Buat yang sekarang, part Dami and Handong cuma satu bab dulu ya. Banyakinnya part Sua and Siyeon soalnya.
Part Handong
Handong sudah menemukan target yang akan dirinya gunakan sebagai bahan percobaan untuk menunjukan seberapa kuat tubuhnya saat ini. Sebenarnya ini adalah cara yang sembrono dan cukup berbahaya dikarenakan musuh bisa saja lebih kuat darinya dan memberikan ancamana. Tapi gadis yang satu ini tidak pernah memikirkan bahaya dan kesulitan, yang ada hanyalah mengalahkan setiap makhluk yang dirinya hadapi.
Truk yang melesat cepat itu secara kebetulan menabrak pesawat terakhir yang melintas. Benturan itu membuat truk meledak dan pesawat oleng dikarenakan langsung memiliki kerusakan, penerbangan segera saja menjadi tidak lancar.
“Berhasil.” Handong tersenyum dikarenakan pesawat luar angkasa terakhir tampak oleng. Sayang sekali karena setelah itu, pesawat tersebut kembali melaju menyusul ketertinggalannya.
“Sial! Jika itu belum cukup, maka akan kuhancurkan saja secara langsung.” Handong berlari sekencang mungkin mengejar pesawat itu, ia meraih dua kendaraan sekaligus saat kedua kakinya masih melangkah, tanpa membuang waktu Handong langsung melemparkan dua kendaraan roda empat itu ke arah bagian bawah pesawat. Lemparan yang kuat dan terarah itu membuat kedua kendaraan melesat secara bersamaan menuju ke arah pesawat tersebut.
Mobil pribadi hancur seketika saat membentur bagian bawah pesawat, tapi sebuah pickup hanya penyok dan memiliki sedikit kerusakan body saat membentur pesawat itu, tentu saja itu bukan dikarenakan bahan dan kualitas kendaraan, melainkan sesuatu yang memang sudah disiapkan oleh gadis rambut pendek itu. Mobil kemudian jatuh dan itulah hal yang diharapkan oleh Handong.
“Bagus.” Gadis berambut pirang itu tersenyum menyeringai lalu setelah ia berada tepat di bawah pesawat itu, Handong langsung meloncat ke atas dengan tenaga maksimalnya, sayang sekali itu masih kurang sehingga ia menggunakan pickup yang jatuh sebagai batu loncatan. Handong meloncat lebih tinggi kemudian menyiapkan pukulan kuatnya.
“Jatuhlah!” Handong berseru sambil melepaskan sebuah pukulan kuat yang menghasilkan suara benturan yang besar dan itu juga membuat pesawat rusak seketika. Dengan pukulan itu, Handong berhasil merusak bagian bawah dan dalam pesawat. Saat ia jatuh, ia melihat jika pesawat juga kehilangan kendali hingga pergerakan terbangnya menjadi kacau, pesawat oleng sebelum akhirnya jatuh ke daratan.
“Berhasil juga.” Handong tersenyum menyeringai penuh kepuasan. Serangannya kali ini tidak sampai menggunakan terlalu banyak kekuatan, tapi hasilnya lebih kuat dan lebih baik dari terakhir kali ketika ia melepaskan serangan dan menghancurkan sebuah pesawat luar angkasa.
Tampak jika pesawat yang dibuat jatuh oleh Handong sampai menabrak sebuah bangunan dua lantai, bangunan tersebut hancur seketika saat benda besar dari logam itu menimpanya. Tidak ada ledakan, tidak ada kebakaran, hanya ada satu bangunan yang rusak saja dan beberapa potong logam dari bagian pesawat itu tercecer di sekitar sana.
“Kekuatanku memang meningkat, bisa kuanggap ini adalah evolusi. Ternyata ada juga pakaian yang memiliki fungsi seperti ini.” Handong berbicara dalam benaknya. Suara berderit keras dari logam membuat Handong otomatis mengalihkan perhatian, pasang matanya ditujukan ke arah sumber suara.
Dari bagian samping pesawat terbuka sebuah pintu berukuran cukup besar. Pada bagian itulah para robot berukuran besar dengan warna kehijauan muncul, mereka memiliki senjata api pada tangan masing-masing, tampak siap bertempur saat itu juga.
Para robot berlari maju ke arah Handong lalu mulai melepaskan tembakan-tembakan sehingga dalam sekejap Handong diserbu oleh banyak peluru sekaligus.
“Waktunya menghajar mereka.” Handong seperti puas karena inilah yang diharapkannya. Peluru-peluru sebesar dan sepanjang telunjuk Handong tampak memantul dan berjatuhan saat berada setengah meter di hadapan gadis cantik itu.
Handong membangun perisai beriak di sekeliling tubuhnya sehingga ia terhindar dari serbuan peluru. Tak hanya di situ, Handong berlari maju menyambut kedatangan lawan-lawan bersenjata itu. Sementara pesawat-pesawat lain sudah tiba di tempat tujuan, pesawat yang ini tampak sedang memperbaiki komponen yang rusak dengan sendirinya.
Handong memperpendek jarak, ia meraih sebuah kendaraan yang ada di sebelah kirinya, itu adalah mobil hitam, ia melemparkannya ke arah gerombolan robot yang menyerangnya. Mendapat serangan itu, serentak saja para robot menembaki mobil sehingga kendaraan itu meledak sekitar satu meter di hadapan mereka.
Tanpa mereka sangka, dari balik ledakan itu, Handong muncul lalu melepaskan tinju yang kuat. Dua robot terdepan langsung terlempar menabrak beberapa robot lain, unit-unit robot terlempar seketika lalu berakhir membentur badan pesawat.
