Handong tertidur di lorong yang menghubungkannya dengan gua es, ketika ia terbangun, hari sudah gelap di mana matahari sudah tenggelam. Sayang sekali, suhu udara di luar sana masih terasa panas sehingga Handong mengurungkan niatnya untuk pergi keluar dari bangunn.
Ia meregangkan badan dan berjalan-jalan di sekitar sana, itu adalah lantai bawah tanah. Ia berada dalam keadaan mengantuk ketika menaiki tangga. Meski masih menguap dan belum sepenuhnya sadar, ia tak menurunkan penjagaan sedikit pun.
Handong berjalan sampai di ujung tangga, di sanalah ia mendengar bebunyian geraman dan raungan kecil dari makhluk monster yang dia sendiri ketahui jika setiap malam hari, makhluk-makhluk semacam ini akan memunculkan diri.
"Oh ya ampun. Baru saja bangun tidur, aku sudah harus bertarung," pikirnya. Ia menjernihkan kepalanya dan berusaha memfokuskan penglihatan, berusaha mengenyahkan rasa kantuk yang masih tersisa.
Ia berjalan keluar dari tempatnya dan melangkah sesantai mungkin menyusuri lantai satu di mana ifu adalah lokasi di mana para monster berada. Melihat dan merasakan kemunculan gadis itu, para monster seketika mengalihkan tatapan padanya.
Tak perlu menunggu waktu hingga mereka menyerang dan mengeroyok gadis itu. Jumlah monster di sana ada sekitar dua puluh, termasuk dengan yang berada di tangga yang menuju lantai dua, jumlah mereka mungkin lebih banyak di lantai atas.
Handong melempar senyum merrdahkan. Ia merentangkan tangan seolah memberi isyarat "Jika mau menerkamku, kemari dan lakukan saja" pada para monster itu.
Sekitar empat monster langsung mengalahkan cakar depan dan rahang mereka. Handong memandang tajam pada para monster itu lalu bergerak dengan cepat. Kedua tangan bersarung itu mengepal kuat lalu ia mengayunkannya menuju para monster.
Satu pukulan mengenai monster di depan, tangan kiri ia ayunkan dari atas ke bawah untuk meremukkan kepala monster lain. Tangan kanan yang baru selesai memukul itu ia gunakan untuk menangkap leher monster lain lalu meremukkannya dengan cengkeraman tangan yang diperkuat, kemudian ia memukulkan tubuh monster itu pada monster terakhir yang ada di belakangnya.
Empat monster yang berada dalam jangkauannya langsung tewas seketika dalam waktu kurang dari tiga detik. Makhluk-makhluk ini tampak sangat lunak ketika berada di hadapan tangan Handong.
Enam belas sisa monster menyerbunya. Handong melepaskan pukulan-pukulan kuat sehingga membuat makhluk mana pun yang terkena pukulannya akan langsung berubah menjadi kabut darah dan potongan daging dalam jumlah teramat sangat banyak.
Hanya selang satu menit saja Handong keluar dark bangunan sambil mengibas-ngibaskan tangannya untuk membuang darah dan potongan daging dari sarung tangan hitamnya.
"Hah, sarung tanganku jadi kotor kan. Monster-monster bodoh itu, merepotkan saja." Ia mengeluh dengan nada yang pelan. Karena itu adalah senjata khusus miliknya, yaitu senjata yang terbuat dari logam khusus dengan ukiran tribal rumit berwarna biru cerah, sarung tangan yang megilap dan tampak elastis itu tak mau tersentuh kotoran, hanya dikibaskan saja, semua darah langsung enyah dari sana.
Meski dikatakan sebagai sarung tangan, itu juga mirip gauntlet, karena beberapa bagiannya terbuat dari logam, hanya saja itu memiliki lapisan yang lebih tipis dan teksturnya elastis, desain dan bentuknya juga mirip seperti sarung tangan kulit dengan ukiran dan aksesoris logam.
"Oke, selanjutnya aku mesti pergi ke mana? Kota ini sangat luas, susah rasanya mencari orang itu." Handong bertolak pinggang dan memandang keadaan sekitar yang tampak gelap dan suhu udara do sekitar terasa agak panas sehingga ia merasa gerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...