181 – Membawa Sua pergi berlindung
Part Handong and SuA.
Handong sama sekali tidak takut meski ia melihat sosok monster berukuran besar di hadapannya. Ia merasa kuat, merasa memiliki kemampuan dan kekuatan yang hebat untuk menandingi sosok monster di hadapannya. Ukuran bukan menjadi patokan siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah. Ia merasa jika dirinya lebih kuat dari si monster.
Setelah memberikan seringai yang tajam dan serius, Handong mengentakkan kakinya dengan kuat sehingga ia meninggalkan jejak. Tubuhnya melesat cepat lalu tangannya terayun melepaskan pukulan.
Suara dentuman keras membuat sosok monster itu langsung terjungkal terlempar begitu saja karena serangan dari Handong, tentu saja, karena itu bukan berasal dari kekuatan penuhnya, monster itu kembali bangkit lalu membuka rahangnya berniat melahapnya.
“Menjijikkan!” Handong bergumam dengan jijik, ia melompat mundur sehingga sosok monster itu membentur tempat sebelumnya berada. Makhluk itu bangkit lagi lalu menyerang Handong menggunakan kepala bertanduknya, kepala yang memiliki sepasang tanduk yang menjorok ke depan itu segera menghancurkan apa saja yang menghalangi jalan.
Handong melompat ke atas ketika monster itu hendak menubruknya. Sayang sekali saat ia hendak melepaskan serangan ke arah kepalanya, ekor dengan ujung bandul besar itu terayun menghantam tubuh gadis itu cukup kuat. Tubuhnya terpelanting menabrak reruntuhan.
“Sepertinya aku harus membuat jera binatang sialan ini.” Handong buru-buru beranjak bangkit, saat bersamaan raungan kuat menggema lalu saat itulah tanduk monster itu hendak menimpanya. Dengan tangan kirinya, Handong menangkap ujung tajam tanduk tersebut.
Pemandangan ini tampak tak seimbang, binatang besar tak mampu mendorong sosok manusia yang tampak kecil itu, Handong masih bergeming di tempatnya saat monster itu terus mendorong dan menekan sambil meraung keras.
“Sialan! Bau sekali napasmu, terima ini!” Tangan kanan Handong mengambil ancang-ancang lalu ia melepaskan pukulan kuatnya ke arah rahang si monster. Pukulan yang dirinya lepaskan langsung membuat sosok monster besar itu terjungkal disertai raungan kesakitan.
“Aku belum selesai.” Handong menangkap ujung ekor martil monster besar itu dengan kedua tangannya. Jari-jarinya mencengkeram kuat kulit batu ekor tersebut, kemudian Handong memutar tubuhnya sehingga secara otomatis monster itu juga terbawa terputar.
Tubuh makhluk itu membentur reruntuhan berulang kali saat Handong memutar tubuh. Ketika lima sampai eman putaran, Handong langsung melemparkan sosok monster besar itu ke sembarang arah. Hasilnya adalah si monster melesat jauh terlempar entah ke mana.
“Selesai juga.” Handong menepuk-nepuk tangannya, ia hampir tidak melakukan usaha untuk mengenyahkan sosok monster besar itu. Sebenarnya ia bisa saja membunuh makhluk itu, hanya saja saat ini ia tidak punya waktu untuk melakukannya, terlebih ia tak nyaman berlama-lama berada di bawah cuaca yang seperti ini.
Tatapan Handong segera beralih pada SuA yang jaraknya agak jauh dari tempatnya berada. Entah bagaimana caranya, tapi gadis itu sama sekali tak tersentuh oleh efek adu serangan yang Handong dan monster sebelumnya lakukan.“Sekarang, aku harus membawanya pergi. Menyiksa mayat tidak akan menyenangkan.” Handong segera membawa SuA pergi, ia melakukannya dengan cara memanggul tubuh gadis itu lalu menyeret senjatanya.
Handong tidak memiliki niat untuk melakukan sesuatu pada orang yang tak sadarkan diri, tujuannya sendiri selain untuk memberi perhitungan pada SuA, ia ingin mengukur kekuatannya lalu menjatuhkan lawan dengan kekuatan penuh. Pertarungan seperti itu yang dirinya minati. Hal inilah yang menjadikan alasan utama mengapa ia memutuskan untuk membawa dan menyelamatkan SuA dari cuaca dan keadaan.
