161 – JiU Dibawa Pergi
Pada akhirnya Dami menggendong Gahyeon, ia menggunakan tombaknya sebagai tempat duduk Gahyeon sementara kedua tangan Dami memegang kedua sisi tombak, ia tidak memegangi Gahyeon. Dami yang dapat melompat tinggi dan menempuh jarak yang cukup jauh membuat perjalanan mereka jauh lebih singkat.
Dami sudah beberapa kali memarahi Gahyeon dikarenakan sepanjang perjalanan Gahyeon terus menjerit di dekat telinga kanan Dami, Gahyeon yang takut dan ngeri melihat ketinggian dan bergerak secepat itu terus berteriak. Tentu saja ini pernah terjadi sebelumnya, saat Yoohyeon menggendong atau memangku Gahyeon.
“Sudah kubilang jangan berteriak!” Untuk kesekian kalinya, Dami membentak dan menegur Gahyeon, meski sebenarnya kalimatnya benar-benar tidak berarti karena Gahyeon tampak sepenuhnya mengabaikan itu, ia masih saja berteriak dan menjerit histeris karena ngeri. Dami masih melompat tinggi ketika jarak mereka sudah dekat dengan lokasi tujuan yang Gahyeon tunjuk.
“Aku tidak bisa, ini semua mengerikan!” Gahyeon menggeleng dengan ekspresi yang takut. “Bisakah kamu pelan-pelan saja?” pinta Gahyeon. Pada saat itulah Dami langsung mendarat karena mereka sudah tiba di tempat tujuan.
“Tidak. Kita sudah sampai.” Dami mendarat tepat di hadapan bangunan gedung yang runtuh. Gahyeon yang sadar jika mereka sudah mendarat segera berhenti menjerit dan entah mengapa ekspresinya langsung berubah sok polos, ketakutannya tampak lenyap seketika ketika dirinya diturunkan dan kakinya kembali menyentuh daratan.
“Ow, kita sudah sampai.”
“Mana tempat temanmu berada? Biar kuselesaikan ini dengan cepat.” Dami menoleh pada Gahyeon saat mengajukan pertanyaan.
“Yang itu. Ayo.” Gahyeon menunjuk lalu berlari menuju ke arah jendela di mana tempat ia masuk dan keluar sebelumnya. Dami masih berdiri ditempatnya, ia tidak langsung bergerak meski Gahyeon sudah meninggalkannya.
“Tempat ini mencurigakan, aku tidak merasa nyaman berada di sini.” Gadis berambut pendek itu tampak melihat keadaan sekitar, seluruh permukaan reruntuhan itu basah. Yang membuatnya curiga adalah terdapat bekas tetes air pada jendela yang Gahyeon tuju. Merasa ada yang tidak beres dengan keadaan sekitar, Dami mempersiapkan senjatanya, ia siap menggunakan tombaknya kapan saja. Gahyeon sendiri yang tampaknya tidak peduli dengan keadaan sekitar dan tidak menyadari jika Dami tidak mengikutinya malah terus berlari, ia bahkan sudah naik ke atas jendela.
“Kakak, aku mendapatkan bantuan, dia mungkin bisa membantu kita.”
Saat Gahyeon akan masuk menuju jendela yang berada dalam posisi menyamping itu, tiba-tiba sebuah rahang dari sosok monster menyambut kedatangannya.
“Uwaaa!” Gahyeon yang melihat kedatangan mulut yang terbuka malah berteriak bukannya menghindar, Dami yang sejak awal merasa curiga dengan situasi di sana segera melemparkan tombaknya.
Lemparan yang kuat dan akurat membuat senjata itu langsung menancap ke dalam mulut makhluk itu. Tak berhenti di situ, Dami langsung melompat ke samping Gahyeon, meraih pundaknya lalu menarik gadis itu mundur saat rahang monster lain terbuka hendak menerkamnya.
“Menyingkir!”
Gahyeon berteriak saat ia terjengkang ke luar jendela sementara Dami langsung melepaskan tendangan lurus ke depan membuat monster yang ia tendang terlempar jauh seketika.
Dami mendarat di dalam bangunan, ia langsung menarik tombaknya tatkala pasang matanya menangkap sosok gadis cantik tak sadarkan diri berada dalam cengkeraman monster berkepala ikan dengan tubuh katak itu.
“Dia ... cih, sepertinya ini tidak akan mudah bagiku.” Dami mengumpat kesal karena melihat JiU yang dibawa pergi, tanpa membuang waktu ia segera melangkah mengejar si monster yang langsung melarikan diri ketika melihat kedatangannya. Ia tidak memperhatikan monster di belakangnya yang mengayunkan senjata padanya. Dami langsung terkena telak pukulan senjata tulang runcing itu tepat pada tempurungnya.
Meski serangan itu kuat, kepala Dami tak sampai berdarah, bahkan ia hanya tersungkur beberapa langkah saja, sama sekali tidak mendapatkan cedera berarti. Dami berbalik memandang ke arah monster itu, ia langsung mengayunkan tombaknya membuat leher si monster mendapatkan sayatan yang langsung memuncratkan darah.
“Aku tidak ada waktu di sini.” Dami segera saja berbalik lalu berlari mengejar monster yang membawa JiU pergi. Dami keluar menuju lorong kosong yang bentuknya sudah berubah posisinya. Bagaimana tidak, lorong yang harusnya mendatar, kini bentuknya sudah tegak lurus, lorongnya hanya mengarah ke atas dan ke bawah saja, bahkan pintu bangunan ini jatuh dengan kemiringan 90°.
“Lorongnya seperti ini, ke arah mana makhluk itu pergi?” Dami berbicara dalam benaknya saat ia berada di ambang pintu, ia segera mengalihkan perhatian memandang ke atas untuk mencari sisa jejak pergerakan monster itu, tapi setelah menyisir lorong atas ia tidak melihat jejak pergerakan apa-apa. Makhluk itu lepas dari pengawasannya hanya selang beberapa detik saja, tidak mungkin ia sudah kehilangan jejaknya. Karena jelas tidak ada di atas, Dami langsung meloncat ke bawah sana tanpa ragu dikarenakan sudah jelas jika monster itu pastilah meloncat ke bawah.
Ketinggian ini tidak terlalu tinggi, hanya berjarak beberapa pintu yang tidak lebih dari lima meter, berbeda dengan panjang lorong ke atas.
Di sisi Gahyeon yang baru saja dilemparkan, ia sudah berlari kembali masuk dikarenakan di belakangnya banyak monster yang mengejar.
“Ya ampun, ya ampun. Kenapa manusia ikannya banyak?” Gahyeon melihat ke arah Dami saat bersamaan ketika Dami melompat turun dari pintu masuk.
“Dia melompat!” Gahyeon yang histeris melihat itu segera berlari menuju ke arah pintu keluar yang berada dalam posisi miring. Saat tiba di ambang pintu, ia melihat ke arah bawah di mana Dami baru saja mendarat dengan mulus tanpa suara berisik.
“Aahhhh! Yang benar saja?” Gahyeon yang melihat jika di bawah sana sangat dalam, ia takut untuk melompat, tapi saat ia menoleh ke belakang dan mendapati jika di belakangnya banyak monster, ia nekat lalu terjun bebas.
Dami yang mendarat dengan sempurna melihat sosok monster yang berlari menjauh di lorong yang mendatar yang mana itu adalah lorong persimpangan.
“Di sana rupanya.” Saat Dami akan mengejar, tiba-tiba saja Gahyeon malah jatuh menimpanya.
“Aw, itu sangat sakit.” Gahyeon meringis di atas tubuh Dami yang tengkurap. Dami segera berdiri membuat Gahyeon jatuh.
“Kau! Apa-apaan ka ....”
“Bicaranya nanti saja, banyak monster yang mengejar.” Gahyeon langsung menujuk ke atas di mana para monster bermunculan.
“Sialan.” Dami yang melihat monster-monster berkepala ikan itu agak geram.
“Ayo pergi.” Gahyeon menarik Dami ke arah berlawanan dengan arah monster yang membawa JiU pergi, maka dari itu Dami menahannya.
“Bukan ke arah sana, ke arah sini.” Dami segera menyeret Gahyeon pergi saat ia menyaksikan jika di atas sana memang banyak monster.
Dami berlari mengejar monster itu, sebanyak apa pun Gahyeon bertanya dan berteriak, Dami tidak menanggapinya. Ia fokus mengejar monster di depannya.
“Makhluk itu akan terus melarikan diri jika seperti ini.” Dami langsung melemparkan tombaknya, tapi serangannya meleset karena monster itu langsung menghindar. Saat itulah si monster melompat menghancurkan tembok menuju ke luar bangunan.
“Temboknya ditembus?” tanya Dami. Ia melepaskan pegangannya dari Gahyeon sehingga Gahyeon malah terjatuh kerena kehilangan gaya tarik dari Dami. Ia duduk di lantai sementara Dami terus bergerak.
“Uwaaa! Monsternya semakin banyak. Tolong aku!” Gahyeon menjerit membuat Dami menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada Gahyeon yang sedang berusaha berdiri.
“Kau mau aku menyelamatkan dirimu atau temanmu?” tanya Dami dengan kesal.
“Selamatkan kakakku! Aku bisa kabur!” sahut Gahyeon dengan teriakan.
Mendengar jawaban itu, Dami berhenti untuk peduli terhadap keadaan Gahyeon, ia langsung melanjutkan langkahnya dan ketika ia tiba di ujung dinding, ia menarik tombaknya. Ia melihat jika di sana adalah daratan yang terdiri dari reruntuhan. Lima meter luasnya, selebihnya tetap menjadi air banjir. Di ujung sana monster yang membawa JiU langsung terjun ke dalam air saat melihat kemunculan Dami.
“Yang benar saja, aku tidak sudi berenang di dalam air kotor.” Dami berdecak kesal. Ia tidak mau jika harus mengejar dengan cara berenang di dalam genangan air banjir yang jelas kotornya luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...