“Oh ini luar biasa.” Terjadilah pertarungan tanpa alasan antara satu manusia dan satu kelompok robot bersenjata. Meski kalah jumlah dan kalah senjata, terlihat jika manusia itulah yang malah tampak unggul. Setiap pukulan dan tendangannya berhasil merusak dan menghancurkan badan logam dari para robot.
Ketika jumlah robot yang tersisa tinggal empat unit, dari dalam pesawat segera bermunculan sekitar dua puluh robot lainnya. Handong menyeringai bersemangat. Pada saat itulah tiba-tiba ada sesuatu yang melesat lalu menabrak pelindung yang Handong ciptakan. Ledakan segera tercipta lalu Handong terlempar sejauh beberapa puluh meter, punggungnya membentur sebuah mobil yang langsung terguling saat itu juga.
“Apa itu?” tanyanya dengan heran, perisainya lenyap seketika. Handong tak mendapatkan cedera apa-apa, ia hanya merasa terkejut karena serangan tiba-tiba yang sama sekali tak dirinya duga. Beberapa detik berlalu, Handong akhirnya dapat melihat sosok dari pelaku yang membuatnya terlempar.
Tepat di hadapannya tampak sosok robot tinggi dengan dilengkapi senjata pelontar berukuran sangat besar pada pundaknya. Mesin itu menyiapkan amunisi lagi, mengoperasikan senjata besar lalu menembak lagi.
“Sialan.” Handong meloncat untuk menghindar, ia sukses menghindari tembakan, tapi dirinya gagal menghindari ledakan dari apa yang dilontarkan oleh senjata itu. Ketika terjadi ledakan yang lumayan besar, Handong segera terempas lebih jauh lagi lalu ia mendarat di atas aspal jalanan dalam keadaan tengkurap.
“Brengsek, kaleng kotoran itu memiliki amunisi yang meledak. Tidak, itu adalah bom yang dilontarkan.” Handong langsung berdiri lagi, tampaknya ia sudah melupakan melakukan tes pada pakaiannya. Padahal saat ini semua sudah teruji sepenuhnya, Handong tak merasakan sakit karena pakaian barunya telah meredam benturan yang dirinya terima.
Saat ia berdiri, para robot yang belum sempat dirinya kalahkan melanjutkan penyerangan mereka berupa tembakan-tembakan yang dilepaskan secara beruntun. Handong segera berlari bersembunyi di balik sebuah bus dua tingkat yang posisinya menyilang.
Kaca-kaca bus segera hancur, banyak bagian bus yang rusak terkena tembakan, kendaraan itu tertembus banyak peluru berukuran besar. Benda itu tidak cocok menghadapi peluru yang mirip dengan peluru anti tank tersebut.
“Ini perlawanan yang bagus, harusnya seperti ini agar semakin menarik.” Handong kemudian mengintip ke samping mobil lalu ia mendapati jika robot besar tadi siap melepaskan ledakan lagi.
“Kaleng sialan.” Handong segera berlari menjauh saat itu juga. Hanya selang tiga detik setelah ia berlari, tiba-tiba terjadi ledakan lagi, ledakan yang langsung membuat bus sebelumnya berubah menjadi potongan logam hangus. Handong terlempar lagi karena terkena efek ledakan, tapi kali ini ia mendarat dengan kedua kakinya.
“Waktunya balas dendam.” Handong memandang kumpulan robot dari balik api kebakaran pasca ledakan yang merusak sebuah bus. Saat Handong akan bergerak maju, tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Tanpa peringatan apa-apa, tiba-tiba saja jutaan tetes air dari langit itu menyerbu membasahi kota.
Berbeda dengan gadis-gadis lain yang bereaksi terhadap turunnya hujan, Handong tampak biasa saja, ekspresi dan gelagatnya sama saja seolah air tidak pernah turun, padahal saat ini ia sudah basah kuyup. Handong berjalan santai, ia menarik sarung tangannya sekadar gaya saja. Tatapannya tajam dan seringainya tak luput meski air hujan sangat deras mengguyur.
Tembakan-tembakan kembali dilepaskan, saat itulah Handong mengaktifkan pelindung transparannya lagi.
“Sudah aktif lagi ternyata.” Handong menggumam, tampak jika pelindung itu bukan hanya memblokir peluru-peluru dari depan, tapi itu juga memblokir setiap tetes air hujan dari atas.
“Waktunya menghancurkan kalian semua.” Handong berlari maju, ia menyiapkan pukulannya. Tembakan-tembakan tidak memengaruhinya, ia terus melaju dengan cepat. Si robot besar melontarkan peluru besar yang meledak lagi. Kali ini Handong memukul benda itu sehingga itu meledak tanpa mengenai apa-apa selain jalanan yang rusak. Handong sendiri terbang ke atas, ia menarik ancang-ancang lalu saat ia mendekat ke arah si robot pelontar, tangannya ia ayunkan sangat kuat.
Tubuhnya menghancurkan robot besar itu seketika, sementara kepalan tangan memukul jalanan dengan kekuatan yang besar, Handong berada dalam posisi berlutut di mana tangan kanannya menghantam jalanan. Kerusakan segera terjadi, retakan besar meluas ke segala arah, tanah mulai terbelah, banyak belahan tanah tercipta.
Handong tersenyum karena kekuatannya lebih destruktif dari sebelumnya. Tapi ia sontak saja terkejut saat retakan dan tanah terbelah itu runtuh seketika. Daerah yang dirinya pukul hancur dan amblas. Segera saja ia dan belasan robot lain beserta segala yang ada di jalanan jatuh terperosok ke dalam lubang amat besar dan dalam. Siapa sangka jika di bawah jalan itu terdapat lubang besar?***
Sorry ya, part Dami and Handong dikit, soalnya aku belum nemu ide. Di outline Cuma ada adegan Suayeon and Jiyoo+Gahyeon. 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...