Dikarenakan kekuatan fisiknya yang besar, Handong hampir tak terlihat kesulitan saat membawa SuA dan senjatanya, wajar saja mengingat ia mampu mengangkat bobot suatu benda yang memiliki ukuran ton, memanggul SuA tidak ada bedanya dengan membawa selembar bulu burung baginya.
“Benda berat macam apa ini? Kupikir perlu sesuatu yang lebih besar dan lebih berat lagi untuk membuat sebuah gedung hancur. Senjata aneh ini benar-benar membuatku kaget, kekuatan destruktifnya sama dengan nuklir raksasa.” Handong berucap dalam kepalanya saat tangan kirinya menenteng senjata itu. Ia kembali teringat dengan apa yang mampu dikeluarkan oleh senjata tersebut. Ledakan destruktif itu harusnya dilepaskan oleh senjata yang jauh lebih besar dari benda yang ada pada genggamannya saat ini.
“Terserahlah, yang terpenting aku bisa mengukur kekuatanku dengan perempuan gendut ini. Apalagi senjatanya memiliki daya hancur luar biasa.”
Handong sesegera mungkin menjauh dari lokasinya berada. Karena hujan turun terlalu deras, Handong tidak bisa pergi terlalu jauh sehingga ia pergi menuju sebuah bangunan kosong.
Handong melepaskan pakaiannya sendiri lalu mengeluarkan barang-barang miliknya yang ternyata aman meski ia melakukan pertarungan. Sepertinya jaket jubah itu memiliki sistem pelindung yang kuat dan benar-benar meredam benturan.
Handong membawa SuA ke dalam sebuah bangunan yang terlindungi dari hujan deras dan mungkin saja dari serangan monster. Itu adalah bangunan dengan tiga lantai yang masih berdiri dengan baik meski penampilannya tidak meyakinkan.
Handong hendak meninggalkan SuA, tapi ia bingung dan merasa bersalah.
“Hah, sialan, payudara besar sialan!” Handong mendekat lalu mengeluarkan tabung berisi cairan energi, ia meminumkannya pada SuA sampai semuanya habis.
“Dengan ini aku sudah tidak merasa bersalah lagi.” Handong memandang SuA sesaat, gadis itu tidak memperlihatkan reaksi apa-apa, hanya memejamkan mata tanpa bergerak sama sekali.
Handong merapikan barang-barang miliknya lalu berjalan menjauh darinya, ia berniat meninggalkan SuA saat ini juga, hanya saja ia merasa jika cuaca di luar tidak membuatnya bisa pergi ke suatu tempat.
“Yah, lagi pula aku menunggu wanita ini bangun, aku masih belum puas dengan pertarungan tadi.” Maka Handong beristirahat tidak jauh dari tempat SuA berada.
Karena tubuhnya yang merasa lelah atas segala hal yang terjadi dan semua aktivitas yang dilakukannya, tanpa sadar Handong langsung terlelap di tempatnya.
Tubuh SuA yang baru saja diisi oleh cairan biru terang itu tampak bereaksi, seluruh cedera yang dirinya dapatkan sudah lenyap, bahkan ia lebih segar dan kondisinya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Keadaannya seolah kehidupan yang hampir hilang darinya telah dikembalikan lagi.
Tentu saja, efek samping dari seringnya menembakkan sesuatu dari senjatanya membuat keadaan SuA memburuk. Meski masih belum diketahui alasan mengapa luka-luka pada tubuhnya bisa sembuh dengan cepat tanpa bantuan dari cairan energi, tapi fakta jika ia terkuras dan mendapat keadaan yang buruk tak bisa terbantahkan.
Mungkin saja jika Handong tidak memberikan cairan itu pada SuA, keadaannya akan lebih parah lagi dari sekarang, hal terburuk yang mungkin terjadi adalah kematian, tidaklah mustahil SuA akan tewas setelah kehabisan energi karena terlalu sering menggunakan senjata yang mengonsumsinya energi dalam jumlah banyak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...