Si wanita tersenyum dan melompat turun dari atas tempat duduknya.

"Aku emmmm, aku tak tahu. Tapi aku tak berpikir jahat kok, jadi bisa tolong jauhkan benda itu?  Tampaknya itu berbahaya." JiU meminta agar Yoohyeon menjauhkan katana yang mengilap tersebut.

“Binatang terbang, aahh ternyata kau yang menyerang bayiku! Aku akan membalasmu!” Gahyeon tampak baru sadar dengan keadaan dan berteriak,  lagi-lagi keluar dari balik punggung Yoohyeon.

Kali ini Yoohyeon tak sempat menahan dan menangkapnya, maka Gahyeon terlepas dan segera memukuli tubuh keras wyvern itu sambil berteriak tak jelas, tapi hanya beberapa pukulan saja, ia sudah lelah dan kesakitan.

"Kamu sedang apa?" tanya JiU yang merasa bingung karena Gahyeon memukuli binatangnya dengan menggunakan tangan mungil itu, JiU yakin jika dirinya yang dipukuli oleh dua tangan itu, ia tak akan merasa kesakitan, apalagi monster ini yang jelas bersisik keras.

Gahyeon mengabaikan perkataan JiU dan berhenti memukul, ia terengah dan mengelus tangannya yang sakit. Kemudian ia menoleh ke arah Yoohyeon.

“Kakak, tolong bunuh dia untukku.” Ia meminta.

“Hei, jangan sembarangan.” JiU segera berbicara saat mendengar itu. Sementara Yoohyeon diam saja dan menyarungkan katananya lagi. Ia tak peduli karena tampaknya tak ada bahaya di sini, monster itu tak banyak reaksi dan tampak jinak.

Yoohyeon yakin jika monster terbang ini tak akan sembarangan menyerang, maka ia memastikan jika Gahyeon aman dari bahaya.

“Dia yang menyerang bayiku.” Gahyeon menunjuki si monster.

“Bayi apa?” tanya JiU. Mereka saling bertatap muka saat ini.

"Bayi kecil mungilku. Makhluk ini yang melakukannya." Gahyeon membalas dengan tegas, ia menginjak tanah dengan kuat untuk menegaskan ketidaksabarannya. Itu tampak membuatnya lebih imut.

"Maka dari itu, bayi apa?" JiU yang tak mengerti apa maksudnya, ia bicara dengan perlahan.

"Bayiku." Gahyeon terus mengatakan itu.

“Drone yang terbang di daerah hutan, bentuknya bulat dan berwarna putih, itu yang dia maksud.” Yoohyeon menjawab singkat. Ia tak mau jika sepanjang hari dua wanita ini terus mendebat hal tak penting. Maka JiU tampak baru sadar dan diingatkan, ia menoleh ke arah Yoohyeon.

“Oh, itu. Ya, tadi saat kami terbang, ada sesuatu yang menabrak dia." Ia menunjuk ke arah si monster. "Dan aku juga sempat mengira itu burung. Tapi saat dilihat, itu adalah benda bulat putih. Jadi itu yang namanya bayi kecil drone.” JiU melipat dagu dan seolah memikirkan sesuatu. Yoohyeon menggeleng lemah, mendesah pasrah. Apakah ia bertemu wanita polos lainnya? Padahal yang diharapkannya bukan ini, jauh lebih baik baginya untuk bekerja sendirian daripada harus memgasuh dua orang dewasa yang berpikiran terlalu sederhana dan polos.

“Lihat kan?” Gahyeon angkat suara saat JiU mengutarakan pengakuannya.

“Aku minta maaf dengan itu, tapi kulihat benda itu tak rusak.” JiU menoleh lagi pada Gahyeon.

“Aku tahu. Di mana benda itu?” tanya Gahyeon.

“Ditinggal dekat hutan.” JiU menjawab seadanya. Yoohyeon memerhatikan keduanya dan baru menyadari sesuatu.

"Tunggu, bagaimana kau bisa berdiri?" tanya Yoohyeon. Ia memandang ke arah Gahyeon, terutama pada kakinya.

"Meluruskan kedua kaki dan angkat gitu saja. Kenapa?" jawabnya dengan polos, padahal bukan itu yang dimaksudkan Yoohyeon. Ia tahu caranya berdiri.

"Aku yakin kakimu cedera, harusnya bengkak, bagaimana itu baik-baik saja sekarang?" tanya Yoohyeon sambil menunjuk kaki Gahyeon dengan menggunakan katanya. Ia yakin jika kaki Gahyeon pasti cedera atau memiliki luka-luka semacamnya, berlari di atas permukaan tak rata dan sesekali terjatuh, jelas membuat pasang kaki mungil itu cedera.

Itu alasan Yoohyeon menyeret tubuh Gahyeon sebelumnya, ia tahu pasti jika gadis itu memaksakan diri dan membuat kakinya terluka tanpa sengaja. Penglihatannya tak mungkin salah, tapi sekarang keadaan kaki itu baik-baik saja. Sehat seperti sedia kala ketika belum digunakan untuk berlari. Hanya sepatunya saja yang agak kotor terkena debu jalanan.

Gahyeon memandang ke arah kakinya dan melompat-lompat ringan, lompatan yang sangat rendah hingga itu hampir tak bisa dianggap sebagai melompat.

"Kakiku baik-baik saja. Kapan aku mengatakan kalau kakiku sakit?" tanya Gahyeon dengan senyum polosnya. Memang benar, saat Gahyeon tumbang di bawah pohon, ia tak mengatakan mengenai kaki, tapi hanya mengatakan jika dirinya sudah tak kuat lagi.

Yoohyeon menggeleng dan mengalihkan tatapannya.

"Lupakan."

Ia memutuskan tak ingin membahasnya. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi di sini. Dan yang paling membuatnya yakin adalah Gahyeon memiliki kemampuan regenerasi yang membuat setiap cedera pada tubuhnya berangsur pulih.

Yoohyeon juga sadar jika luka yang ia berikan pada Gahyeon tak pernah membekas setelah beberapa detik ia melukainya. Meski itu ringan, tapi ia yakin seharusnya ada bekas, tapi semuanya hilang begitu saja sehingga ia tak menahan diri untuk melukai Gahyeon saat tingkahnya terlalu menyebalkan bagi dirinya.

Yoohyeon sendiri belum tahu apakah ia memiliki kemampuan yang sama atau tidak, pasalnya ia tak pernah terluka. Mungkin nanti ia akan melakukan percobaan pada dirinya, untuk saat ini ia masih penasaran dengan wanita asing yang menunggangi seekor monster.

Bagaimana bisa makhluk sebesar itu bisa dijinakkan oleh gadis yang tampaknya polos.

***

Mungkin Yoohyeon akan makin sulit dan direpotkan oleh JiU juga. Nantikan saja apa yang akan terjadi.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang