185 – Berseteru
Part SuA and Handong.
Hujan yang turun dengan deras telah digantikan oleh suhu malam yang dinginnya bukan main. Suhu itu mengubah butiran air menjadi salju yang berjatuhan secara perlahan, sementara air banjir yang volumenya bertambah akibat hujan sebelumnya sudah membeku, seluruh cairan yang berada di beberapa kota sudah menjadi es dalam waktu semalam saja.
Sementara semua makhluk hidup bersembunyi di tempat masing-masing yang rasanya aman, keadaan sudah berubah dengan cepat. Monster-monster nokturnal yang biasanya berburu pada malam hari sudah lenyap entah ke mana, mungkin mereka telah melakukan migrasi besar-besaran saat hujan pertama kali turun.
Ketika banjir mulai menggenang kota, monster-monster baru mulai bermunculan, mereka datang bersama banjir yang memenuhi daratan. Untuk saat ini baru satu jenis monster amfibi yang berkuasa di dalam air dan di daratan. Tentu saja, setelah cuaca berubah, saat semua daratan diselimuti oleh es, tidak menghapus kemungkinan akan munculnya monster jenis baru yang berkuasa di daerah suhu rendah.
Meski belum dipastikan akan kemunculan monster jenis baru, yang sudah jelas adalah kondisi para gadis yang pastinya terus dibayangi oleh bahaya dan ancaman. Bahkan mungkin saja alam dan cuaca juga menjadi bahaya tambahan bagi mereka.
Ketika semua berubah, para gadis sedang beristirahat di tempat mereka, tidak satu pun yang sadar dengan apa yang terjadi di luar sana. Handong sendiri yang memutuskan menunggu SuA sadar, ia malah ketiduran sepanjang malam. Karena pada saat gelap itu tidak ada bahaya yang datang, tidak ada satu pun yang terbangun.
Malam yang berlalu sudah tidak terasa lagi, Hari berlalu begitu saja, ketika langit mulai cerah, bukan air hujan lagi yang berjatuhan memenuhi seluruh kota, itu adalah serpihan salju yang turun dengan tenang dan perlahan.
“Brengsek!” Handong yang tidur dengan posisi bersandar segera memukul dinding dengan kuat hingga ambruk. “Kenapa tubuhku bisa sedingin ini?!” Ia berteriak keras karena marah. Tentu saja dengan keributan seperti itu, SuA langsung terbangun.
Ternyata yang menjadi penyebab ia seperti itu adalah ia yang merasa kedinginan. Akibat dinding yang runtuh, suhu udara yang dingin segera memasuki seluruh ruangan yang langsung saja membuat Handong dan SuA kedinginan.
“Astaga, kenapa dingin sekali.” SuA bergumam pelan sambil beringsut dari tempatnya terkapar tengkurap. Handong tidak mengusiknya sejak ia membaringkan gadis itu begitu saja di lantai, SuA sendiri tidak banyak bergerak sejak ia tidak sadarkan diri, hal itu membuat posisinya masih sama.
“Heh? Sudah bangun rupanya.” Mendengar SuA bergumam, Handong segera menoleh memandang ke arahnya. SuA segera beranjak berdiri tatkala mengetahui ada Handong di dekatnya.
“Tentu saja aku bangun, bodoh. Kau pikir kegaduhan seperti itu tidak menggangu siapa pun? Teriakanmu bahkan bisa membuat orang mati kembali hidup lagi.” SuA langsung membalas dengan tak ramah pada Handong.
“Kau mengataiku, hah? Suaramu sendiri seperti seekor gajah mencret, kau pikir itu tidak akan membuat semua orang tuli seketika?!” Handong langsung melontarkan ejekan yang membuat SuA semakin kesal saja.
“Mulutmu benar-benar busuk, apakah kau tidak tertarik mengganti mulutmu dengan mulut manusia?” tanya SuA dengan sengit, segera saja keduanya memperpendek jarak sehingga mereka langsung bertatap muka.
“Bagaimana dengamu sendiri, kenapa tidak mengisi otakmu dengan buntalan lemak pantat dan payudara besar itu, hah?” Handong kembali membalas dengan hinaan.
“Jangan meledek tubuhku, bilang saja iri karena kau punya tubuh terlalu datar.” SuA mendorong dada Handong dengan telunjuknya, ini isyarat tak langsung sebagai merendahkan.
“Iri? Aku jijik punya tubuh gendut di mana-mana, bahkan kudanil jauh lebih cantik daripada tubuhmu.” Handong tidak mau kalah, ia mendorong kening SuA dengan telunjuknya. SuA langsung mendekatkan wajahnya lagi ke depan Handong.
“Oh, begitu? Kenapa tidak bercinta saja sana dengan kudanil jika kau begitu menyukainya.” Ia tersenyum mengejek.
“Tentu saja, setelah aku membuatmu menjadi buruk rupa.”
“Huh, berarti kau mengakui kalau aku sangat cantik.” SuA langsung mengibaskan rambutnya dengan angkuh.
“Jangan terlalu percaya diri, goblok, aku tidak pernah memujimu.” Handong menghina dengan nada yang menahan kesal.
“Siapa yang kau katai goblok, hah?” SuA agak menaikkan nada bicaranya, tentu ia tidak terima dikatai goblok. Sayangnya itulah reaksi yang Handong harapkan.
“Tentu saja kau, idiot, memangnya aku sedang melihat siapa?” Handong semakin menjadi saja setelah merasa ia mulai mampu memancing SuA, tentu saja dirinya juga terpancing oleh berbagai ucapan SuA. Karena itulah keduanya langsung mengadu kening mereka lalu mencengkeram kerah jaket satu sama lain.
Sebenarnya SuA ingin melanjutkan perseteruannya dengan Handong, tapi ia ingat jika masih ada banyak hal penting yang harus dilakukan, selain harus mencari keberadaan Siyeon, ia juga harus mempersiapkan diri untuk pertarungan yang lebih berat dari sebelumnya. Terlebih saat ini SuA sadar jika ia tidak membawa tas terakhir yang harusnya dirinya bawa. Maka tanpa banyak bicara, SuA meninggalkan Handong.
“Kau mau pergi ke mana? Ini belum selesai.” Handong tak percaya jika SuA tiba-tiba saja berubah pikiran sehingga api yang disulutnya tiba-tiba padam seketika.
Mendapat seruan itu, SuA terus berjalan tanpa memiliki niat untuk berhenti atau menoleh ke arah Handong di belakangnya.
“Aku tidak punya waktu denganmu, banyak hal yang harus kulakukan.” Itu saja yang dikatakan SuA sebagai balasan. Handong yang tak percaya tampak kesal karena itu.
“Setelah aku membantumu pergi dari cuaca di luar sana, kau mau pergi begitu saja? Aku bahkan sudah memberimu cairan ini.” Handong mengeluarkan botol tabung yang sudah kosong lalu membantingnya ke lantai sampai pecah.
Karena suara pecahan kaca itulah SuA menghentikan langkahnya lalu berbalik memandang Handong. Sejujurnya SuA sama sekali tak memiliki rasa terima kasih setelah mendengar kalimat itu dari Handong, ia menghadap ke arah gadis itu.
“Dengar! Jika bukan karena kegilaanmu, aku sudah pergi menolong temanku. Adapun soal apa-apa yang telah kau lakukan untukku, itu tidak akan terjadi jika kemarin kau tidak main hajar orang lain, seseorang yang bahkan tidak berniat bertarung. Sekarang, jika kau masih sehat, tinggalkan aku karena urusan di antara kita sudah selesai.” Setelah mengatakan itu, SuA kembali berbalik lalu berjalan melanjutkan langkahnya.
“Siapa bilang? Aku tidak akan membuat ini selesai begitu saja.” Meski sudah mendengar kata-kata SuA, Handong tampaknya tetap pada pendiriannya.
“Terserah dirimu, yang aku inginkan hanya kau pergi dariku.”
“Aku tidak akan, sebelum kita bertarung serius, aku tidak akan membiarkanmu.”
“Kalau begitu bertarunglah sendiri. Aku tidak akan peduli denganmu.” SuA membalas dengan nada yang acuh tak acuh.
“Ow, apa ini karena kau sering bercinta dengan wanita yang kemarin itu? Apa kau terlalu banyak menelan ludahnya hingga kau sangat memedulikannya?” tanya Handong penuh hinaan dengan nada yang jijik. Tentu saja, SuA benar-benar kesal kali ini karena Handong melibatkan Siyeon di antara adu mulut mereka.
“Cukup sudah, kau perlu diajari untuk berbahasa baik pada orang lain.” SuA menjatuhkan senjatanya. Ia berjalan dengan langkah besar lalu mengayunkan tinjunya. Handong menyeringai lalu menyambut serangan dengan tinjunya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...